Merajut Kebajikan di Keluarga Tzu Chi
Jurnalis : Vincent Salimputra (He Qi Pluit) , Fotografer : Shelvi, Rike Komalasari Gunawan (He Qi Pluit)
Hok Lay dengan sepenuh hati dan suara yang tenang berbagi kisah perjalanannya bersama Tzu Chi sebagai pembuka sebelum menjelaskan sejarah berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi di Hualien Taiwan yang didirikan oleh Master Cheng Yen hingga ada di Indonesia.
Siang itu, di Galeri Gedung DAAI, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, sinar matahari menyinari wajah-wajah penuh harapan. Satu per satu calon relawan Tzu Chi mulai berdatangan. Mereka datang dengan hati terbuka, siap menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga dan memahami makna sejati dari memberi.
Para relawan berdiri menyambut setiap peserta yang datang dengan senyum hangat, seperti menyambut anggota baru dalam sebuah keluarga besar yang penuh cinta kasih. Suasana hangat perlahan memenuhi ruangan galeri DAAI.
Auliani, pembawa acara, membuka pertemuan dengan suara lembut dan penuh semangat. Kehangatan dalam suaranya menenangkan hati sekaligus membangkitkan semangat di dalam ruangan. Semua peserta duduk dalam satu lingkaran kebajikan, siap memulai perjalanan berbagi cinta kasih.
Menemukan Makna di Tzu Chi
Suasana berubah hening ketika Hok Lay memberikan pengalamannya selama menjadi relawan Tzu Chi. Dengan suara tenang namun penuh makna, ia mulai berbagi kisah perjalanannya di Tzu Chi. "Saya juga pernah berada di posisi kalian, duduk di sini, bertanya-tanya apa sebenarnya Tzu Chi itu," ujarnya sambil tersenyum.
"Tetapi perlahan saya belajar bahwa Tzu Chi bukan hanya tentang memberi bantuan. Tzu Chi adalah tentang mendengar, memahami, dan mencintai tanpa syarat," lanjut Hok Lay. Kata-katanya menyentuh hati, membuat beberapa peserta terdiam dalam renungan.

Para relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pluit memperagakan bahasa isyarat tangan dengan tema “Wo Men Dou Zai Ci Ji” dihadapan para peserta calon relawan Tzu Chi. Bahasa Isyarat tangan ini sebuah ungkapan kebersamaan, harapan, dan ketulusan.
Di antara mereka, Ericko, calon relawan asal Semarang yang sedang merantau di Jakarta, merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatinya. "Awalnya saya pikir ini hanya sesi sharing biasa. Tapi entah kenapa, saya merasa ingin ambil bagian. Saya ingin menjadi bagian dari keluarga ini (Tzu Chi)," ucap Ericko lirih.
Setelah sesi berbagi dari Hok Lay, para peserta disuguhkan penampilan bahasa isyarat tangan oleh relawan Tzu Chi sebagai bagian dari Misi Budaya Humanis Tzu Chi. Gerakan tangan yang indah itu bukan sekadar tarian, tetapi juga cara untuk menyelaraskan hati.
Setiap gerakan mengandung makna. Saat tangan bergerak bersama, hati pun ikut menyatu. Pesan yang ingin disampaikan adalah, "Kita semua ada di Tzu Chi." Tidak ada perbedaan, tidak ada jarak. Semua yang hadir adalah bagian dari satu keluarga besar.
Satu Langkah Kecil, Perjalanan Besar
Rike kemudian menjelaskan tentang pembagian wilayah relawan komunitas. Menurutnya, keterlibatan dalam komunitas yang dekat dengan tempat tinggal dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna.

Rike relawan komite Tzu Chi memaparkan pembagian wilayah relawan Tzu Chi. Para calon relawan mulai memahami bahwa menjadi relawan Tzu Chi bukanlah kegiatan sendiri-sendiri, tetapi perjalanan bersama didalam komunitas.
"Setiap wilayah memiliki kegiatan rutin. Dengan bergabung dalam komunitas yang dekat dengan rumah, kalian bisa lebih mudah mengenal sesama relawan dan ikut serta dalam aksi nyata sesuai kebutuhan masyarakat sekitar," jelas Rike.
Ini bukan sekadar pembagian administratif, tetapi juga untuk membangun koneksi yang erat antara relawan dan komunitasnya. Dengan berada di lingkungan yang dekat, relawan dapat lebih aktif dalam kegiatan sosial dan cepat merespons jika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Kelly berkesempatan untuk menjelaskan tentang kegiatan pada misi amal Tzu Chi salah satunya adalah yang sedang berjalan adalah program Bebenah Kampung di wilayah Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara dan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Kelly pun berbagi pengalaman tentang misi Amal dan pengobatan, Ia menggambarkan bagaimana tangan-tangan kecil bisa memberi dampak besar bagi mereka yang membutuhkan.
Selanjutnya, Shelvi menjelaskan tentang Misi Pendidikan dan Budaya Humanis Tzu Chi. Ia menegaskan bahwa cinta kasih tidak hanya diberikan dalam bentuk materi, tetapi juga dalam membentuk karakter dan nilai-nilai kehidupan.
Sesi demi sesi mengalir begitu alami. Setiap cerita yang dibagikan bukan tentang angka atau pencapaian, tetapi tentang kehidupan, harapan yang kembali menyala, dan cinta kasih yang terus mengalir.
Ketika lagu "Satu Keluarga" mulai dinyanyikan dengan bahasa isyarat tangan, suasana ruangan berubah. Lirik lagu itu tidak sekadar kata-kata, tetapi menjadi pesan cinta kasih dan kasih sayang universal kepada setiap makhluk yang berjalan bersama di jalan kebajikan.

Hok Lay menghampiri calon relawan Tzu Chi saat mengisi formular menjadi relawan Tzu Chi setelah acara sosialisasi berakhir. sesi ini menjadi kesempatan bagi calon relawan untuk memahami di mana mereka bisa berkontribusi dan menyalurkan niat baik sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Awal Perjalanan yang Besar
Di akhir pertemuan, Rossi dan Kim Hoa membagikan snack sebagai simbol kebersamaan. Sementara itu, Rita berkeliling mengumpulkan formulir pendaftaran dari mereka yang siap bergabung melangkah menjadi relawan di jalan Tzu Chi.
Auliani, sang pemandu acara, menutup pertemuan dengan pesan yang menggetarkan hati, "Hari ini kita mengambil satu langkah kecil, tetapi langkah ini adalah awal dari perjalanan besar."

Para peserta yang hadir di penghujung acara berfoto bersama dengan para relawan Tzu Chi yang menyosialisasikan untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Pada pertemuan sosialisasi relawan Tzu Chi ini ada 20 orang peserta yang mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi.
Beberapa datang dengan rasa penasaran, ada yang datang dengan keraguan. Namun, mereka pulang dengan pemahaman baru bahwa menjadi relawan bukan tentang seberapa banyak yang bisa diberikan, tetapi tentang ketulusan hati dalam berbuat kebajikan.
Editor: Anand Yahya
Artikel Terkait

Sosialisasi Relawan di Tzu Chi Makassar
07 Desember 2023Tzu Chi Makassar melaksanakan kegiatan sosialisasi relawan kepada 30 peserta yang berpartisipasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-141 di Kota Makassar.
Belajar Menjadi Relawan di Rumah Sakit
20 Mei 2016 Kamis, 19 Mei 2016, Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng mengadakan Sosialisasi Relawan Pemerhati. Kegiatan yang pertama kali diadakan oleh RSKB itu mengundang antusias dari 64 relawan.
Portal Menjadi Relawan Tzu Chi
07 November 2022Tzu Chi Batam kembali mengadakan Sosialisasi Relawan Baru yang terakhir di tahun 2022. Tujuan sosialisasi ini untuk mengajak lebih banyak orang turut menebarkan cinta kasih dan peduli kepada sesama. Sosialisasi ini diikuti oleh 29 calon relawan baru.