Merangkul Sesama

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Para relawan melakukan pembagian kupon bantuan bagi para korban kebakaran Selasa, 5 juni 2012 di Kapuk Muara.

Siapa yang tahu kapan terjadinya suatu bencana? Bencana memang tidak pernah diketahui kapan akan datang, seperti kebakaran yang terjadi Selasa, 5 Jjuni 2012 lalu di Gang Istiqomah RT 06/05, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Sebanyak 37 rumah hangus terbakar. Kebakaran ini disinyalir karena adanya hubungan arus pendek listrik di salah satu rumah warga yang akhirnya meluas hingga menghabiskan 36 rumah di sekitarnya. Korban tercatat sebanyak 182 warga ditambah satu Balita meninggal. Sebanyak 62 KK kini terlantar dan tinggal di tenda pengungsian. Sebagian warga tidur di masjid tak jauh dari lokasi kebakaran.

Senyuman terukir di wajah para warga saat menerima paket bantuan kebakaran yang diberikan oleh yayasan Buddha Tzu Chi. Setidaknya kesedihan itu sedikit terobati karena Rabu, 6 juni, sekitar 30 relawan datang bersama dengan membawa paket bantuan yang akan diberikan pada para warga. Paket bantuan berisikan barang-barang keperluan sehar-hari yang dapat digunakan oleh para korban.

Suryadi Kurniawan Kuan Shixiong selaku koordinator pembagian paket bantuan ini menjelaskan bahwa dari pihak Tzu Chi selalu akan memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para warga. “Kita disini membantu apa yang perlu dibantu. Dalam kesempatan kali ini memang barangnya tidak banyak tapi semoga bisa membantu satu masa sulit dikehidupan mereka,” ucapnya. Dia juga menjelaskan tentang perbedaan paket bantuan yang diterima oleh warga. “Memang ada perbedaan paket bantuan bagi warga yang tempat tinggalnya menjadi korban. Disini kami bedakan warga yang memiliki rumah dan mengontrak. Bagi warga yang rumahnya terkena, kami akan menambahkan terpal karena mungkin warga masih akan menunggu hingga rumahnya terbangun kembali. Sedangkan bagi warga yang mengontrak, tidak kami berikan terpal karena warga yang mengontrak itu biasanya akan mencari kontrakan baru lagi. Perbedaannya hanya pada terpal saja, yang lain sama,” jelas Suryadi Shixiong.

foto  foto

Keterangan :

  • Kebakaran terjadi di pagi hari sekitar pukul 7 pagi. Korban tercatat sebanyak 182 warga dan 1 Balita meninggal dunia (kiri).
  • Paket bantuan terdiri dari barang-barang pokok seperti baju, alas kaki, peralatan mandi, selimut, dan juga terpal (kanan).

Salah satu sekolah yang dulunya dibangun oleh Tzu Chi, SMP Islam Al-Mutaqqin juga menjadi tempat berdirinya tenda-tenda darurat oleh organisasi-organisasi pemerintahan lain. Tenda-tenda ini digunakan sebagai posko pemeriksaan kesehatan bagi warga.

Semua Hanya Titipan
Siti Nurhayati, rumahnya yang terletak di depan pusat api  tak lepas terkena sambaran si jago merah tersebut. “Perasaannya cuma kaget, takut, gemeteran sampai tidak ada yang bisa saya selamatkan. Hanya surat-surat penting dan ijazah anak-anak saya saja yang saya ambil,” cerita ibu dari salah satu karyawan TIMA Tzu Chi (Susanti) tersebut. “Nggak bisa berbuat apa-apa, ya mau apa lagi kalau sudah musibah, sudah Allah yang menentukan, kami cuma bisa ikhlas karena semua hanya titipan yang cepat atau lambat juga akan diambil,” ujar Siti. Siti mengaku dia justru sangat bersyukur karena dia berkeluarga dengan Tzu Chi, karena Tzu Chi selalu ada untuk mereka, rakyat kecil. “Saya sangat bangga dengan Tzu Chi karena saya merasa kita (rakyat kecil) menjadi terlindungi. Setiap ada bencana kita langsung dibantu dengan segera,” ucapnya melihat kegigihan para relawan Tzu Chi dalam membantu sesama. Pada masa ini, Siti dan keluarganya diberikan bantuan berupa tempat tinggal di Rusun Cengkareng oleh Tzu Chi hingga tahap pembangunan rumahnya selesai.

Seperti dituturkan oleh H. Oman Syahroni, ustad setempat yang menyatakan bahwa kebakaran terjadi saat dirinya hendak melakukan sarapan pagi. “Saya sedang akan sarapan ketika warga berteriak api..api.. dan ketika saya keluar dari rumah, itu benar saja api sudah saat besar. Panik dan kaget, kok bisa? Tapi diantara kepanikan tersebut, saya mendengar warga itu menyebut nama salah satu anak yang belakangan ini diketahui menjadi korban meninggal dunia, yaitu Maulana Maliq Ibrahim (5 tahun 4 bulan),” ujar H. Oman.

foto  foto

Keterangan :

  • Walikota Jakarta Utara juga melakukan kunjungan serta memberikan bantuan bagi para warga. Beliau juga mengimbau warga untuk saling menjaga satu sama lain (kiri).
  • SMP Islam Al-Mutaqqin juga menjadi tempat berdirinya tenda-tenda darurat oleh organisasi-organisasi pemerintahan lain. Tenda-tenda ini digunakan sebagai posko pemeriksaan kesehatan bagi warga (kanan).

Keluarga korban tentunya sangat terpukul dengan kejadian ini, terlebih kejadian kebakaran baru sekali ini terjadi di kampung mereka. “Sebelumnya sama sekali tidak pernah terjadi. Jangankan kebakaran, mati lampu saja tidak pernah apalagi konsleting listrik,” kata Hairunnisa (42), ibu dari korban. Korban merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang baru saja menginjakkan usia ke lima empat bulan yang lalu. Selama ini, Ibra, begitu panggilan akrabnya, dikenal sebagai anak yang penurut dan menjadi penghibur di lingkungan rumah. “Anaknya penurut, periang dan Ibra merupakan anak yang kelahirannya saya nanti-nantikan, setelah 9 tahun saya nunggu anak, pas banget lahir anak laki-laki. Bersyukur banget punya anak yang enggak nyusahin orang tua kayak Ibra,” ujar Nisa.

Sebelum kepergiannya, firasat sama sekali tidak dirasakan oleh kedua orang tua Ibra, hanya saja sehari sebelum kejadian tersebut, Ibra meminta memakai semua baju dan sepatu baru yang dibelikan oleh orang tuanya. Hanya saja menurut paman Ibra, Ibra pernah berkata bahwa lebih enak tinggal di surga, banyak mainannya dan ketemu sama Allah. Mungkin itu merupakan salah satu firasat yang ditunjukkan oleh sang anak. “Saya hanya bisa bersabar dan selalu berdoa untuk anak saya, walaupun selalu sedih kalau inget Ibra. Tapi saya tidak mau memperlihatkannya, saya akan belajar untuk ikhlas. Mungkin nanti akan ada Ibra-Ibra yang lain,” tuturnya saraya menghapus air matanya.

Anak adalah segala-galanya bagi setiap orang tua, dimana orang tua menggantungkan harapan pada anak untuk melanjutkan masa depan dan memperoleh generasi penerus. Seperti apapun sosok anak, pasti akan selalu mendapatkan tempat yang lapang dihati orangtuanya.

  
 

Artikel Terkait

Menyebarkan Semangat Cinta Kasih Melalui Fotografi Humanis

Menyebarkan Semangat Cinta Kasih Melalui Fotografi Humanis

27 Mei 2014
Dikemas dalam bentuk gathering yang akrab, acara berlangsung dengan lancar. Workshop dimulai dengan pengenalan mengenai fotografi humanis, teknik pengambilan foto, penulisan keterangan (caption) foto dan sesi praktik.  "Fotografi humanis berbeda dengan fotografi umumnya.
Dua Tangan yang Menyelamatkan

Dua Tangan yang Menyelamatkan

02 Maret 2016

Kelas budi pekerti (Xiao Tai Yang) Tanjung Balai Karimun belajar tentang melestarikan lingkungan dengan memilah sampah. Kegiatan belajar ini dilaksanakan di depo pelestarian lingkungan. menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. Jika ingin bumi selalu bersih maka mulailah merubah sikap diri sendiri, dan gunakanlah kedua tangan demi menyelamatkan bumi.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -