Menyusuri Jejak Cinta Kasih Tzu Chi di Tepi Ciliwung
Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo AMindarti, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat memberikan Celengan Bambu kepada Margani pada saat mengunjungi kediamannya di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.
Suasana ramai di sebuah gang mengiringi langkah kakinya dengan tongkat penyangga di kaki kirinya. Dari kejauhan, Margani (54) pun berjalan perlahan menghampiri empat relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat yang hendak berkunjung ke rumahnya yang berada tidak jauh dari aliran sungai Ciliwung tepatnya di wilayah Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.
Setelah beberapa saat berjalan, relawan pun disambut istri Margani di depan rumahnya. Setelah mengucap salam, satu per satu relawan masuk ke dalam rumah Margani yang berukuran 3 x 2,5 meter. Setelah dipersilahkan duduk lesehan, merekapun saling bertanya kabar dan kondisi kesehatan.
“Keseharian ya masih muter-muter cari botol dan gelas bekas minuman di Pasar Jatinegara bergantian sama istri saya,” ungkap Margani sambil melontarkan tawa bahagia.
Dengan pekerjaannya tersebut, ia harus menghidupi empat orang anak dan istrinya. “Hasilnya dijual per kilo, sebulan ya tak tentu juga. Biasanya paling sering dapat 200 ribu,” katanya.
Margani sendiri merupakan salah satu penerima bantuan biaya hidup dari
Tzu Chi sejak Februari 2017 dan jalinan
jodohnya pun masih terjalin baik hingga saat ini. “Waktu itu banyak yang kasih
saran kalau mau minta bantuan ke PGC Cililitan saja di lantai atas. Akhirnya
saya coba,” kenang Margani. Setelah dua kali disurvei oleh relawan Tzu Chi,
akhirnya disetujui permohonannya.
Dengan kondisi rumah yang sempit, relawan Tzu Chi menyempatkan diri untuk berbincang dan duduk bersama dengan Margani dan keluarga.
Di sisi lain, kondisi fisik Margani juga membuatnya tidak punya pilihan selain bekerja mencari botol dan gelas bekas minuman kemasan. Sejak usia 25 tahun, banyak benjolan yang menyebar di sekujur tubuhnya.
“Penyakit saya ini awalnya dari usia 15 tahun, ada satu benjolan di paha kiri saya. Kejadiannya gara-gara berenang di kali, kemudian tertusuk tunggak (potongan kayu yang tertanam di dasar sungai-red) dan jadi benjolan,” cerita Margani.
Selain benjolan bekas luka tersebut, terdapat benjolan lainnya yang mulai menyebar di sekujur tubuhnya, ia pun mulai memeriksakan kondisi kesehatannya di rumah sakit. “Aduh, nama penyakitnya saya lupa, susah menyebutnya,” pungkasnya.
Dari hasil pemeriksaan, penyakitnya
tersebut didiagnosa merupakan salah satu jenis kanker kulit. Secara medis bisa diberikan penanganan tetapi
akan muncul kembali benjolan-benjolan serupa.
Indriyani menunjukkan kerontokan rambut Gilang akibat penyakit yang dideritannya.
“Kata dokter waktu itu, ‘boleh pak dioperasi, tapi nanti bakalan timbul lagi’, kemudian saya mikir ke depannya gimana,” kenang Margani. Dokter yang menanganinya juga memberitahu jika penyakitnya tersebut tidak menular. “Sakit, enggak. Gatal juga enggak,” kata Margani menceritakan kondisi yang dirasakannya. Akhirnya, saat itu ia pun berusaha menerima keadaan bahwa kondisi tubuhnya mulai dipenuhi dengan benjolan.
Bukan hanya benjolan di sekujur tubuhnya, kaki kiri Margani juga tumbuh tidak sempurna akibat efek samping pengobatan. “Ini kaki (kaki kiri) seperti ini gara-gara waktu kecil sering sakit panas dan sering disuntik kakinya sehingga terjadi kelainan dan tidak bisa tumbuh,” cerita Margani.
Kondisi tersebut juga membuatnya harus berjalan dengan menggunakan tongkat penyangga. Tetapi segala keterbatasan yang ada pada Margani tidak menyurutkan semangatnya dalam menjalani hidup. Istrinya pun juga menerima kondisinya yang tidak sempurna tersebut.
“Saya pikir begini, saya punya tekad biar kondisi saya
seperti ini. Bagaimanapun caranya, saya harus punya nafkah buat anak-anak dan
keluarga,” ungkapnya.
Belum genap satu tahun berjodoh dengan Tzu Chi, Margani sangat bersyukur
dengan bantuan yang diterimanya. “Seumur hidup baru sekali-kalinya
dibantu ya sama Tzu Chi ini,” ungkapnya. Bantuan tersebut sangat membantu Margani menafkahi
keluarganya, apalagi kedua anaknya masih ada yang bersekolah. “Mudah-mudahan
Tzu Chi bisa terus menolong orang-orang seperti saya ini,” kata Margani bersemangat.
Perbincangan relawan Tzu Chi dengan Indriyani mengenai perkembangan Gilang.
Tak lupa, relawan Tzu Chi yang berkunjung juga memberikan Celengan Bambu untuk Margani supaya bisa meneruskan kebaikan-kebaikan kepada sesama serta untuk berhemat dan menyisihkan sebagian rejeki. “InsyaAllah, akan saya sumbangkan (tabungan) kembali kepada yang membutuhkan juga,” tutup pria yang tinggal di Kampung Pulo sejak 1962 tersebut.
Mengalirkan Kasih Sayang
Setelah mengunjungi Margani, relawan kemudian menuju ke rumah penerima bantuan Tzu Chi yang lokasinya masih berada di Kampung Pulo. Gilang (4), merupakan balita yang menerima bantuan susu dan pampers dari Tzu Chi.
Awalnya Gilang adalah balita yang sehat, tetapi mendadak kondisi fisiknya menjadi lemas dan lemah. Setelah diperiksa, Gilang didiagnosa menderita Cerebral Palsy. Menurut Indriyani (32), ibu dari Gilang, pada usia 1 tahun 2 bulan penyakit tersebut mulai menyerang anak semata wayangnya.
“Awalnya diare, panas, dan kejang. Kemudian keadaannya jadi seperti bayi lagi,” cerita Indriyani
Berbagai pengobatan untuk penyakit yang diderita Gilang juga sudah ditempuh. Salah satunya dengan pengobatan terapi syaraf di salah satu rumah sakit di Jakarta. “Satu minggu dua kali menjalani terapi. Alhamdulillah, ada perubahan. Sebelum terapi malah tidak bisa apa-apa, menangis saja tidak ada suaranya,” kata Indriyani.
Indriyani dan suami merasa kaget, anaknya yang tadinya sehat tiba-tiba menjadi sakit. “Waktu baru sakit saya belum bisa menerima, orang dari sehat tiba-tiba begini, saya jadi minder sama tetangga,” kenangnya.
Perasaan takut dan cemas pun menghantui Indriyani, karena beberapa tahun sebelumnya ia dan keluarga mendapatkan musibah yaitu meninggalnya kakak Gilang saat berusia 5 tahun. Hal tersebut juga terjadi karena tiba-tiba muntah-muntah dan tidak tertolong. Perasaan minder Indriyani tersebut ternyata tidak terbukti, justru tetangga dan keluarga sangat mendukung serta turut berempati dengan keadaan Gilang saat ini.
Ayah Gilang pun hanya bekerja sebagai karyawan yang dibayar harian pada sebuah toko di Pasar Jatinegara dan itu pun juga untuk keperluan sehari-hari. Karena kondisinya yang serba sulit, Indriyani mencoba mencari bantuan.
“Awal kenal Tzu Chi itu dari teman, katanya waktu itu ‘kalau mau minta bantuan susu ke lantai atas di PGC Cililitan saja’ akhirnya saya coba saran dari teman tersebut,” kenang Indriyani.
Setelah mengajukan permohonan dan melengkapi persyaratan, akhirnya pada bulan Juli 2016, Gilang pun berjodoh dan menerima bantuan susu dan pampers dari Tzu Chi hingga saat ini. Menurut Indriyani, bantuan yang diberikan Tzu Chi juga mendukung kesembuhan anaknya.
“Bantuannya sangat membantu Gilang, apalagi susu,” ungkapnya. Ia juga terkesan dengan pendampingan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi, walaupun tidak setiap hari ada, tetapi kerap kali menghubungi lewat telepon untuk bertanya perkembangan dan kabar. “Relawan tuh baik-baik dan ramah-ramah. Alhamdulillah sudah dibantu dan meringankan beban saya. Terima kasih untuk Tzu Chi sudah membantu, semoga anak saya cepet sehat lagi,” pungkas Indriyani.
Kunjungan kasih pada 8 Desember 2017 ini digagas oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat di PGC Cililitan. Mindarti, koordinator kunjungan kasih di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur juga memberikan Celengan Bambu untuk Indriyani.
“Kita memberikan pelajaran bagi mereka (keluarga Margani dan orang tua Gilang) agar mereka bisa menyisihkan uang mereka, yang kedua mereka bisa berjaga-jaga jika membutuhkan uang. Selain itu kita harapkan mereka bisa diberikan hasil dari celengan tersebut kepada yang membutuhkan, tetapi jika kondisi mereka memang kekurangan ya bisa dipakai sendiri,” jelas Mindarti.
Menurut Mindarti, kunjungan kasih ke rumah para penerima bantuan Tzu Chi ini sekaligus untuk menjalin silaturahmi. Hal ini dilakukan supaya para penerima bantuan selalu bersemangat dalam menjalani hidupnya.
“Harapannya melalui kunjungan ini para gan en hu (penerima bantuan Tzu Chi) terus menjalin jodoh dengan relawan dan cinta kasih yang sudah terjalin bisa mereka ditularkan kepada yang lain,” kata Mindarti mengakhiri kegiatan kunjungan kasih di Kampung Pulo.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Tanpa Ada Sekat Perbedaan
20 April 2016Relawan Tzu Chi Biak mengadakan kunjungan kasih ke Lapas Kelas III Biak pada tanggal 14 April 2016. Mereka disambut antusias oleh 140 orang warga binaan di lapas. Kunjungan kasih ini diadakan agar bisa membangkitkan semangat para warga binaan agar mereka tidak minder dan terpuruk setelah ke luar dari Lembaga Pemasyarakatan.
Cinta Kasih untuk Opa dan Oma
24 Juni 2014Secara bergantian, opa dan oma dengan penuh percaya diri membawakan beberapa tembang favoritnya.
Kehidupan Herry yang Berubah
08 September 2020Herry Cahyadi (38), pemuda asal Tanjung Duren, Jakarta Barat, tetap tegar meski kondisi wajah dan fisiknya sangat berubah. Anak pasangan Tjoa Eng Hoi (65) dan Mahadjah Zaleha (60) ini menderita tumor di gusinya.