Merangkul Sesama
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Senyuman terukir di wajah para warga saat menerima paket bantuan kebakaran yang diberikan oleh yayasan Buddha Tzu Chi. Setidaknya kesedihan itu sedikit terobati karena Rabu, 6 juni, sekitar 30 relawan datang bersama dengan membawa paket bantuan yang akan diberikan pada para warga. Paket bantuan berisikan barang-barang keperluan sehar-hari yang dapat digunakan oleh para korban. Suryadi Kurniawan Kuan Shixiong selaku koordinator pembagian paket bantuan ini menjelaskan bahwa dari pihak Tzu Chi selalu akan memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para warga. “Kita disini membantu apa yang perlu dibantu. Dalam kesempatan kali ini memang barangnya tidak banyak tapi semoga bisa membantu satu masa sulit dikehidupan mereka,” ucapnya. Dia juga menjelaskan tentang perbedaan paket bantuan yang diterima oleh warga. “Memang ada perbedaan paket bantuan bagi warga yang tempat tinggalnya menjadi korban. Disini kami bedakan warga yang memiliki rumah dan mengontrak. Bagi warga yang rumahnya terkena, kami akan menambahkan terpal karena mungkin warga masih akan menunggu hingga rumahnya terbangun kembali. Sedangkan bagi warga yang mengontrak, tidak kami berikan terpal karena warga yang mengontrak itu biasanya akan mencari kontrakan baru lagi. Perbedaannya hanya pada terpal saja, yang lain sama,” jelas Suryadi Shixiong.
Keterangan :
Salah satu sekolah yang dulunya dibangun oleh Tzu Chi, SMP Islam Al-Mutaqqin juga menjadi tempat berdirinya tenda-tenda darurat oleh organisasi-organisasi pemerintahan lain. Tenda-tenda ini digunakan sebagai posko pemeriksaan kesehatan bagi warga. Semua Hanya Titipan Seperti dituturkan oleh H. Oman Syahroni, ustad setempat yang menyatakan bahwa kebakaran terjadi saat dirinya hendak melakukan sarapan pagi. “Saya sedang akan sarapan ketika warga berteriak api..api.. dan ketika saya keluar dari rumah, itu benar saja api sudah saat besar. Panik dan kaget, kok bisa? Tapi diantara kepanikan tersebut, saya mendengar warga itu menyebut nama salah satu anak yang belakangan ini diketahui menjadi korban meninggal dunia, yaitu Maulana Maliq Ibrahim (5 tahun 4 bulan),” ujar H. Oman.
Keterangan :
Keluarga korban tentunya sangat terpukul dengan kejadian ini, terlebih kejadian kebakaran baru sekali ini terjadi di kampung mereka. “Sebelumnya sama sekali tidak pernah terjadi. Jangankan kebakaran, mati lampu saja tidak pernah apalagi konsleting listrik,” kata Hairunnisa (42), ibu dari korban. Korban merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang baru saja menginjakkan usia ke lima empat bulan yang lalu. Selama ini, Ibra, begitu panggilan akrabnya, dikenal sebagai anak yang penurut dan menjadi penghibur di lingkungan rumah. “Anaknya penurut, periang dan Ibra merupakan anak yang kelahirannya saya nanti-nantikan, setelah 9 tahun saya nunggu anak, pas banget lahir anak laki-laki. Bersyukur banget punya anak yang enggak nyusahin orang tua kayak Ibra,” ujar Nisa. Sebelum kepergiannya, firasat sama sekali tidak dirasakan oleh kedua orang tua Ibra, hanya saja sehari sebelum kejadian tersebut, Ibra meminta memakai semua baju dan sepatu baru yang dibelikan oleh orang tuanya. Hanya saja menurut paman Ibra, Ibra pernah berkata bahwa lebih enak tinggal di surga, banyak mainannya dan ketemu sama Allah. Mungkin itu merupakan salah satu firasat yang ditunjukkan oleh sang anak. “Saya hanya bisa bersabar dan selalu berdoa untuk anak saya, walaupun selalu sedih kalau inget Ibra. Tapi saya tidak mau memperlihatkannya, saya akan belajar untuk ikhlas. Mungkin nanti akan ada Ibra-Ibra yang lain,” tuturnya saraya menghapus air matanya. Anak adalah segala-galanya bagi setiap orang tua, dimana orang tua menggantungkan harapan pada anak untuk melanjutkan masa depan dan memperoleh generasi penerus. Seperti apapun sosok anak, pasti akan selalu mendapatkan tempat yang lapang dihati orangtuanya. | |||
Artikel Terkait
Menyebarkan Semangat Cinta Kasih Melalui Fotografi Humanis
27 Mei 2014Dua Tangan yang Menyelamatkan
02 Maret 2016Kelas budi pekerti (Xiao Tai Yang) Tanjung Balai Karimun belajar tentang melestarikan lingkungan dengan memilah sampah. Kegiatan belajar ini dilaksanakan di depo pelestarian lingkungan. menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. Jika ingin bumi selalu bersih maka mulailah merubah sikap diri sendiri, dan gunakanlah kedua tangan demi menyelamatkan bumi.