Merasa Dibutuhkan Orang Lain
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya, Hadi PranotoWarga Pademangan, Jakarta Utara, yang masuk dalam program Bebenah Kampung Tzu Chi, kini mulai aktif sebagai relawan Tzu Chi, dari yang sebelumnya sudah aktif dalam program celengan bambu Tzu Chi. |
| |
Di tengah relawan Tzu Chi lainnya, kehadiran Iin Indarsih cukup mencolok. Wanita berjilbab yang juga guru mengaji ini memang telah aktif menjadi relawan Tzu Chi. Bersama relawan Tzu Chi lainnya, selain bertugas di bagian konsumsi, ia turut mendampingi para pendonor dan juga berinteraksi dengan mereka setelah selesai mendonorkan darah. “Senang bisa ikut kegiatan sosial seperti ini. Saya merasa seperti dibutuhkan sama orang lain. Walaupun nggak bisa nyumbang uang, tapi bisa dengan tenaga saya,” ujar Iin. Tergerak untuk Membantu Hidup seorang diri, Iin mengandalkan keterampilan menjahit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Saya mengambil order menjahit dari konveksi, lalu saya kerjakan di rumah,” jelas Iin. Suami Iin telah tiada, begitu pula dengan anaknya. “Anak saya meninggal sewaktu masih di kandungan,” terangnya. Dengan mata berkaca-kaca, Iin menceritakan masa lalunya yang pahit, di mana waktu itu ia mengalami cobaan hidup yang luar biasa. Karena cobaan yang cukup berat, Iin yang kala itu tengah mengandung pun stres. Depresi itu lantas berakibat buruk pada janin yang di kandungnya. “Setelah itu saya tahu dari dokter kalau stres itu ternyata bisa berpengaruh buruk pada janin kita,” ungkapnya. Namun nasi telah menjadi bubur, Iin pun mencoba menata kembali kehidupannya.
Ket : - Iin Indarsih (memakai rompi) bersama relawan Tzu Chi lainnya menyiapkan minuman hangat untuk para pendonor. Iin tergerak menjadi relawan Tzu Chi setelah melihat kegiatan kemanusiaan yang dilakukan Tzu Chi di tempat tinggalnya, Pademangan Barat, Jakarta Utara. (kiri). Untuk mengobati kerinduannya kepada anaknya, Iin pun membuka tempat mengaji bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Di rumahnya yang kecil – ukuran 3 x 7 m ini –Iin menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar mengaji. Awalnya murid Iin hanya 20 orang, yang merupakan anak-anak tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Dengan kondisi bangunan rumah yang sudah tua – rumah peninggalan orangtua – maka cukup banyak kendala yang dialami Iin saat mengajar murid-muridnya. Terlebih jika hujan turun, selain bocor, ruangan pun kemasukan air (banjir). Meski demikian, semangat anak-anak muridnya untuk belajar mengaji tak pernah surut. Di saat itulah, seiring dengan pembangunan program Bebenah Kampung Tzu Chi, para muridnya berharap, “Umi, enak juga ya kalo rumah Umi dibedah jadi bagus. Kalo belajar di sini (jadi) enak, tenang, dan nggak bocor.” Sebelumnya rumah Iin juga memang sudah terbilang pendek atapnya dan kayu-kayu penyangganya pun sudah rapuh. Mendengar harapan murid-muridnya, Umi pun hanya membalas dengan ungkapan syukur. “Ya udah, doain aja ya biar rumah Umi bisa bagus,” sambutnya. Terngiang-ngiang dengan harapan para muridnya, Iin pun kemudian mengajukan permohonan agar rumahnya dapat memperoleh bantuan rehabilitasi dari Tzu Chi. “Awalnya juga banyak yang ngelarang, katanya nanti ada “pamrih” macam-macam. Terus ada juga yang bilang, nanti sertifikat rumahnya diminta,” terang Iin. Meski mendengar “kabar angin” itu, Iin tetap tak bergeming. Ia percaya dan yakin jika program bebenah kampung ini memang murni sosial, tanpa adanya suatu kepentingan apapun. “Alhamdulillah nggak ada apa-apa. Kalau saya sih cari tahu dulu, supaya nggak termakan isu yang nggak jelas. Dan ternyata memang semua (isu) itu nggak terbukti,” tegasnya.
Ket : - Setetes darah yang Anda berikan sangat bernilai bagi orang lain. Bahkan, donor darah itu juga baik bagi kesehatan, karena darah akan teregenerasi secara rutin. (kiri). Murid Bertambah Wujud syukur Iin tidak berhenti sampai di situ, ia pun mengaku tertarik untuk menjadi relawan Tzu Chi. Maka Iin pun mulai mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi dan kegiatan-kegiatan Tzu Chi lainnya. Ia tanpa ragu bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi di Indonesia. “Tzu Chi bagus sekali, perlu ditiru. Di situ rasa kemanusiaan kita tumbuh, bolehlah dicontoh yayasan ini,” ungkapnya. Ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan Iin ketika bisa turut membantu sesama. “Merasa senang, karena kita merasa seperti dibutuhkan oleh orang lain. Selama kita masih dibutuhkan orang lain itu kan baik,” ujarnya. Belum lagi pengalaman-pengalaman yang didapatnya setiap kali melakukan kegiatan sosial bersama Tzu Chi. “Jadi tambah banyak pengalaman, bisa ini-itu, dan mengenal sesama. Walaupun nggak berbentuk uang dan harta, tapi bisa juga (menyumbang) tenaga,” tandasnya.
Ket : - Iin Indarsih (memakai rompi relawan) bersama relawan Tzu Chi lainnya bertugas di bagian dapur. Iin tertarik bergabung sebagai relawan Tzu Chi karena merasa Tzu Chi adalah wadah yang tepat baginya. "Tidak ada unsur SARA di Tzu Chi, semua universal," tegas Iin. (kiri). Donor Darah yang Kedua Hari itu, para peserta yang mendaftarkan diri kurang lebih ada 30 orang, namun yang berhasil lolos mendonorkan darahnya 20 orang. Walau pesertanya tidak banyak, Chandra mengaku telah terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada warga melalui Ketua RT dan RW setempat. “Warga sebenarnya banyak yang meminta agar dilaksanakan hari Minggu , tapi jadwal PMI untuk hari Minggu sangat padat. Ke depannya kami akan usahakan supaya kegiatan ini bisa dilakukan hari Minggu, sehingga semakin banyak yang dapat berpartisipasi,” pungkasnya.
| ||
Artikel Terkait
Menghindarkan Diri dari Pencurian Sejak Dini
30 Maret 2016Perhatian untuk "Seniman Bangunan"
01 April 2010Tzu Ching Power, Agar Dunia Jadi Lebih Baik
07 Oktober 2019Moment paling membahagiakan di setiap Tzu Ching Camp adalah bertambah panjangnya barisan keluarga besar Tzu Ching Indonesia. Kali ini ada 15 anggota Tzu Ching baru yang memperpanjang dan mempererat jalinan jodoh keluarga besar Tzu Ching Indonesia.