Merajut Kasih Antar Generasi
Jurnalis : Shinta (He Qi Barat), Fotografer : Shinta (He Qi Barat) Para Xiao Pu Sha sedang memijat para opa dan oma. Sebuah sentuhan lembut bagi para opa dan oma yang jarang bersua dengan keluarga yang disayangi. |
| ||
Tidak seperti biasanya, kali ini opa dan oma di sana dikunjungi oleh begitu banyak Xiao Pu Sha, panggilan untuk anak-anak peserta kelas budi pekerti yang berusia antara lima sampai delapan tahun. Kedatangan para Xiao Pu Sha kali ini diiringi harapan untuk menghibur, memberikan kebahagiaan, dan merajut kasih sayang dengan para opa dan oma. Sambil menunggu acara yang akan dimulai pada pukul 09.30 WIB, opa dan oma terlihat duduk sambil berbincang-bincang dengan relawan dan orang tua Xiao Pu Sha. Wajah yang berseri-seri dan senyum penuh penantian terpancar dari wajah mereka. Walau mereka baru bertemu, tetapi semua yang hadir dapat dengan segera merasakan kehangatan di antara mereka. Sesuai jadwal, pembawa acara membuka acara dan bertanya, ”Apa kabar semuanya?” Dengan suara yang lantang semua serentak menjawab, ”Luar biasaaaa...” Sebuah jawaban yang memang luar biasa dari para opa dan oma. Jawaban tersebut memberi semangat kepada para relawan, orang tua murid, dan juga Xiao Pu Sha. Tanpa diduga sebelumnya, Oma Cecile dengan sukarela memberikan kata sambutannya. Dengan sigap ia berdiri, maju ke depan ruangan, memegang mikrofon, dan mengungkapkan sambutan tulusnya, ”Senang sekali hari ini kami mendapat kunjungan dari Yayasan Tzu Chi, kami sangat berbahagia, dan tidak sabar lagi. Kami ucapkan terima kasih terlebih dahulu atas kunjungannya dan Tuhan memberkati.” Acara dimulai dengan perkenalan singkat Xiao Pu Sha dan orang tua dengan diiringi lagu bernada riang yang kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan isyarat tangan oleh Xiao Pu Sha dengan lagu Xiao Tai Yang De Wei Xiao (Senyuman Matahari Cilik). Selain Xiao Pu Sha, kakak-kakak remaja yang bergabung di barisan Tzu Ching turut memperagakan isyarat tangan dan senam Tai Chi ala Tzu Chi. Pertunjukan Tai Chi ini mengundang keingintahuan opa dan oma, karena sebagian besar dari mereka baru pertama kalinya mendengar apa yang disebut dengan Tai Chi.
Keterangan :
Kunjungan ini kurang lengkap bila tidak disertai dengan permainan. Permainan yang tidak hanya diperuntukkan kepada mereka yang muda tetapi juga yang tua pun harus aktif. Ada dua permainan yang dibawakan pada kegiatan hari itu. Permainan pertama adalah permainan otak kiri – otak kanan. Para opa dan oma diajak untuk melatih kemampuan motorik mereka. Di sini, opa dan opa diajak bernyanyi, menggerakkan kedua kaki, dan juga harus melakukan gerakan-gerakan yang berbeda di antara kedua tangan mereka. Sementara permainan kedua adalah terbalik-balik. Opa dan oma diajak untuk mempertajam ingatan dan sigap bertindak dalam permainan lawan kata. Permainan-permainan ini membuat seluruh penghuni ruangan, baik tua maupun muda, tertawa terbahak-bahak. Walaupun mereka kesulitan melakukan itu semua, tetapi mereka tetap bertepuk tangan dan bernyanyi. Acara selanjutnya merupakan acara yang membawa berbagai macam kegembiraan dan juga keharuan bagi mereka yang berada di dalam ruangan. Acara tersebut adalah acara pijat-memijat para opa dan oma. Para Xiao Pu Sha, Tzu Ching, relawan Tzu Chi, dan para orang tua Xiao Pu Sha dipasangkan dengan opa atau oma yang hadir. Tanpa terkecuali, semuanya memijat bahu para opa dan oma. Sentuhan tangan di bahu mereka merupakan sentuhan dan pijtan kasih sayang yang telah lama tidak dirasakan. Setelah memijat bahu, pijatan diarahkan ke kaki dan tangan. Tak henti-hentinya para opa dan oma tertawa bahagia dan memuji ”anak dan cucu” mereka yang berkunjung hari itu. Sebelum tiba di penghujung acara, acara selanjutnya adalah acara kejutan, yakni pembagian bingkisan kepada opa dan oma. Bingkisan keranjang itu berisi baju tidur, kaus kaki, minyak kayu putih, sereal, dan biskuit gandum. ”Oh, ini berguna sekali. Kaus kaki biar hangat. Ini cocok nih untuk sarapan. Terima kasih ya, sayang,” ujar seorang oma sambil mencium pipi salah satu relawan Tzu Chi. Ternyata kebahagiaan itu tidak berakhir di sini, tak lama setelah itu, Opa Hendra (68) maju ke depan dan mempersembahkan sebuah lagu daerah dari asal Opa Hendra dibesarkan. Lagu tersebut adalah lagu Kampuang Nan Jauh di Mato untuk semua yang hadir. Persembahan lagu dilanjutkan dengan dua orang oma yang menyanyikan lagu Mandarin Wang Bu Liao (Tak Terlupakan) dan Gan En De Xin (Hati yang Bersyukur dan Berterima Kasih). Semua yang hadir pun kemudian ikut bernyanyi dan bersukacita bersama.
Keterangan :
Acara diakhiri dengan bahasa isyarat tangan Satu Keluarga. Semua yang hadir membentuk lingkaran besar. Di sini kita semua menjalin hati, memancarkan cinta kasih. Tua–muda, laki-laki–perempuan, semua bergandengan tangan. Saat itu, terlihat seorang oma meneteskan air mata, ”Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas kunjungannya. Ini adalah air mata haru. Kunjungan kalian membuat saya teringat kepada anak, cucu saya. Terima kasih telah menghibur kami semua. Semoga Tuhan memberkati.” Meski sebagian besar dari para opa dan oma ini masih dapat berjalan, tetapi tidak sedikit pula yang duduk di kursi roda. Walau begitu, para opa dan oma tidak membiarkan keterbatasan menghambat kebahagiaan mereka. Mereka tetap mengikuti acara dari awal hingga akhir dengan penuh sukacita. Satu yang indah dalam kesempatan itu adalah ketika acara ramah tamah bersama segenap keluarga besar Tzu Chi yang menemani dan berbincang-bincang dengan opa dan oma setelah kegiatan selesai dilakukan. Banyak cerita-cerita indah dan mengharukan mengalir dari hati mereka yang paling dalam. Ada yang merasa tidak diperhatikan anak-cucu. Ada juga yang sengaja memilih tinggal di panti karena menikmati kebersamaan dengan ”teman-teman senasib”. Oma Lenna Halim adalah warga Singapura yang menetap di Jakarta selama tiga belas tahun ketika anaknya bekerja di Jakarta. Tetapi ketika anaknya hendak kembali ke Singapura, Oma Lenna memilih untuk tinggal di Jakarta dan menetap di Panti Marfati sebagai rumah barunya. Pemandangan kebersamaan antara penghuni panti dan keluarga besar Tzu Chi seperti ini amatlah menyejukkan hati. Master Cheng Yen senantiasa berpesan ”Ada dua hal yang tidak dapat ditunda, yaitu berbakti kepada oran gtua dan melakukan kebajikan”. Arifin Shixiong, seorang wali murid Xiao Pu Sha berkata, ”Senang sekali hari ini mendapatkan kesempatan untuk ikut kegiatan ini. Ada orang yang ingin berbuat bajik tetapi tidak bisa. Tapi hari ini berkat kegiatan Qin Zi Ban ini, saya dapat merealisasikan hasrat saya untuk melakukan kebajikan.” Melalui kegiatan ini, terlihat jelas rajutan kasih antar generasi. Kasih sayang opa dan oma kepada ”anak-cucu” yang berkunjung pagi itu, dan juga sebaliknya. Hendaknya kita bersyukur atas kehadiran orang tua dalam hidup kita, dan tidak melewatkan kesempatan untuk berbakti kepada mereka. | |||