Merasakan Kehangatan Kasih Sayang di Dunia
Jurnalis : Teddy Lianto , Fotografer : Eddie, Hendrik Gho, Yekti Utami (He Qi Barat 1)Sebanyak 80 relawan melakukan Pelatihan Relawan Abu Putih di Aula Gedung B lantai 5, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
Minggu, 26 Mei 2019, Pukul 13.10, matahari bersinar cukup terik, suasana di Perumahan Cinta kasih Cengkareng malah terhitung lumayan lenggang meskipun pada hari itu sedang berlangsung kegiatan garage sale untuk warga perumahan.
Tak jauh dari lokasi garage sale, beberapa relawan telah berdatangan menuju dapur relawan. Di dalam dapur, para relawan yang terdiri dari ibu-ibu dan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mulai sibuk mempersiapkan masakan.
“Shijie tolong goreng tempe
dan potong sayur ini jangan terlalu kecil ya,” kata Agustin Bingu, PIC kegiatan masak kepada para rekannya. Sebanyak
20 relawan berbagi tugas menyiapkan beberapa menu masakan dan minuman. Uap panas dari kuali yang
sedang merebus sayuran menyembul keluar, menambah panas hawa di dapur. Tapi relawan
tetap saling bergotong royong. “Capek jujur capek, tapi mungkin karena sayanya
hobi memasak, jadi seneng aja. Kita emang
gitu, kalau (memasak) di dapur, nggak ada yang marah atau kesel-kesel, ya dibawa happy aja,” terang Agustin yang bergabung sebagai relawan Tzu Chi
sejak 2014 lalu.
Agustin Bingu (tengah dan berkacamata) bersama 20 relawan dan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Ch sejak pukul 13.00 mulai mempersiapkan masakan untuk berbuka puasa bersama bagi para penerima bantuan dan relawan.
Pada hari itu Agustin dipercaya sebagai PIC untuk menyiapkan masakan bagi 80 relawan dan lebih kurang 35 penerima bantuan beserta keluarga yang mendampingi. Agustin yang juga sedang menjalani ibadah puasa merasa bersyukur mendapat berkah pada hari itu.
Selama beberapa hari, membantu mempersiapkan acara buka puasa untuk badan misi pun tidak melunturkan ibadah puasanya, “Alhamdulillah, ibadah puasa lancar saya kan rajin minum madu dan kurma (setiap buka puasa),” ujarnya.
Agustin yang sejak awal kerap memasak di setiap kegiatan Tzu Chi di komunitas He Qi Barat 1, selalu teringat
imbauan suaminya, Yusuf Effendy yang memintanya untuk memberikan masakan yang
terbaik dan lezat bagi para relawan yang hadir dalam kegiatan Tzu Chi.
Relawan mengajak para penerima bantuan untuk melakukan isyarat tangan lagu Satu Keluarga.
“Suami pesan kalau masak, masaknya harus cukup, enak, dan yang makan kenyang. Jangan kasih makan dibeda-bedain, jika kita masak dan dicoba enak, maka harus buat lebih enak lagi untuk orang lain (relawan) karena mereka datang bersumbangsih dengan sukarela jadi harus kasih yang terbaik dan lezat,” ujar Agustin sembari tersenyum mengingat pesan suaminya yang selalu ia terapkan setiap kali memasak untuk relawan maupun penerima bantuan.
Kehangatan di Bulan Ramadan
Pada hari itu diadakan 2 acara secara bersamaan, yakni Pelatihan
Relawan Abu Putih dan Pemberian Bantuan untuk Penerima Bantuan Tzu Chi pada
pukul 15.00 di Aula gedung B lantai 2 dan lantai 4, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Mengingat, pada
bulan ini merupakan bulan Ramadan, maka para relawan ingin menjalin jodoh baik
dengan mengajak para penerima bantuan dan relawan yang sedang mendalami visi dan
misi Tzu Chi berbuka puasa selepas kegiatan.
Deny Afi Nuryanti menerima paket lebaran dari Leng Leng, relawan yang selalu mendampingi dan menyemangati dirinya.
Deny Afi Nuryanti, salah satu penerima bantuan merasa senang karena relawan Tzu Chi begitu memperhatikan dirinya dan putranya, Azzam Khalif Jaedan. Azzam yang berusia 2 tahun 6 bulan menderita hydrocephalus, epilepsi, dan gizi buruk. Kini berat badannya hanya 6 kg, relawan pun selama 2 bulan terakhir terus memberikan bantuan berupa popok bayi dan susu formula.
Sejak lahir, Azzam harus bolak balik ke RS Harapan Kita untuk melakukan pengobatan dan memantau proses tumbuh
kembang. Relawan pun kerap mendapingi dan memberikan masukan positif sehingga
Deny Afi Nuryanti atau kerap disapa Nuryanti merasa terus bersemangat. “Buat
saya sih sudah Alhamdulillah, bantuan yang diberikan sudah membantu
banget, kan susu formula yang diberikan secara cuma-cuma oleh Tzu Chi juga kalau dibeli di luaran harganya lumayan
mahal,” terang Nuryanti.
Relawan dan penerima bantuan melakukan buka puasa bersama.
Nuryanti yang baru 2 kali menerima bantuan Tzu Chi selau merasa senang jika diundang
hadir dalam kegiatan Tzu Chi, karena setiap hadir, ia semakin tahu kegiatannya
Tzu Chi, ternyata saling mengasihi dan memberikan banyak masukin positif untuk
dirinya. “Relawannya baik-baik dan perhatian sekali, kayak kemarin saya datang
untuk ambil bantuan susu dan popok, tapi karena stok di yayasan habis, jadi bantuan
susunya menyusul. Eh ternyata beberapa hari kemudian relawan langsung
mengantarkannya ke rumah. Dalam hati saya pikir ya Allah, kok relawannya baik
banget ya, padahal saya yang butuh lho kok malah saya yang disamperin. Perhatiannya bener-bener
deh,” ucap Nuryanti merasa haru menyadari
relawan yang tidak ia kenal dan tidak memiliki hubungan
saudara dengannya tetapi begitu peduli dengan dirinya.
Relawan Pelatihan abu Putih mendalami mengenai kisah perjalanan Master Cheng Yen.
Di kedatangannya yang kedua ini, ia menuturkan jika ia dan penerima bantuan lainnya mendapat bingkisan hari raya berupa 20 mi instan, kopi instan, minyak sayur 1 kg, beras merah, teh, biskuit, sabun, dan deterjen, juga diajak untuk ikut berbuka puasa bersama. Mendengar hal ia pun merasa haru. “Di sini saya bisa ketemu banyak teman, menginspirasi banget lah, untuk saling mengasihi, menyayangi, dan mau berbagi untuk sesama,” katanya.
Pukul 17.55, para relawan dan penerima bantuan diajak berbuka puasa di Aula Gedung C lantai 2. Semua relawan dan penerima bantuan, merasa bahagia dan haru sambil menikmati hidangan yang disiapkan. Semoga kehangatan ini terus terpatri di hati setiap orang sehingga mereka semakin yakin bahwa, masih banyak orang-orang yang peduli terhadap kaum yang kurang mampu dan bagi relawan yang berlatih semakin sadar jika masih banyak orang yang membutuhkan bantuan.
Editor: Metta Wulandari