Relawan Tzu Chi Indonesia menyaksikan Persamuhan Sutra Teratai yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi di Taiwan dalam rangka menyambut ulang tahun Yayasan Buddha Tzu Chi Internasional yang ke-55 dan ulang tahun Master Cheng Yen.
Setiap tanggal 24, bulan 3 lunar, insan Tzu Chi sedunia merayakan dua hari besar, yakni hari berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi dan juga hari lahirnya pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, Master Cheng Yen. Di hari yang bersejarah tersebut, seluruh insan Tzu Chi dari berbagai pelosok dunia melakukan sambungan langsung dengan Griya Jing Si Taiwan untuk bersama melakukan kebaktian dan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen secara live.
Di tahun 2021 ini, kedua hari besar tersebut jatuh pada tanggal 5 Mei 2021. Relawan dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia dibalut sukacita. Sejak pagi relawan sudah ikut melakukan kebaktian hingga siangnya, mereka menyaksikan penampilan Persamuhan Sutra Teratai yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi di Taiwan.
Di Indonesia, ada 313 relawan yang turut ikut menyaksikan Persamuhan Sutra Teratai. Mereka tersebar di berbagai wilayah antara lain dari Jakarta, Medan, Batam, Palembang, Padang, Lampung, Bandung, Surabaya, Singkawang, Makassar, Tj. Balai Karimun, Tj. Pinang, Pekanbaru, dan Biak. Jumlah relawan di setiap wilayah pun dibatasi karena mengikuti protokol kesehatan terkait penanggulangan Covid-19.
Bersumbangsih di Jalan Bodhisatwa
Di Indonesia, ada 313 relawan yang turut ikut menyaksikan Persamuhan Sutra Teratai yang tersebar di berbagai wilayah. Di Jakarta, relawan berkumpul di dua ruangan, yakni di Xi She Ting dan Exhibition Hall, lantai 1 Aula Jing Si.
Menyaksikan Persamuhan Sutra Teratai yang begitu megah dan luar biasa, Elly Widjaja, relawan Tzu Chi Jakarta sangat terkesima. Ia mengatakan semangat Sutra seakan sampai ke dalam dirinya.
“Kita tahu bahwa Sutra Teratai adalah intisari dari Ajaran Jing Si, Sutra Teratai adalah Jalan Bodhisatwa. Jadi kenapa Master Cheng Yen memilih Sutra Teratai, karena ini adalah satu jalan,” ucap Elly Widjaja.
Lebih lanjut Elly menuturkan bahwa Master Cheng Yen selalu mengingatkan murid-muridnya tentang Jalan Bodhisatwa yang maksud adalah dengan terjun ke masyarakat untuk bersumbangsih. “Jadi Master Cheng Yen selalu mengingatkan kita bahwa Bodhisatwa itu bukanlah rupang atau simbol lainnya. Bodhisatwa adalah orang-orang yang bisa membantu orang lain. Orang-orang yang bermanfaat untuk orang lain. Itulah Bodhisatwa. Makanya Master Cheng Yen menamakan relawan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia,” terang Elly.
Menjadi satu dari ribuan Bodhisatwa dunia (relawan Tzu Chi) di ulang tahun Tzu Chi ke-55, Elly mengaku sangat bangga. Ia secara pribadi mengungkapkan syukur dan terima kasih kepada Master Cheng Yen yang telah mendirikan Tzu Chi. “Rasanya sangat luar biasa, tidak ada penyesalan selama masuk ke dunia Tzu Chi,” kata Elly mantap.
Pernyataan Elly bukan tanpa sebab. Pasalnya, melalui Tzu Chi ia bisa memanfaatkan segala kemampuannya untuk bersumbangsih dan bermanfaat bukan hanya untuk diri pribadi namun juga bagi sesama yang membutuhkan. Relawan yang bergabung dengan Tzu Chi sejak tahun 2008 itu juga belajar bersumbangsih tanpa pamrih sesuai dengan ajaran Master Cheng Yen.
“Tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk keluar dari Tzu Chi. Dulu sebelum ada cucu, tahun 2008 sampai 2012, satu minggu saya 5 hari di Tzu Chi. Saya aktif di semua misi. Saya aktif di DAAI Mama, saya juga tim amal, belajar shou yu, relawan baksos yang sudah keliling nusantara. Karena kita di Tzu Chi, kita bisa bersumbangsih untuk membantu mereka yang membutuhkan. Semuanya saya jalani dengan penuh sukacita, jadi tidak pernah terpikirkan untuk keluar dari Tzu Chi,” tegasnya. Hal tersebut jugalah yang ia harapkan bisa menjadi tekad seluruh relawan Tzu Chi di dunia.
Pesan Master Cheng Yen: Melangkah Menuju Arah Yang Sama
Para relawan Tzu Chi Indonesia di berbagai kota lain turut menyaksikan Persamuhan Sutra Teratai melalui aplikasi Zoom.
Untuk lebih mengingat dan memahami perjalanan dan semangat Master Cheng Yen dalam membangun Tzu Chi, di bawah ini adalah kutipan Ceramah Master Cheng Yen*:
Berlalunya detik demi detik adalah dukungan bagi pengembangan nilai kehidupan kita. Dengan mengerahkan fungsi dan potensi, kehidupan seseorang akan bernilai. Jika tidak, kehidupannya akan berlalu sia-sia. Kita hendaknya mendoakan dan bersyukur satu sama lain.
Perbuatan baik tidak bisa dilakukan sendirian. Meski demikian, sebelum memiliki murid, saya sudah berniat untuk berbuat baik. Saat itu, saya masih muda dan terus berpikir, "Apa nilai kehidupan ini?"
Sejak masih muda, saya sudah memiliki pertanyaan tentang kehidupan. Mengapa saya terlahir di dunia ini? Apa nilai kehidupan saya di dunia ini?
Saat itu, saya berpikir, "Apakah kehidupan saya akan bernilai hanya dengan berjuang demi keluarga dan karier sendiri?" Terdapat banyak pertanyaan dalam benak saya. Kemudian, saya menyadari bahwa saya hendaknya membawa manfaat bagi dunia. Bagaimana saya membawa manfaat bagi dunia?
Sejak saat itu, menghadapi kondisi seperti apa pun, saya merasa hati kita harus memiliki arah tujuan dan landasan.
Saat ibu saya jatuh sakit, saya melakukan semua yang bisa saya lakukan. Beliau sudah diperiksa oleh dokter, diopname, bahkan menjalani operasi. Saya melakukan semua yang harus dilakukan. Namun, bagaimana mengembangkan nilai kehidupan? Bagaimana memperoleh sandaran dan landasan dalam melangkah ke arah tujuan kita? Saya merasa bahwa kehidupan sungguh tidak kekal. Dalam Sutra juga sering diulas tentang ketidakkekalan.
Elly Widjaja, relawan Tzu Chi Jakarta mengungkapkan sukacitanya bisa bergabung menjadi relawan di Tzu Chi.
Kepergian ayah saya merupakan salah satu jalinan jodoh bagi saya untuk mendalami Sutra. Semakin membaca Sutra, saya semakin merasa bahwa kehidupan sungguh tidak kekal dan semakin ingin mengetahui nilai kehidupan. Saya terus bertanya-tanya akan hal ini.
Master Xiu Dao berkata pada saya, "Wanita yang dapat menjinjing keranjang sayur adalah wanita yang bahagia." Saya berkata, "Kehidupan penuh penderitaan dan tidak kekal. Bagaimana bisa saya hanya berjuang untuk keluarga sendiri?" Beliau berkata, "Sebagai seorang wanita, kamu hanya bisa menjaga keluarga sendiri." Saya tidak setuju dan berkata, "Saya juga bisa mengerjakan tugas pria dan menjinjing keranjang sayur bagi dunia." Kemudian, saya meninggalkan keduniawian dan tinggal sementara di Vihara Ci Shan, Hualien.
Saya membabarkan Dharma di sana. De Ci dan De Rong merupakan murid-murid saya yang menjalin jodoh dengan saya saat itu. Saat itu, saya belum memiliki tempat tinggal sendiri. Saya hanya tinggal sementara di sana dan tidak tahu setelah itu akan pergi ke mana. Saya heran mengapa mereka ingin menjadi murid saya. Sungguh, jalinan jodoh tidak terbayangkan.
Singkat kata, saat itu saya hanya memiliki beberapa murid dan tidak memiliki tempat tinggal sendiri. Namun, kini pergi ke mana pun, saya bisa melihat banyak murid saya yang sangat dekat dengan hati saya. Saya bisa merasakan bahwa semua orang menghormati dan mengasihi saya dengan tulus. Sungguh, saya bisa merasakannya. Karena itulah, saya senantiasa bersyukur. Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan.
Di akhir Persamuhan Sutra Teratai, relawan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen bersama-sama.
Pada usia Tzu Chi yang ke-55 tahun ini, Tzu Chi telah tersebar di seluruh dunia. Tahun ini, karena adanya pandemi, saya terus mengingatkan para relawan kita untuk segera mencari tahu negara mana atau instansi apa yang membutuhkan bantuan. Kita harus menjadi guru tak diundang.
Kita bisa berkumpul di kehidupan sekarang pasti karena di kehidupan lampau, kita telah menjalin jodoh baik dengan Sutra Teratai. Di kehidupan sekarang, saya mempelajari dan membabarkan Sutra Teratai serta tekun mempraktikkannya di Jalan Bodhisatwa, sedangkan kalian bersama-sama mendengar, menyebarkan, dan mempraktikkan Sutra Teratai serta mengikuti saya maju selangkah demi selangkah. Jadi, jalinan jodoh kita sangat mendalam.
Hati kita bertautan dan tekad saya terus diwariskan. Tekad kita tidak tergoyahkan. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya ingin mengingatkan kalian untuk terus berbuat baik dan jangan menyerah. Jika hanya berbuat baik sendirian, kekuatan kita sangatlah kecil. Jadi, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Saya berharap kita semua dapat melangkah menuju arah yang sama.
*Dikutip dari Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 November 2020
Editor: Arimami Suryo A.