Meraih Masa Depan yang Cerah di Rusun Cinta Kasih

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Arimami S.A, Khusnul Khotimah, Dokumentasi pribadi

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono merasa bangga dengan kisah-kisah inspiratif warga rusun. Ia menyalami Tutin Rahayu dan anak sulungnya, Daqnas dalam acara Syukuran 20 Tahun Rusun Cinta Kasih Tzu Chi pada Minggu, 26 Agustus 2023.

Ketika direlokasi dari tempat tinggalnya di bantaran Kali Angke ke Rusun Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng oleh Pemprov DKI Jakarta 20 tahun yang lalu, Tutin Rahayu gamang. Tapi sang suami, Ali Mukmin berkeras pindah sesuai ajakan pemerintah sebagai salah satu langkah penanggulangan banjir di Jakarta. Tutin pun tak punya pilihan lain.

Siapa sangka di tempat baru yang masih asing itu, yang masih sepi kala itu dan jauh dari mana-mana justru menjanjikan masa depan yang cerah baginya dan anak-anaknya. Ibu tiga anak ini berhasil mewujudkan mimpi lamanya meraih gelar sarjana dari Universitas Panca Sakti, Bekasi dengan Program Studi S1 Pendidikan PGPAUD. Tak berhenti di situ, Tutin yang saat ini berusia 46 tahun ini masih semangat belajar dan tengah menempuh pendidikan S2.


Mulanya Tutin menyaksikan banyak anak-anak usia pra-TK yang bermain tanpa bimbingan di area rusun. Ada juga yang tidur-tiduran di taman. Tutin prihatin dan merasa harus melakukan sesuatu. Kebetulan sekali, saat itu ada program BKB (Bina Keluarga Balita) dan PAUD dari Kelurahan Cengkareng. Tutin yang kala itu adalah kader dan Ketua RT tergerak untuk mendirikan PAUD.

Ketulusannya dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas seolah magnet bagi anak-anak PAUD Cinta Kasih Ibu untuk mengerubunginya. Anak-anak belajar sambil bermain dengan ceria dan bahagia.

Sebagaimana diketahui, di jenjang PAUD, anak-anak diajarkan tentang berbagai aspek kecerdasan emosional dan spiritual, perkembangan motorik, hingga cara berinteraksi sosial. Tutin bersama Ibu RW kala itu, Bu Santi kemudian meminta izin Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma untuk mendirikan PAUD di area Rusun Cinta Kasih.

“Kami bertemu Pak Aguan (Sugianto Kusuma) di Mangga Dua, Pak Aguan mengizinkan kalau tempatnya dipakai untuk PAUD. Baru kami urus surat izinnya.” Cerita Tutin.

PAUD yang diberi nama PAUD Cinta Kasih Ibu ini pun berdiri pada tahun 2011. PAUD Cinta Kasih Ibu terus berkembang dengan jumlah muridnya saat ini 42 anak yang dibagi menjadi dua kelas.

Ada keresahan tersendiri yang dirasakan Tutin sebagai salah satu pengajar. Ia menyadari bahwa dirinya hanya lulusan SMA dan merasa kurang mumpuni dalam mengajar anak-anak. Pengalamannya hanya sebatas mengasuh anak agar sehat dan aman. Itu saja. Inilah waktu yang tepat baginya untuk melanjutkan pendidikan sarjana.

“Buat saya, enggak ada yang bisa memintarkan saya kecuali saya sendiri. Jadi kalau saya ingin mendidik anak-anak harus saya memintarkan diri sendiri dulu. Kalau tidak bisa memintarkan diri sendiri, mustahil untuk bisa mewujudkan generasi yang lebih berkualitas,” tegas Tutin.

Dengan perjuangan yang tak mudah, menyeimbangkan perannya sebagai orang tua dan istri, serta sebagai pengajar PAUD, Tutin meneruskan pendidikan S1 mulai tahun 2018 dan lulus pada 2022. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan dan anak-anak mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan S2 dan kini masuk semester dua.

“Jadi harus dimaksimalkan lagi,” ujarnya penuh rendah hati. Seperti permata yang terus diasah, sosoknya menjadi inspirasi generasi muda di lingkungannya untuk tak berhenti belajar.

Tutin akhirnya bisa mewujudkan impian lamanya untuk kuliah dan menjadi sarjana pendidikan, bahkan saat ini sedang menempuh semester 2 di jenjang S2.

Sementara itu sebagai orang tua, Tutin dan sang suami berhasil mendidik ketiga anaknya menjadi anak-anak yang membanggakan. Daqnas si sulung sejak enam tahun lalu telah menjadi anggota Polri dan kini dipercaya menjadi Patwal (patrol dan pengawalan) Wakapolri, Komisaris Jenderal Agus Andrianto.

“Kalau tanpa Yayasan Buddha Tzu Chi, mungkin Daqnas tidak bisa seperti sekarang ini,” ujar Tutin.

Rusun Cinta Kasih dilengkapi dengan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat mendukung tumbuh kembang anak. Ditambah lingkungan rusun yang aman dan bersih.

“Rumah kami dulu bukan rumah panggung, rumah dataran cuma lingkungannya enggak support untuk tumbuh kembang anak. Untuk pendidikan kurang memadai, pergaulan juga negatif, jadi berbeda banget antara di bantaran sama di sini. Pencurian itu seringkali, trus banyak warga yang mabuk-mabukan,” sambungnya.


Daqnas bersekolah di Sekolah Cinta Kasih hingga SMP. Karena bakatnya di bidang olahraga khususnya lari, atas bimbingan dan rekomendasi dari guru olahraga Sekolah Cinta Kasih, Pak Ahmad, Daqnas melanjutkan SMA di Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan. Benar saja, Daqnas menjadi atlet lari kebanggaan DKI Jakarta, sprint 400 meter selama kurang lebih 3 tahun. Daqnas pun kerap keluar kota mewakili Provinsi DKI Jakarta.

“Syukur Alhamdulillah berkat Yayasan Buddha Tzu Chi, berkat bimbingan dari guru dan semua yang terlibat di situ Alhamdulillah,” ujar Tutin.

Daqnas kini dipercaya menjadi Patwal (patrol dan pengawalan) Wakapolri, Komisaris Jenderal Agus Andrianto.

Daqnas kemudian mengikuti pendidikan polisi. Dinas pertama Daqnas sebagai anggota Polri ditempatkan di Polda Metro Jaya selama enam bulan. Prestasinya yang mentereng pun mengantarkannya menjadi Patwal Wakapolri.

“Rasanya baru kemarin saya tinggal di sini ternyata sudah 20 tahun. Ternyata banyak sekali pengalaman yang saya rasakan bersama Yayasan Buddha Tzu Chi. Perjalanan hidup saya tidak sangka sampai di titik ini punya anak polisi dan saya sendiri bisa masuk ke jenjang S2. Itu luar biasa. Enggak jadi pemikiran sebelumnya saat tinggal di Angke,” ujar Tutin penuh syukur.

Menciptakan Lapangan Kerja
Kisah inspiratif warga rusun lainnya datang dari Oding Junendi (47) yang kini memiliki usaha kios jahit. Meski skalanya masih kecil, kios jahitnya telah membuka lapangan pekerjaan, menjadi tumpuan bagi keluarganya dan 10 karyawannya.

“Pastinya saya syukuri banget. Kalau enggak pindah ke sini ya mungkin kehidupan saya juga enggak akan begini. Bahkan di bawah dari ini bisa jadi. Apalagi di sini dikasih tempat dengan sewa yang agak murah. Kalau sewa di luar kan mana mungkin mampu,” kata Junendi.

Junendi bersyukur dengan usaha yang dirintisnya turut membantu menciptakan lapangan pekerjaan.Hal ini tak lepas dari suasana rusun yang kondusif dan upaya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang mendukung kemajuan warga rusun.

Kios yang Junendi sewa memang terbilang murah, yakni hanya 150.000 rupiah perkios. Dengan keulaten dan kerja keras, kios jahitnya berkembang dan kini memiliki 10 karyawan. Saat ini ia menyewa tiga kios.

Sewaktu masih tinggal di bantaran Kali Angke, Junendi memang bekerja sebagai karyawan di sebuah konveksi. Pindah ke Rusun Cinta Kasih, ia masih menjadi karyawan konveksi selama tiga tahun.

“Saya pikir anak sudah dua, saat itu. Di konveksi kan ibaratnya kerja lepas, kalau ada kerjaan ya dapat duit, kalau enggak ada, enggak dapat duit. Akhirnya saya berpikir harus bagaimana kedepannya,” kata Junedin.  

Uang yang didapatnya dari asuransi jiwa, kemudian ia belikan satu mesin jahit. Junendi juga menyewa dua mesin jahit, yang ia cicil bayarnya setiap bulan. Total ia memulai usahanya dengan tiga mesin jahit dan berkembang sedikit demi sedikit. Usaha yang dilakoninya itu pun kini telah berjalan selama 15 tahun. Dari usahanya tersebut, ia berhasil menguliahkan anak keduanya.

Karyawan Junendi bekerja dengan hati yang gembira. Junendi berharap usahanya dapat terus berkembang sehingga bisa menyewa kios yang lebih besar di luar rusun. Dengan demikian warga lainnya bisa bergantian menempati kiosnya dan mendapat kesempatan untuk menjalankan usaha.

“Dulu sama sekali tidak ada bayangan anak harus kuliah. Sebagai orang tua, impian ada tapi melihat dari penghasilannya kayaknya jauh,” katanya sambil tertawa.

“Terima kasih banget kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah menolong warga yang tadinya tempat tinggalnya kumuh, pindah ke tempat yang bagus. Mudah-mudahan Tzu Chi bisa berbagi lagi di tempat yang lain buat rusun seperti ini di tempat yang lain biar kehidupan di tempat yang lain juga bisa ada perubahan juga seperti yang saya dan warga rasakan,” pungkasnya.

Editor: Arimami Suryo A

Artikel Terkait

Meraih Masa Depan yang Cerah di Rusun Cinta Kasih

Meraih Masa Depan yang Cerah di Rusun Cinta Kasih

28 Agustus 2023

Dua puluh tahun lalu, lebih dari 1.000 warga yang tinggal di bantaran Kali Angke direlokasi ke Rusun Cinta Kasih, Cengkareng. Tutin Rahayu juga Junendi, salah satu warga memaknai peristiwa ini sebagai sebuah hijrah. Hijrah secara maknawi berarti perubahan dari suatu kondisi ke kondisi yang lebih baik.

HUT Rusun Cinta Kasih Tzu Chi ke-20: Jalan Panjang untuk Memulihkan Kehidupan

HUT Rusun Cinta Kasih Tzu Chi ke-20: Jalan Panjang untuk Memulihkan Kehidupan

28 Agustus 2023

Mengingat kembali kisah perjalanan panjang berdirinya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng di hari ulang tahunnya yang ke-20. Sebuah jalan panjang untuk menenteramkan raga, memulihkan kehidupan, dan menenteramkan jiwa.

HUT Rusun Cinta Kasih Tzu Chi ke-20:  “Terima Kasih, Terima Kasih Tzu Chi…”

HUT Rusun Cinta Kasih Tzu Chi ke-20: “Terima Kasih, Terima Kasih Tzu Chi…”

28 Agustus 2023

Rasa syukur, haru, dan bahagia melingkupi HUT Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi ke-20. Di hari itu, PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi melihat perubahan anak-anak yang dulu tinggal di bantaran sungai, kini menjelma menjadi anak-anak yang berprestasi.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -