Merangkul Alam Dengan Berdaur Ulang
Jurnalis : Wentina Magdalena (DAAI TV Medan), Fotografer : Amir Nuraina (Tzu Chi Medan)Sekitar
56 siswa dari Bataria
School terlibat langsung dalam aktivitas daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Mandala
Medan, 5 Desember 2018.
Perpres No 97 tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo adalah tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Pada pasal 5 ayat 1 terdapat perintah pengurangan sampah sebanyak 30 persen dan penanganan sampah sebanyak 70 persen. Namun pada kenyataannya, masyarakat masih banyak yang belum melaksanakannya. Terbukti dari data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton pertahun.
Keprihatinan inipun mendorong insan Tzu Chi Medan untuk mengajarkan daur ulang sampah dan kepada anak-anak Bataria School di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Mandala Medan, 5 Desember 2018. Sekitar 56 anak hadir terlibat langsung dalam aktivitas daur ulang ini.
Para relawan dengan semangat mengajarkan anak-anak dalam mengelola sampah. Misalnya, botol plastik yang harus ditekan di kedua sisi agar menjadi pipih kemudian dimasukkan ke dalam suatu wadah. Nantinya, sampah botol plastik ini akan diolah menjadi biji plastik. Pada momen ini anak–anak terlihat sangat menyenangi bagian saat memipihkan botol plastik, bunyi plastik yang saling menyatu terdengar kuat di telinga para peserta.
Selain botol plastik, ada juga pengelolaan sampah lain yakni mengelola kertas dan kardus.
Tak hanya berdaur ulang, anak–anak juga dibekali materi mengenai sampah.
Selain botol plastik, ada juga pengelolaan sampah lain yakni mengelola kertas dan kardus. Pada kertas, setiap anak diminta memisahkan kertas warna dan putih agar mudah diolah menjadi bubur kertas. Karina Chandra (13), salah seorang anak Batari School mengakui melalui kegiatan ini ia jadi memahami bagaimana caranya berdaur ulang.
“Saya merasa senang. Sebelumnya, saya belum pernah melakukan daur ulang. Saya merasa senang sekolah mengunjungi depo dan saya mengetahui cara berdaur ulang,” ujarnya ceria.
Tak hanya berdaur ulang, anak–anak juga dibekali materi mengenai sampah. Melalui penjelasan pemateri, anak–anak memahami bahwa sampah seperti styrofoam tidak bisa diuraikan sama sekali. Selain itu penggunaan sumpit bambu juga tidak baik karena tidak ramah lingkungan. Anak–anak diimbau untuk membawa tempat dan makanan sendiri. Imbauan dimaksudkan agar anak–anak mengurangi penggunaan plastik juga baik untuk kesehatan tubuh.
Para siswa dan guru Bataria School beserta relawan berfoto bersama.
Rusi, selaku Koordinator kegiatan ini mengaku sangat senang dengan antusias anak–anak menerima ajaran dari insan Tzu Chi. Ia berharap melalui kegiatan ini anak–anak bisa belajar mempraktikkan pelestarian lingkungan baik di rumah maupun di sekolah.
“Supaya anak-anak dari sedini mungkin bisa memikirkan pelestarian lingkungan seperti Master pernah mengatakan bahwa cinta kasih kepada bumi antara lain dengan melakukan pelestarian lingkungan,” ujar Rusi.
Mengajarkan generasi muda tentang pentingnya melestarikan lingkungan adalah tindakan nyata mencintai lingkungan dan negara. Mari ajarkan anak dari sedini mungkin untuk melakukan daur ulang.
Editor: Khusnul Khotimah