Merajut Indahnya Kebahagiaan (Bag 2)
Jurnalis : Indri Hendarmin , Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Johnsen, Stephen Ang, Tan Surianto, Teksan (He Qi Utara)
|
| ||
Matahari bersinar cerah dan jalanan masih terlihat cukup sepi. Pukul 07.30 WIB relawan sudah berkumpul di lantai 29 Apartemen Laguna dan saling berkoordinasi satu sama lain. Di sepanjang area teras luar telah berbaris relawan yang siap menyambut kehadiran tamu undangan dengan tepuk tangan dan nyanyian yang merdu. Yang paling menarik adalah tempat yang tadinya terlihat sederhana menjadi indah setelah Meny Thalib Shijie bersama relawan lainnya mendekorasi ruangan ini. Tirai bambu yang terpampang di setiap sudut panggung ditambah dengan tanaman hijau memberikan suasana yang damai. Kursi dan meja bulat dihiasi kain biru dan bunga terlihat begitu rapi menjadi ciri khas budaya humanis Tzu Chi yang selalu terlihat dalam setiap kegiatan. Acara diawali dengan peragaan tata cara menyajikan teh oleh Ai Ru Shijie yang merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi. Teh yang disajikan dengan penuh Dharma dan cinta kasih ini kemudian diberikan kepada setiap tamu undangan yang hadir. Sambil menikmati hangatnya secangkir teh, Anton Shixiong memberikan kata sambutan dan ucapan terima kasih kepada penghuni Apartemen Laguna yang pada saat banjir ikut bersama relawan Tzu Chi turun ke lapangan memberikan bantuan. Selain itu Anton Shixiong juga berharap agar penghuni dapat ikut bersumbangsih dalam berbagi cinta kasih bersama Tzu Chi. Sehingga jalinan jodoh baik ini bisa tercipta dan terus bersemi di kemudian harinya.
Keterangan :
Untuk menambah wawasan para tamu undangan, kami menayangkan sebuah video sejarah perjalanan awal Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan hingga bisa berkembang di Indonesia. Isyarat tangan Rang Ai Chuan Chu Qu yang diperagakan oleh relawan mengalun merdu dalam ruangan. Semangat menebarkan cinta kasih semakin terasa ketika Hok Lay Shixiong menceritakan kisah seorang anak yang menjadi pasien Tzu Chi. Budi Salim yang telah mendapatkan bantuan pengobatan dan sudah kembali bersekolah ini mempunyai kemauan untuk membantu ekonomi keluarganya. Selain untuk orang tua dan tabungan pribadinya, Budi juga menyisihkan uang hasil penjualan kuenya untuk dimasukkan ke dalam celengan bambu agar dapat membantu orang lain juga. Celengan bambu merupakan awal bermulanya kegiatan amal kemanusiaan Tzu Chi, dimana Master Cheng Yen meminta kepada 30 ibu rumah tangga untuk menyisihkan uang belanja setiap hari 50 sen untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Dana kecil ini nantinya bisa terkumpul menjadi cinta kasih yang besar dengan begitu banyak orang yang memberikan cinta kasihnya. Inilah filosofi yang ingin kami tanamkan kepada setiap orang agar setiap hari dapat berpikir hal yang baik, berucap hal yang baik dan melakukan perbuatan yang baik.
Keterangan :
Pada akhir acara kami berkesempatan untuk berkenalan dengan seorang penghuni Apartemen Laguna bernama Harry Junaedi yang tinggal di lantai 22 blok B. Di luar dari profesi sehari-harinya sebagai dosen dan sinshe, Harry (71) sering berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi seperti bencana Tsunami Aceh beberapa tahun lalu. Selain itu ia juga cukup aktif di kegiatan sosial lainnya. “Saya senang sekali dan sudah merasakan kasih sayang dari teman-teman Tzu Chi sejak dari hari kamis yang lalu. Saya sudah mendengar banyak tentang kegiatan Tzu chi. Celengan bambu ini besar artinya, saya berharap dapat mendekatkan antara yang ada dengan yang tak berada,” ujarnya menutup pembicaraan. Kebahagiaan semakin lengkap ketika relawan mengajak 99 penghuni Apartemen Laguna yang hadir ikut memperagakan isyarat tangan “Satu Keluarga.” 124 celengan bambu pun telah dibagikan saat itu. Semoga rajutan benang cinta kasih dari celengan bambu ini membangkitkan cinta kasih dalam diri setiap orang dan membuat hubungan antar sesama menjadi indah. Dengan harapan agar kehidupan menjadi semakin harmonis dan dunia aman bebas dari bencana. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Sebersit niat pikiran baik dapat membawakan kebahagiaan bagi dunia.” | |||