Pelatihan Abu Putih ke-4 diadakan secara offline dan dihadiri oleh sebanyak 96 orang peserta.
Kondisi pandemi membuat gerak menjadi sangat terbatas, namun dengan keterbatasan tersebut relawan Tzu Chi terus merangkul masyarakat untuk bergabung di barisan kerelawanan. Dalam setiap kesempatan, para relawan bersungguh hati memanfaatkan waktu untuk memperkenalkan Tzu Chi. Dari kesungguhan tersebut, Minggu 28 November 2021, Tzu Chi Batam mengadakan pelantikan 16 relawan baru, sekaligus mengadakan kegiatan pelatihan relawan abu putih.
Dalam salah satu materi pelatihan, disajikan materi khusus tentang vegetaris untuk membangkitkan niat para relawan untuk ikut bervegetaris. Materi tersebut dipresentasikan dalam bentuk talkshow oleh Djaya Iskandar dan Hellen Iskandar. Mereka membagikan kisah mereka dari non-vegetaris hingga kini berikrar seumur hidup bervegetaris.
Pembicara pertama, Dukman membawa materi 10 Sila Tzu Chi walau sedang bertugas ke Jakarta.
Djaya dan Hellen Iskandar mengisahkan kenapa mereka memilih untuk bervegetaris.
Dimulai dari jodoh mengikuti Camp Pengusaha di tahun 2011, ditambah dengan kesungguhan hati Hellen Iskandar, sang istri dalam menyiapkan makanan vegetaris yang beraneka ragam, Djaya Iskandar akhirnya berani berikrar untuk terus bervegetaris. Setelah bervegetaris, kondisi kesehatan Djaya Iskandar membaik dan semakin berenergi saat berolahraga. Dari sharing tersebut, relawan menyadari bahwa bervegetaris tidak menghambat dalam berkegiatan, tapi justru bisa meningkatkan kondisi kesehatan.
Menjadi Bagian dari Tzu Chi
Memecahkan kekakuan pelatihan dengan isyarat tangan yang ceria dan energik.
Sharing lain dibawakan oleh Megawati, Wakil Ketua He Qi Batam tentang panduan dan keselarasan dalam Tzu Chi. Megawati mengungkapkan bahwa struktur Tzu Chi bukan hanya bertujuan untuk mengatur kerja dan tugas dalam kegiatan, melainkan mengintegrasikan arah dan tujuan dari pembinaan diri di kegiatan Tzu Chi.
“Dulu saya juga punya impian kapan ya bisa masuk Tzu Chi? karena perbedaan agama, jadi orang suka mengatakan umat agama lain tidak boleh masuk ke Tzu Chi nanti akan menjadi agama Buddha, itu menjadi tertanam di pikiran sehingga tidak berani dekat dengan Tzu Chi,” tutur Intan, peserta pelatihan, “namun ternyata akhirnya saya sangat bersyukur dalam Tzu Chi karena saya bisa tumbuh dan banyak belajar lebih sabar, serta bisa belajar sosial yang lebih baik lagi. Melalui Tzu Chi saya belajar kekompakan dan saling mengasihi.”
Megawati menjelaskan sejarah dan tujuan dari Struktur Organisasi 4 In 1 Tzu Chi.
Peserta lain, Jesy yang dulunya adalah penerima bantuan Tzu Chi ingin menjadi relawan. “Setelah merasakan bantuan dari Tzu Chi, saya juga ingin membantu orang lain, ingin membalas kebaikan orang lain. Membantu sebisa mungkin walaupun bukan secara materi namun bisa sesuai dengan kemampuan kita. Ke depannya saya ingin mengajak teman-teman untuk bergabung di Tzu Chi untuk menjadi relawan,” tutur Jesy.
Tzu Chi merupakan ladang berkah yang subur dan sarana pelatihan yang terbuka untuk umum tanpa memandang agama, ras dan status sosial. Melalui pelatihan kali ini, 96 peserta dapat kembali menyadari penting sila, vegetaris dan struktur organisasi di Tzu Chi.
Editor: Metta Wulandari