Menyucikan Hati dengan Pendidikan Moral

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat), Fotografer : Livia C.Kasman (He Qi Pusat)


Kelas dimulai dengan memberi hormat kepada Master Cheng Yen.

Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pada Minggu, 14 April 2019 mengangkat tema pendidikan moral. Anak-anak diberikan pengajaran agar mampu berinteraksi sesuai nilai moral yang berlaku di lingkungan masyarakat.

Terdata sebanyak 27 murid qing zi ban besar dan 38 murid tzu shao ban mengikuti kelas yang berlangsung di ITC Mangga Dua lantai 6 ini. Dan dari 23 orang tua murid yang hadir, 7 diantaranya mendapatkan sesi parenting mengenai sumbangsih di bagian relawan konsumsi, relawan dokumentasi (ZSM), relawan sound system, dan relawan materi (Daai Mama,Papa).

Setelah pembagian kelompok yakni zi zu, shan jie, bao rong, gan en, dengan berbaris yang rapi, para murid qing zi ban besar, tzu shao ban, dan orang tua dipimpin dui fu memasuki kelas pada pukul 08.20 pagi. Kelas dimulai dengan pemberian penghormatan kepada Master Cheng Yen terlebih dahulu, untuk mendidik rasa hormat kepada guru. Dilanjutkan dengan pradaksina dengan kosentrasi dalam lantunan doa dan setiap langkah ketika berjalan (meditasi jalan) dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi batin yang murni dan tulus.


Pradaksina bertujuan untuk mengembalikan kondisi batin yang murni dan tulus. 

Di ruang utama, Lie Anne Tanjaya memandu murid qing zi ban besar membacakan 7 ikrar xiao pu sa, yaitu;  1. Tidur dan bangun tepat waktu. 2. Bertutur kata baik dan melakukan hal-hal baik. 3. Giat belajar yang tekun dan menyelesaikan semua tugas yang diberikan. 4. Menghormati guru dan menyayangi teman. 5. Menaati peraturan dan memperhatikan keselamatan. 6. Bertanggung jawab dan senang membantu orang lain. 7. Bersyukur, menghargai berkah dan menyayangi sumber daya alam. Pembacaan ikrar rutin dilakukan agar tertanam dalam benak murid dan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan.

Selain pengajaran melalui lisan, tanya jawab, materi juga disampaikan melalui tayangan yang mendidik. Murid qing zi ban besar menyaksikan bersama tayangan xiao li zi yang berjudul “Berbakti adalah kebajikan utama”. Melalui tayangan ini diharapkan wawasan murid mengenai cara bersikap dan berbakti kepada orang tua dapat bertambah dan dipraktikkan.


Noni (Caroline) Thio sedang memberikan materi. 

“Tadi nonton xiao li zi, dia ada banyak PR dan dia bilang ke ayahnya tidak bisa mengerjakan PR karena membantu ayahnya. Dan, pas besok ke sekolah dia dimarahi kepala sekolahnya karena tidak mengerjakan PR, lalu dia marah kepada ayahnya. Kepala sekolah menegur xiao li zi, tidak boleh bersikap begitu kepada orang tua. Ayahnya tiba-tiba pingsan karena lelah bekerja, dan membuat xiao li zi menyesal apa yang telah ia lakukan,”cerita Revata(10) dari kelas qing zi ban besar, ketika diminta mengulangi apa yang disaksikan. 

“Habis saya mengikuti pelajaran ini saya akan menuruti perkataan orang tua, mengubah yang tidak baik. Biasanya main hp bisa 1 jam atau sampai malam, mau kurangi. Sama adik, sedang kerjakan PR diganggu, jadi berantem. Saya juga mau minta maaf ke orang tua dan bilang terimakasih kepada yeye (panggilan kakek) yang sudah temani ke kelas ini. Saya senang di kelas ini karena kelas ini bagus untuk diikuti. Mereka bantu saya jika saya tidak tahu apa harus dikerjakan,” ujarnya.


Murid-murid qing zi ban sedang menyaksikan tayangan Xiao Li Zi yang berjudul “Berbakti adalah kebajikan utama”.

Setelah menyaksikan tayangan, Murid qing zi ban besar mengikuti pembelajaran bahasa Mandarin dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen. Kata renungan yang dipelajari adalah sikap menghormati merupakan penampilan dari rasa bakti pada orang tua. (Jìng shì biǎo xiàn yú wài de xiào xīn).

Materi mengenai merasakan penderitaan orang lain dan belajar menghargai kebahagiaan diberikan melalui lisan, tanya jawab dan menyaksikan tayangan pada kelas tzu shao. Pukul 09.15 Pagi, Noni (Caroline) Thio memulai mewariskan ilmunya mengenai kehidupan kepada murid tzu shao ban di ruang Sinar Mas. Mendidik murid untuk memahami cara menjadi manusia seutuhnya dan mengerjakan berbagai hal, juga cara menghadapi masalah melalui pemutaran tayangan kisah kasus yang inspiratif.

Berjanji Menjadi Anak yang Lebih Berbakti

Tahun ini merupakan tahun kelima bagi Adhika Gunawan (12), murid tzu shao ban mengikuti kelas bimbingan budi pekerti. “Tadi nonton cerita tentang kakak beradik (Jimmy), kakaknya SMA Kelas 1, adiknya SMP kelas 3. Menjaga kakaknya yang kena kanker dan adiknya yang menderita celebral palsy. Harus sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, merawat adik dan kakaknya dan mengerjakan PR sekolah. Itu pasti hebat banget semangatnya, saya menghargai perjuangan mereka, yang masih bisa tersenyum di tengah kehidupan seperti itu,” ujar Adhika.


Henny Chen (depan kiri) sedang memberikan arahan cara permainan.

“Selama ini saya main game bisa lupa waktu, bisa 1-2 jam. Jika dikasih tahu mama, saya mara. Dulu saya lebih mendengarkan kata teman daripada mam, mama bilang suruh saya belajar, waktu itu ujian sekolah, teman saya bilang tenang saja tidak usah belajar bisa nyontek, pas harinya saya tidak dapat contekan. Jadi, saya mau merubah kurangi main game, belajar lebih rajin lagi, bantu mengajari adik, mengerjakan pekerjaan rumah. Kelas ini kita didorong dari yang negatif menjadi positif,” kata Adhika.

Penyampaian materi dengan permainan juga diberikan pada kelas tzu shao. Dengan menggunakan 2 buah karton gabus berwarna kuning yang berbentuk hati, tempelan warna-warni dan alat penusuk. Murid tzu shao ban diminta untuk dapat menentukan ucapan baik dan buruk yang dapat berdampak di hati orang tua mereka.

Ucapan baik ibarat menempelkan warna warni di hati dan ucapan buruk ibarat menusukan paku ke hati. Meskipun telah mencabut paku tersebut akan tetap meninggalkan bekas di hati tersebut. Mengajarkan kepada murid agar sebelum berucap dan bertindak hendaknya dipikirkan terlebih dahulu.


Lie Anne Tanjaya sedang melakukan tanya jawab kepada Revata (10) berkenaan pelajaran setelah menyaksikan tayangan.

Sesi pengajaran bahasa Mandarin  pada kelas tzu shao mengunakan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi “Hati sering penuh kebahagiaan, biarpun bertemu dengan kesulitan juga dapat mengubahnya menjadi menyenangkan; senantiasa termurung tidak bahagia, bertemu kondisi apapun dirinya tetap akan terikat” (Cháng huái huān xǐ xīn, Jí shǐ yù dào nì jìng yě néng zhuǎn niàn kāi xīn; zǒng mèn mèn bù lè, yù dào rèn hé jìng jiè dū huì zì wǒ chán fù).

“Tadi anak anak telah praktik melihat langsung agar mereka lebih dapat memahami apa yang telah diajarkan pada hari ini. Satu kalimat saja dapat berdampak bagi hati orang tua. Misal. Ma, sudah makan belum? Maka, hati orang tua akan terhibur. Saya belum mau tidur, nanti saja, itu akan merisaukan hati orang tua,” Ujar Henny Chen, tim materi permainan dalam kelas budi pekerti He Qi Pusat.

Henny Chen (51), adalah salah satu Da Ai Mama yang ikut bersumbangsih sejak tahun 2013. Ia sangat bersyukur berkesempatan bergabung di dalam barisan Bodhisatwa dari kelas budi pekerti. Mulanya ia menjadi donatur Tzu Chi terlebih dahulu.


Adhika Gunawan bertekad untuk selalu mendengarkan nasihat sang mama dan akan mengurangi bermain game. 

“Ada shijie (relawan perempuan) yang ajak saya ikut bantu di kelas budi pekerti, ia mendampingi saya dengan baik. Jika mau dibilang tidak ada waktu juga tidak…dan dibilang ada waktu juga saya ada kesibukan. Akhirnya saya berpikir apa yang dapat saya bantu saat itu, maka terbersit pikiran menjadi pendamping anak. Demi anak saya dan jika ingin anak menjadi baik kita harus menjadi teladan,” cerita Henny.

Selama mengikuti pendampingan anak, banyak hal yang ia pelajari. “Dulu saya berpikir tunggu jika saya sudah menjadi orang besar dan berhasil maka berarti sudah berbakti. Tetapi, sekarang saya lebih tahu arti berbakti dengan bersumbangsih dan tidak membuat orang tua risau, menuruti perkataan orang tua adalah sikap berbakti,” tambahnya.

Pukul 10.45 Siang, para murid qing zi ban, murid tzu shao ban dan orang tua melakukan latihan untuk drama musikal sutra bakti seorang anak. Kelas bimbingan budi pekerti pun berakhir pada pukul 13.00 siang.


Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Mengenalkan Mengasihi dan Menghargai Kehidupan Sejak Dini

Mengenalkan Mengasihi dan Menghargai Kehidupan Sejak Dini

26 Juni 2019

Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat kembali diadakan pada Minggu, 16 Juni 2019 yang berlangsung di ITC Mangga Dua lantai 6, Jakarta Utara dengan tema “Saling Mengasihi, Welas Asih, Menghargai Kehidupan.” Kelas dihadiri oleh 36 orang relawan Tzu Chi, 14 orang murid, 25 orang murid Qin Zi Ban (B) dan 23 orang murid Tzu Shao Ban.

Menyucikan Hati dengan Pendidikan Moral

Menyucikan Hati dengan Pendidikan Moral

23 April 2019

Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat kembali diadakan pada Minggu, 14 April  2019. Kali ini temanya adalah pendidikan moral. Anak-anak diberikan pengajaran agar mampu berinteraksi sesuai nilai moral yang berlaku di lingkungan masyarakat.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -