Merasakan Atmosfer Keluarga Indonesia

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoInilah ekspresi Sita Nursanti (pemeran Juju) saat menjawab pertanyaan dari wartawan dalam konferensi pers yang diadakan usai launching drama kisah nyata Kisah Keluarga Parikin. Ibu Juju asli (memakai jilbab) tampak memerhatikan ekspresi yang ditunjukkan Sita.

Sebuah drama yang sarat dengan perjuangan hidup, kerja keras, cinta kasih, kesetiaan, pengorbanan, dan ketabahan – itulah yang dapat kita simak, saksikan, dan rasakan dalam drama kisah nyata berjudul “Kisah Keluarga Parikin” hasil kerja sama DAAI TV dan SET Film Workshop. Drama ini berkisah tentang Parikin (diperankan oleh Agus Kuncoro), yang biasa dipanggil Iin, seorang pemuda yang berasal dari Arjawinangun, Cirebon.

 

 

 

 

 

Episode 1 dan 2
Parikin awalnya bercita-cita hendak berkuliah di IKIP dan menjadi seorang guru. Saat ia menunggu tibanya waktu ujian masuk, seorang sahabatnya yang sedang menempuh pendidikan universitas di Bandung mengirimkan surat dan mengajaknya berkuliah di kampus yang sama.

Parikin pun setuju dengan ide sahabatnya itu dan berharap setelah menjadi seorang guru sekolah luar biasa (SLB) dapat segera diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Di kampus ini, Iin jatuh cinta kepada seorang mahasiswi yang berasal dari Garut, namanya Juju (diperankan oleh Sita Nursanti). Seorang gadis cantik yang suka bercanda dan super jahil. Hubungan mereka terus berlanjut hingga lulus dari universitas. Di saat kelulusan itulah, mereka pun berpisah sejenak. Iin pulang ke Arjawinangun, sementara Juju ke Garut. Sekembalinya Iin ke rumah, tak banyak yang dapat dilakukan. Hingga satu hari, ketiga sahabatnya yang juga telah lulus dari kampus yang sama mengajaknya bertemu. Di sana, mereka mengajaknya untuk mendirikan Sekolah Luar Biasa di Arjawinangun. Sontak, ide tersebut menjadi impian bersama empat sahabat ini. Mereka segera membuat proposal dan mengajukannya ke berbagai pihak dan yayasan. Sayang, tak ada satupun yang berkenan mewujudkan mimpi-mimpi anak-anak muda idealis ini. Hingga satu hari, seorang sahabat Iin menyampaikan berita gembira. Abah Aput, seorang pemimpin pondok pesantren menyambut baik ide dan gagasan mereka.

Abah Aput bahkan mengizinkan mereka menggunakan ruangan yang ada di dalam pondok pesantren untuk digunakan sebagai ruang belajar sementara. Usaha dan kerja keras mereka pun perlahan terwujud, apalagi mereka telah mendapatkan murid pertama yang juga santri dari pesantren Abah Aput. Mereka pun lantas bergegas mencari anak-anak berkebutuhan khusus yang tersebar di Arjawinangun. Dengan menghubungi dan bertemu aparat pemerintah dari RT dan RW, data pun mereka dapatkan. Awalnya, pada saat mereka hendak mengajak anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah, para orangtuanya menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa anak mereka terkena penyakit.

 

foto  foto

Ket : - Dalam sambutannya, Linda Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan nerasa bangga dan haru, karena              masih ada pihak-pihak swasta yang masih peduli dengan tayangan yang bertema kepedulian. (kiri).
          -Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan Nasional menyambut baik launching drama kisah nyata Kisah Keluarga            Parikin ini karena isinya dapat dijadikan teladan bagi keluarga-keluarga Indonesia ditengah krisis           pembangunan karakter bangsa. (kanan)

Namun, setelah mereka mengatakan bahwa mereka dari pesantren yang Abah Aput pimpin, sontak para orangtua ini pun setuju untuk menyekolahkan anak mereka. Apalagi saat si anak ditanya, mereka pun setuju untuk belajar di sekolah. Di hari pertama sekolah, Iin dan ketiga sahabatnya menunggu dengan harap-harap cemas. Namun, tak lama kemudian murid-murid yang didampingi orangtua mereka datang berbondong-bondong. Kegiatan Sekolah Luar Biasa (SLB) pertama di Arjawinangun pun dimulai.

Satu hari, Iin menerima sepucuk surat dari kantor pos yang tidak dilengkapi dengan nama pengirimnya. Saat surat itu dibuka, ternyata surat dari Juju yang menanyakan kabar Iin. Ia bertanya mengapa Iin tak juga datang ke Garut menemuinya. Di surat itu, Juju juga mengabarkan keadaannya di Garut yang belum juga bekerja. Di akhir surat, Juju mengatakan bahwa tidak lama lagi ia akan berkunjung ke rumah kakaknya di Bekasi dan berharap Iin juga akan datang ke sana. Inilah sekilas cuplikan singkat episode pertama dan kedua drama kisah nyata ”Keluarga Parikin” yang dilaunching tanggal 25 Maret 2010 lalu bertempat di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan, Jakarta.

Sebuah Aliran Segar
Dalam acara lauching tersebut, Hong Tjhin, CEO DAAI TV mengatakan ini adalah sebuah perwujudan komitmen DAAI TV untuk membawa sesuatu aliran segar yang berbeda dengan tayangan-tayangan yang ada saat ini. ”Nilai dari kehidupan yang dapat membawa kehidupan bagi kita, anak-anak dan keluarga kita. Itulah yang akan selalu didukung oleh DAAI TV,” katanya.  

”Ini (drama Parikin-red) adalah bukan sesuatu yang serba cepat tetapi membutuhkan waktu dan suatu proses yang diharapakan berguna bagi masyarakat. Semoga (drama ini-red) dapat memberikan aliran segar bagi dunia pertelevisian Indonesia,” tambahnya.

foto  foto

Ket : -Sugeng Wahyudi, Garin Nugroho, dan para pemeran drama kisah nyata Keluarga Parikin menuturkan rasa           syukur mereka atas terwujudnya tayangan drama ini.(kiri).
          -Pak Parikin saat menunjukkan foto Asep yang kini sudah duduk di bangku SMA. Melalui penyakit radang            usus yang di derita oleh Asep, putranya, maka Bapak Parikin dan Ibu Juju pun kemudian berjodoh dengan            Tzu Chi.(kanan)

Bagi Garin Nugroho selaku produser Kisah Keluarga Parikin, ”Memang tidak gampang untuk membuat drama ini. Sangat tidak mudah. Tontonan seperti Parikin ini sesuatu yang langka, dalam hal ini bukan pameran perhatian tiap detik.” Menurutnya lagi, memang sangat tidak mudah untuk membuat sebuah tontonan yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. ”Sangat tidak mudah,” tambahnya.

Sementara itu, Sugeng Wahyudi selaku sutradara Kisah Keluarga Parikin mengucapkan terima kasih kepada DAAI TV, SET Film, Yayasan Buddha Tzu Chi, semua pemain, dan semua kru yang telah mendukung film ini. Saat itu, hadir pula siswa siswi Sekolah Luar Biasa yang turut bermain dalam drama tersebut. Bagi Sugeng, keluarga sebenarnya adalah panggung drama terbesar. Dari keluarga lah kita bisa membedakan apa yang sebenarnya bisa kita lihat. Sekali lagi dari keluarga maka drama itu tercipta.

Linda Gumelar, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yang berkesempatan hadir mengatakan, ia merasa bangga dan haru karena masih ada kelompok-kelompok di masyarakat -dalam hal ini swasta- yang mau memberikan suguhan tayangan yang memberikan pelajaran yang baik untuk bangsa dan para generasi muda.

Tidak hanya itu, Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan Nasional yang juga hadir menuturkan bahwa ditengah keraguan bangsa ini tentang pembangunan karakter, perhatian kepada mereka yang memerlukan perhatian khusus, dan empati kita kepada yang membutuhkan, ternyata DAAI TV dan seluruh pihak yang terlibat di dalam pembuatan drama ini menunjukkan bangsa ini masih punya harapan. ”Dan seperti yang ibu Linda katakan, semoga sinetron ini tidak hanya 10 episode, namun 100 bahkan hingga 1000 episode,” katanya. Dalam sambutan itu, Fasli Jalal juga berharap drama ini juga diputarkan pada saat ulang tahun pendidikan nasional yang nantinya dapat disaksikan oleh Menteri Pendidikan Nasional dan para pejabat eselon satu.

foto  foto

Ket : -Linda Gumelar memotong tumpeng, sebagai pertanda dilaunchingnya Drama Kisah Keluarga Parikin. (kiri).
          -Saat launching, para relawan Tzu Chi juga tampak hadir dan menyaksikan drama yang berkisah tentang            atmosfer sebuah keluarga Indonesia.(kanan)

Sebagai pertanda peluncuran drama Kisah Keluarga Parikin, Linda Gumelar mendapat kehormatan untuk memotong tumpeng dan memberikannya kepada Bapak Parikin dan Ibu Juju yang sesungguhnya, serta Sita Nursanti, pemeran Ibu Juju dalam drama.

Puas dan Tak Menyangka
Sita Nursanti yang berperan sebagai Juju, dalam sesi wawancara mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang sama sekali baru dan tantangan baginya. ”Seru ya ternyata, saya tidak menyangka saya seperti ini juga. Karena proses syutingnya luar biasa sekali kan. Loncat-loncat banget. Scene ini di sini – scene itu di mana. Sejujurnya buat saya yang belum pernah main di film mini seri. Ini tantangan juga bagaimana bisa menjaga itu semua dalam kurun waktu tertentu,” katanya usai menonton episode 1 dan 2 ini.

Ditanya apakah merasa puas dengan kerja kerasnya Sita pun menjawab, ”Puas, So far saya puas, karena saya tipenya orang malu-malu ga senang lihat saya sendiri di layar. Tetapi setelah saya lihat ternyata tontonan yang menyegarkan sekali,” katanya sambil tersenyum-senyum saat mengekspresikan kepuasaan atas aktingnya dalam drama Kisah Keluarga Parikin.

Jadi, tak ada alasan bagi Anda untuk tidak menyaksikan Drama Kisah Nyata Kisah Keluarga Parikin yang akan tayang di DAAI TV dari tanggal 1-10 April 2010 pukul 19.00 Wib ini. Saksikan bersama keluarga tercinta Anda dan rasakan atmosfer kekeluargaan khas Indonesia!

 
 

Artikel Terkait

Waisak 2555: Tzu Chi Makassar

Waisak 2555: Tzu Chi Makassar

25 Mei 2011
Dengan penuh khidmat dan konsentrasi, para relawan Tzu Chi mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Makna dari upacara ini adalah untuk membersihkan jiwa dan menghormati ajaran Buddha di alam semesta ini. 
Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei di Tanjung Balai Karimun

Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei di Tanjung Balai Karimun

05 Agustus 2019
Minggu, 21 Juli 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan pelatihan Zhen Shan Mei. Zhen Shan Mei merupakan para relawan yang aktif dalam mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi melalui artikel, foto, dan video. Kegiatan ini diikuti oleh 43 orang relawan.
Banjir Jakarta: Ragam Kisah Pengungsi di Tzu Chi Center

Banjir Jakarta: Ragam Kisah Pengungsi di Tzu Chi Center

22 Januari 2013 Sejak Kamis, 17 Januari 2013 hingga sekarang warga korban bencana banjir terus berdatangan di Aula Jing Si Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yang digunakan untuk tempat tinggal sementara para pengungsi.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -