Merajut Tali Kasih Dengan Oma Opa di Panti Jompo
Jurnalis : Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi, Lidyawati (Tzu Chi Tebing Tinggi)Pendidikan bukan hanya sebuah kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan memberikan teori kepada anak-anak. Akan tetapi juga harus menekankan pada kegiatan nyata dalam kehidupan sehingga anak-anak dapat melihat, merasakan, dan melakukannya sendiri. Oleh karena itu tim pendidikan Tzu Chi Tebing Tinggi pada Minggu, 17 Februari 2019 mengajak anak-anak kelas budi pekerti melakukan kunjungan kasih ke Panti Jompo Yasobas Tebing Tinggi untuk merayakan Imlek bersama oma opa di sana.
Sebanyak 80 Bodhisatwa cilik dengan semangat mengikuti kegiatan tersebut dengan didampingi oleh orang tua mereka. Senyuman bahagia terlihat menghiasi wajah oma opa menyambut para Bodhisatwa cilik yang menyapa mereka dengan sebutan akong ama.
Pementasan Zhong Gu (genderang dan genta) yang dibawakan para Bodhisatwa cilik yang bermakna Jalan Bodhisatwa yang telah terbentang luas harus tekun ditapaki dengan terjun ke masyarakat dan bersumbangsih secara nyata.
Kegiatan tersebut dibuka dengan penampilan genta dan genderang Jing Si yang dibawakan sebanyak 18 Bodhisatwa cilik. Penampilan genta dan genderang ini bermakna agar diri setiap orang tekun menapaki jalan Bodhisatwa dengan melakukan sumbangsih nyata bagi masyarakat. Demikian juga kunjungan kasih ini juga bertujuan agar para Bodhisatwa cilik belajar memahami bahwa dalam kehidupan yang tidak kekal ini, mereka harus menggenggam setiap kesempatan yang ada dengan melakukan hal-hal yang bermakna, belajar menghargai kehidupan dengan memanfaatkan tubuh pemberian orang tua dengan baik, dan merasakan mulianya kedua orang tua mereka dalam membimbing mereka untuk berjalan ke arah yang benar sehingga dalam diri mereka dapat terbangkitkan rasa syukur.
“Hari ini kita mengajak para Bodhisatwa cilik kita beserta orang tua untuk menghibur oma opa yang ada di Panti jompo Yasobas ini, sekaligus merayakan Imlek bersama. Mungkin oma opa di sini semua kebutuhan sandang pangan mereka terpenuhi. Tapi ada satu yang lebih mereka butuhkan yaitu kasih sayang dari keluarganya. Jadi para Bodhisatwa cilik kita dengan tulus mengganggap oma opa di sini sebagai oma opa mereka dimana tadi mereka memberikan persembahan teh kepada oma opa sebagai wujud berbakti mereka,” kata Elin, koordinator dari kelas bimbingan budi pekerti.
Suasana Imlek semakin lengkap terasa dengan penampilan Barongsai dan juga Dewa Rezeki yang membagikan angpao semua yang hadir.
Oma opa yang berulang tahun di bulan Februari juga berkesempatan untuk merayakannya bersama dengan relawan dan para Bodhisatwa cilik.
Elin juga menjelaskan bahwa kesempatan ini mereka gunakan untuk mempraktikkan apa sudah mereka pelajari dalam kelas bimbingan budi pekerti. “Orang tua mereka juga sangat mendukung kegiatan ini karena ini adalah kesempatan untuk para Bodhisatwa cilik untuk bersumbangsih bagi orang lain,” imbuhnya.
Kegiatan ini juga diisi dengan penampilan barongsai dari para Bodhisatwa cilik. Imlek akan terasa tidak lengkap tanpa adanya angpao. Dalam kesempatan ini Dewa Rezeki juga turut membagikan angpao kepada opa oma, para Bodhisatwa cilik, dan seluruh peserta lain yang hadir. Penampilan isyarat tangan dari Bodhisatwa cilik juga menjadi salah satu hiburan yang diberikan kepada opa oma.
Dalam salah satu sesi acara, relawan merayakan ulang tahun bagi oma opa. Tidak ketinggalan para Bodhisatwa cilik dengan perasaan yang tulus, bersujud dan menyuapi kue serta menyuguhkan teh kepada oma opa. Sebelum menyuguhkan teh kepada oma opa, para Bodhisatwa cilik terlebih dahulu mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada oma opa dan juga mendoakan mereka agar sehat selalu. Tindakan yang sederhana ini membawa kegembiraan luar biasa dalam diri oma opa yang terlukis dalam wajah mereka karena mereka merasa masih ada yang peduli dan memperhatikan mereka sehingga membuat penderitaan mereka berkurang.
Kegembiraan juga dirasakan orang tua para Bodhisatwa cilik karena anak-anak mereka mendapat kesempatan untuk berbakti bukan hanya kepada orang tua sendiri, tapi juga dengan oma opa di panti jompo.
Dengan tulus, Bodhisatwa cilik menyuapkan kue, menyuguhkan teh, dan memijat opa oma.
Acara diakhiri dengan pemberian paket dan angpao kepada opa oma dari relawan dan juga para Bodhisatwa cilik.
Ibu Teti Riana Girsang sangat terharu dengan kegiatan hari ini karena dalam kegiatan ini terasa semua seperti satu keluarga tanpa merasakan adanya perbedaan suku dan agama. “Saya melihat di kelas budi pekerti ini sangat menekankan untuk kita bisa berbakti pada orang tua. Saya terus meyakinkan anak saya untuk ikut dalam kelas ini karena saya yakin anak saya pasti akan bisa berubah dan ternyata setelah hari pertama masuk kelas, sudah terlihat perubahan dalam diri anak saya. Anak saya sebelumnya dia tidak bersemangat kalo diajak untuk membaca Alkitab. Tapi setelah pulang dari kelas budi pekerti ini, justru dia yang mengajak saya untuk membaca Alkitab, ayat demi ayat dan saya terkejut dengan perubahan diri dia. Dan kedua dia mulai agak lemah lembut dari sikap,” kata Teti.
Para Bodhisatwa cilik dalam kesempatan ini juga menerima suvenir berupa plakat sebagai reward bagi mereka di rumah yang masing-masing bersujud di depan orang tua dan mempersembahkan teh kepada orang tuanya pada tahun baru Imlek. Reward ini sebagai wujud motivasi sehingga diharapkan budaya humanis akan terwujud tidak hanya di kelas, tapi juga di setiap keluarga.
Acara ditutup dengan doa bersama serta pemberian paket dan angpao dari relawan dan juga para Bodhisatwa cilik kepada opa oma. Melalui praktik nyata ini, diharapkan para Bodhisatwa cilik memahami kondisi kehidupan manusia dengan berbagai keadaan serta belajar untuk bersumbangsih bagi orang lain.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Merajut Tali Kasih Dengan Oma Opa di Panti Jompo
25 Februari 2019Sebanyak 80 Bodhisatwa cilik dengan semangat mengikuti kegiatan Kunjungan Kasih Ke Panti Jompo Yasobas dengan didampingi oleh orang tua mereka. Senyuman bahagia terlihat menghiasi wajah oma opa menyambut para Bodhisatwa cilik yang menyapa mereka dengan sebutan akong ama.
Merentangkan Jalan Yang Bajik
04 Desember 2018Tanpa terasa perjalanan kelas bimbingan budi pekerti di Tzu Chi Tebing Tinggi sudah berjalan hampir satu tahun. Pada Minggu, 25 November 2018 diadakan penutupannya. Kegiatan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB ini diikuti oleh 41 Bodhisatwa cilik dan juga 40 relawan dari Tebing Tinggi dan Laut Tador.