Merasakan dengan Hati

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

* Karena tak lagi memiliki tempat berteduh warga korban kebakaran di Kelurahan Pasar Baru Jakarta Pusat untuk sementara ditampung di sebuah gudang penyimpanan barang milik toko swalayan Matahari.

Sudah 2 hari ini puluhan kepala keluarga di RT 009 dan RT 010, RW 04, Kelurahan Pasar Baru, Jakarta Pusat menumpang sementara di sebuah gedung milik toko swalayan Matahari. Keganasan si jago merah 7 hari yang lalu (25/1) telah melalap habis puluhan rumah mereka. Gedung berlantai 2 yang sebenarnya adalah gudang penyimpanan barang ini menjadi tempat penampungan sementara bagi mereka yang kehilangan tempat berteduh. Lima hari pascakebakaran, mereka tinggal di Gang III No 20, sebelum akhirnya 2 hari yang lalu diminta pindah ke gudang tersebut.

Memang tak ada yang pernah tahu kapan bencana dan musibah akan datang serta merenggut semua yang kita miliki. Seperti yang dialami oleh Susana (35), seorang warga yang kini telah kehilangan segalanya. Saat si jago merah berkobar, malam itu ibu 5 anak ini sedang menonton televisi dan bersiap-siap untuk istirahat. Tak lama ia mendengar suara orang-orang yang berteriak. Awalnya ia mengira ada orang yang berkelahi, namun saat ia keluar rumah seorang tetangganya sedang berlari membawa seember air dan berusaha memadamkan si jago merah. “’Api! Api! Api!’ teriak tetangga,” ujarnya. Tanpa pikir panjang, Susana pun segera membangunkan ibunya yang sedang tidur di lantai atas. Jilatan si jago merah sudah sangat terlihat jelas di rumahnya karena asal muasal munculnya api hanya berjarak beberapa meter dari atap rumahnya. “Menyelamatkan diri aja. Ga bawa apa-apa. Ga mikirin yang laen bawa diri aja,” ujarnya. Tak urung, rumah Susana pun ludes dilahap ganasnya di jago merah.

foto  

Ket : - Relawan Tzu Chi meninjau langsung lokasi kebakaran yang terjadi di Kelurahan Pasar Baru. Kebakaran
           terjadi saat hampir sebagian besar warga bersiap-siap istirahat di malam hari.

Susana dan keluarga tak berhasil menyelamatkan secuil pun barang-barang berharga milik mereka. Mereka keluar rumah hanya dengan memakai sandal saja. Bahkan anaknya yang masih kecil pun tak mengenakan baju saat meninggalkan rumah. Mereka sebenarnya sempat berusaha mengambil baju untuk si kecil, namun karena si jago merah sudah sangat besar mereka pun mengurungkan niat mengambilnya. “Ga menyesal daripada kehilangan jiwa,” ujar Susana saat saya bertanya adakah penyesalan tak bisa membawa secuil pun barang berharga mereka. Walau begitu, seorang anaknya sempat menangis meratapi musibah yang mereka rasakan.

Kondisi yang tak jauh berbeda juga dirasakan oleh Iyem (52). Walau semua harta bendanya berhasil terselamatkan, namun rumahnya tak luput dari jilatan si jago merah. Bagian belakang rumahnya telah terjilat si jago merah sebelum akhirnya dijinakkan oleh petugas pemadam kebakaran. Walau begitu, kini rumahnya sangat kotor, dan memerlukan perbaikan di sana-sini. Apalagi aliran listrik belum jua tersambung kembali. Hingga kini, Susana dan Iyem tidak tahu api timbul dari mana. Yang mereka tahu kini adalah tiadanya tempat berteduh bagi mereka. Karena musibah ini pula mereka akhirnya bersatu seperti saudara. “Semua seperti saudara, sependeritaan sama-sama.” ujar Susana dan Iyem yang tinggal di RT 009 dan 010 Kelurahan Pasar Baru ini.

foto foto

Ket : - Seminggu pascakebakaran belum semua warga membersihkan sisa-sisa puing yang masih menggunung
           di depan rumah mereka. (kiri)
         - Sebelum pembagian bantuan, relawan Tzu Chi juga saling berbagi cerita kepada para ibu korban
           kebakaran. (kanan)

Pagi itu, 31 Januari 2009, 15 relawan Tzu Chi telah tampak di bekas lokasi kebakaran Pasar Baru. Mereka sedang berbagi tugas. Ada yang membagikan kupon bantuan, ada yang menyiapkan paket-paket bantuan kebakaran, dan ada yang berbagi cerita dengan para korban di depan halaman gudang Matahari. Mereka membagikan 150 paket bantuan bagi para warga korban kebakaran. Setiap paket yang diberikan terdiri dari 1 buah ember, 1 set peralatan mandi, 1 pasang sandal untuk orang dewasa, 1 pasang sandal untuk anak-anak, 1 lembar handuk, dan 1 lembar selimut.

Salah satu relawan yang tampak sibuk sedari pagi adalah Kirtam. Ia biasa bertugas di bagian logistik di hampir semua kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Pergi paling awal pulang paling akhir,” guraunya seraya mengingat aktivitas yang dilakukannya di setiap kegiatan bakti sosial. Salah satu kegiatan yang membuatnya tersentuh adalah saat mengikuti bakti sosial tanggap darurat di Karawang, Jawa Barat beberapa minggu yang lalu. Saat itu, air setinggi atap rumah membanjiri beberapa desa di sana.

foto  foto

Ket : - Dengan penuh hormat, relawan Tzu Chi membagikan paket bantuan kepada warga yang telah memiliki
           kupon. (kiri)
         - Iyem (52) beruntung dapat menyelamatkan semua barang miliknya, walaupun ia harus kehilangan rumah
           karena dilalap si jago merah. (kanan)

Pas banjir melihat kondisi rumah yang lantainya tanah, dan di dalamnya begitu banyak anggota keluarga yang tinggal,” ujarnya. Hati Kirtam merasa bahagia dapat memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. “Kita juga ikut merasakan kesedihan dan penderitaan mereka,” tuturnya. “Berbagi kebahagiaan tidak selalu identik dengan materi, bisa juga dengan membantu menyalurkan barang bagi yang membutuhkan,” tambahnya.

 

Artikel Terkait

Internasional: Wujud Terima Kasih

Internasional: Wujud Terima Kasih

04 Mei 2010
Di Taiwan, banyak kaum lansia yang dirawat oleh wanita yang meninggalkan keluarga dan kampung halaman ribuan kilometer jauhnya. Sejak tahun 2004, yayasan (Tzu Chi) mulai mengadakan pengobatan gratis untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada wanita-wanita pekerja keras
Suara Kasih: Menyelaraskan Batin Manusia

Suara Kasih: Menyelaraskan Batin Manusia

21 Desember 2011 Setiap pagi saat menyaksikan berita di Da Ai TV, saya selalu merasakan kehangatan. Insan Tzu Chi baik yang berada di Australia, Eropa, maupun Amerika Serikat, merayakan Natal bersama dengan para lansia. Insan Tzu Chi dari beberapa daerah juga mulai melakukan hal yang sama.
Bahagia Karena Memberi

Bahagia Karena Memberi

21 Desember 2009 Hari Kamis tanggal 17 Desember 2009, bertempat di gedung Sinarmas lantai 32, sebanyak 47 karyawan Sinarmas menunjukkan kepedulian mereka kepada sesama dengan melakukan pengumpulan celengan bambu.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -