Merasa Dibutuhkan Orang Lain

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya, Hadi Pranoto
 

fotoWarga Pademangan, Jakarta Utara, yang masuk dalam program Bebenah Kampung Tzu Chi, kini mulai aktif sebagai relawan Tzu Chi, dari yang sebelumnya sudah aktif dalam program celengan bambu Tzu Chi.

Mobil Palang Merah Indonesia (PMI) baru saja memasuki pelataran parkir Puskesmas Pademangan, Jakarta Utara. Beberapa relawan Tzu Chi segera menghampiri dan membantu para petugas medis PMI mempersiapkan alat-alat untuk pelaksanaan kegiatan donor darah. Di dapur, beberapa relawan wanita tampak sibuk, mereka tengah mempersiapkan minuman hangat untuk para pendonor.

   

Di tengah relawan Tzu Chi lainnya, kehadiran Iin Indarsih cukup mencolok. Wanita berjilbab yang juga guru mengaji ini memang telah aktif menjadi relawan Tzu Chi. Bersama relawan Tzu Chi lainnya, selain bertugas di bagian konsumsi, ia turut mendampingi para pendonor dan juga berinteraksi dengan mereka setelah selesai mendonorkan darah. “Senang bisa ikut kegiatan sosial seperti ini. Saya merasa seperti dibutuhkan sama orang lain. Walaupun nggak bisa nyumbang uang, tapi bisa dengan tenaga saya,” ujar Iin.  

Tergerak untuk Membantu
Iin mengenal Tzu Chi setelah melihat ada beberapa rumah di daerah sekitar tempat tinggalnya masuk dalam program Bebenah Kampung Tzu Chi. Iin yang merasa rumahnya juga layak dibantu kemudian mencoba mengajukan diri. Gayung bersambut, relawan Tzu Chi yang menyurvei akhirnya memutuskan jika Iin memang layak masuk dalam daftar penerima bantuan program Bebenah Kampung Tzu Chi.

Hidup seorang diri, Iin mengandalkan keterampilan menjahit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Saya mengambil order menjahit dari konveksi, lalu saya kerjakan di rumah,” jelas Iin. Suami Iin telah tiada, begitu pula dengan anaknya. “Anak saya meninggal sewaktu masih di kandungan,” terangnya. Dengan mata berkaca-kaca, Iin menceritakan masa lalunya yang pahit, di mana waktu itu ia mengalami cobaan hidup yang luar biasa. Karena cobaan yang cukup berat, Iin yang kala itu tengah mengandung pun stres. Depresi itu lantas berakibat buruk pada janin yang di kandungnya. “Setelah itu saya tahu dari dokter kalau stres itu ternyata bisa berpengaruh buruk pada janin kita,” ungkapnya. Namun nasi telah menjadi bubur, Iin pun mencoba menata kembali kehidupannya.

foto  foto

Ket : - Iin Indarsih (memakai rompi) bersama relawan Tzu Chi lainnya menyiapkan minuman hangat untuk para             pendonor. Iin tergerak menjadi relawan Tzu Chi setelah melihat kegiatan kemanusiaan yang dilakukan             Tzu Chi di tempat tinggalnya, Pademangan Barat, Jakarta Utara. (kiri).
         -Relawan Tzu Chi memberi perhatian dan semangat kepada warga Pademangan Barat yang telah             mendonorkan darah. Hubungan baik ini selalu dijaga oleh setiap relawan Tzu Chi di setiap kesempatan.             (kanan)

Untuk mengobati kerinduannya kepada anaknya, Iin pun membuka tempat mengaji bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Di rumahnya yang kecil – ukuran 3 x 7 m ini –Iin menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar mengaji. Awalnya murid Iin hanya 20 orang, yang merupakan anak-anak tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Dengan kondisi bangunan rumah yang sudah tua – rumah peninggalan orangtua – maka cukup banyak kendala yang dialami Iin saat mengajar murid-muridnya. Terlebih jika hujan turun, selain bocor, ruangan pun kemasukan air (banjir). Meski demikian, semangat anak-anak muridnya untuk belajar mengaji tak pernah surut. Di saat itulah, seiring dengan pembangunan program Bebenah Kampung Tzu Chi, para muridnya berharap, “Umi, enak juga ya kalo rumah Umi dibedah jadi bagus. Kalo belajar di sini (jadi) enak, tenang, dan nggak bocor.”

Sebelumnya rumah Iin juga memang sudah terbilang pendek atapnya dan kayu-kayu penyangganya pun sudah rapuh. Mendengar harapan murid-muridnya, Umi pun hanya membalas dengan ungkapan syukur. “Ya udah, doain aja ya biar rumah Umi bisa bagus,” sambutnya. Terngiang-ngiang dengan harapan para muridnya, Iin pun kemudian mengajukan permohonan agar rumahnya dapat memperoleh bantuan rehabilitasi dari Tzu Chi. “Awalnya juga banyak yang ngelarang, katanya nanti ada “pamrih” macam-macam. Terus ada juga yang bilang, nanti sertifikat rumahnya diminta,” terang Iin. Meski mendengar “kabar angin” itu, Iin tetap tak bergeming. Ia percaya dan yakin jika program bebenah kampung ini memang murni sosial, tanpa adanya suatu kepentingan apapun. “Alhamdulillah nggak ada apa-apa. Kalau saya sih cari tahu dulu, supaya nggak termakan isu yang nggak jelas. Dan ternyata memang semua (isu) itu nggak terbukti,” tegasnya.

foto  foto

Ket : - Setetes darah yang Anda berikan sangat bernilai bagi orang lain. Bahkan, donor darah itu juga baik bagi               kesehatan, karena darah akan teregenerasi secara rutin. (kiri).
          - Ustad Agus Yatim, relawan Tzu Chi yang juga warga Pademangan turut mendonorkan darahnya. Selain aktif              mengelola komposcing di Pademangan, Ustad Agus Yatim juga aktif dalam setiap kegiatan kemanusiaan              Tzu Chi. (kanan)

Murid Bertambah
Setelah melalui proses survei, akhirnya rumah Iin pun dibedah. “Bersyukur banget, anak-anak murid saya juga senang. Mereka bisa belajar mengaji, (ilmu) agama dan akidahnya bisa untuk bekal masa depan. Bisa menjadi anak yang saleh bagi agamanya,” jelas Iin. Para murid pun semakin bertambah, dari 20 menjadi 37 murid. Iin pun kemudian membaginya menjadi dua kelas, di mana pukul 18.30-19.30 untuk kelas Iqra (dasar) dan pukul 19.30-20.30 untuk kelas lanjutan. Saat ini, murid-murid Iin rata-rata berumur 4-13 tahun. “Alhamdulillah, setelah rumah saya dibedah (diperbaiki), banyak ibu-ibu yang menitipkan anaknya untuk mengaji di sini,” jelas Iin.

Wujud syukur Iin tidak berhenti sampai di situ, ia pun mengaku tertarik untuk menjadi relawan Tzu Chi. Maka Iin pun mulai mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi dan kegiatan-kegiatan Tzu Chi lainnya. Ia tanpa ragu bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi di Indonesia. “Tzu Chi bagus sekali, perlu ditiru. Di situ rasa kemanusiaan kita tumbuh, bolehlah dicontoh yayasan ini,” ungkapnya. Ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan Iin ketika bisa turut membantu sesama. “Merasa senang, karena kita merasa seperti dibutuhkan oleh orang lain. Selama kita masih dibutuhkan orang lain itu kan baik,” ujarnya. Belum lagi pengalaman-pengalaman yang didapatnya setiap kali melakukan kegiatan sosial bersama Tzu Chi. “Jadi tambah banyak pengalaman, bisa ini-itu, dan mengenal sesama. Walaupun nggak berbentuk uang dan harta, tapi bisa juga (menyumbang) tenaga,” tandasnya.

foto  foto

Ket : - Iin Indarsih (memakai rompi relawan) bersama relawan Tzu Chi lainnya bertugas di bagian dapur. Iin tertarik            bergabung sebagai relawan Tzu Chi karena merasa Tzu Chi adalah wadah yang tepat baginya. "Tidak ada            unsur SARA di Tzu Chi, semua universal," tegas Iin. (kiri).
       - Chandra Kirana, koordinator kegiatan donor darah saat di Puskemas Pademangan. Chandra sendiri telah            mendonorkan darahnya sejak usia 20 tahunan dan donor darah kali ini adalah yang ke-21 yang dijalaninya.            (kanan)

Donor Darah yang Kedua
Sabtu, 5 Desember 2009, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara kembali mengadakan kegiatan donor darah. Bertempat di Puskesmas Pademangan, Jakarta Utara, donor kali ini lebih banyak didominasi oleh relawan dan warga penerima bantuan program Bebenah Kampung Tzu Chi.  Menurut Chandra Kirana, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator pelaksana, kegiatan ini bertujuan menjembatani kepentingan antara PMI dengan masyarakat. “Soalnya kalau jauh harus ke PMI masyarakat akan kesulitan. Ke Kramat (Kantor Pusat PMI) jauh, jadi dengan adanya di sini, masyarakat bisa dengan mudah mendonorkan darahnya,” terang Chandra yang juga ikut mendonorkan darah. Bagi Chandra, donor darah kali  ini adalah yang ke-24. “Saya rasa itu dari sisi kesehatan bagus ya, soalnya kan regenerasi darah.  Selain itu juga dapat membantu orang lain yang membutuhkan,” katanya beralasan.

Hari itu, para peserta yang mendaftarkan diri kurang lebih ada 30 orang, namun yang berhasil lolos mendonorkan darahnya 20 orang. Walau pesertanya tidak banyak, Chandra mengaku telah terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada warga melalui Ketua RT dan RW setempat. “Warga sebenarnya banyak yang meminta agar dilaksanakan hari Minggu , tapi jadwal PMI untuk hari Minggu sangat padat. Ke depannya kami akan usahakan supaya kegiatan ini bisa dilakukan hari Minggu, sehingga semakin banyak yang dapat berpartisipasi,” pungkasnya.

 

 
 

Artikel Terkait

Siapapun Mampu Menjelaskan Tentang Pelestarian Lingkungan

Siapapun Mampu Menjelaskan Tentang Pelestarian Lingkungan

27 Juli 2019
Sebenarnya, memberikan penjelasan tentang pelestarian lingkungan sangatlah mudah. Semua relawan Tzu Chi dapat melakukannya. Itulah yang ditekankan Chen Zhelin, relawan Tzu Chi Taiwan yang jadi pembicara pada Pelatihan Relawan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Indonesia yang digelar kemarin, Jumat, 26 Juli 2019. 
Menjalin Toleransi Antar Umat Beragama

Menjalin Toleransi Antar Umat Beragama

21 Juli 2014 Unjuk menjalin toleransi antar umat beragama, Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan kegiatan buka puasa bersama bagi seluruh staf Yayasan Buddha Tzu Chi, DAAI TV Indonesia, guru Sekolah Tzu Chi Indonesia, dan staf serta seniman bangunan PT. Pulau Intan.
Keindahan Keluarga Tzu Chi

Keindahan Keluarga Tzu Chi

20 Agustus 2014
Sudah seharusnya kesadaran untuk melakukan perbuatan baik terus menerus dipupuk oleh generasi muda di masa sekarang ini. Tzu Ching, oraganisasi muda-mudi Tzu Chi merupakan salah satu tempat dimana para generasi muda dapat turut andil menjaga dunia.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -