Merawat Semangat Pelatihan Diri

Jurnalis : Vincent Salimputra (He Qi Utara 2), Fotografer : Aris Widjaja, Vincent Salimputra, Indra Gunawan, Emy Nora (He Qi Utara 2)

Para peserta dengan antusias mengikuti kegiatan pelatihan relawan Abu Putih yang diadakan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2. Pelatihan Abu Putih ini berlangsung di Fu Hui Ting, Aula Jing Si Lt.2, PIK dihadiri oleh 103 relawan Tzu Chi.  

Waktu berjalan begitu cepat, takterasa kita telah sampai pada penghujung tahun 2022. Tahun boleh berganti baru, namun semangat melatih diri tidak boleh kendor apalagi mengenal kata mundur saat akan memulai tahun yang baru.

Melatih diri dalam artian bahwa membina sikap dan perilaku saat kita menapaki jalan Bodhisattva maupun menekuni jalan dalam barisan Tzu Chi. Selain itu, setiap relawan hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan kebijaksanaan untuk mengemban tanggung jawab dalam misi Tzu Chi dengan sepenuh hati.

Wujud dari menapaki jalan Bodhisattva maupun menekuni jalan dalam barisan Tzu Chi relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 menggenggam waktu yang ada dengan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih pertama di Fu Hui Ting, Aula Jing Si Lt. 2, PIK, Jakarta  Utara.

Pelatihan yang dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB ini diikuti oleh sukarelawan dari Jakarta, Tangerang, dan sukarelawan Prov Jambi melalui webinar. Ada 103 orang sukarelawan Tzu Chi meliputi relawan Calon komite, Abu Putih. Mereka bersatu hati mengikuti pelatihan yang bertemakan “Teladan Cinta Kasih”.

Kisah Kemandirian Master Cheng Yen
Jokkhian pemateri sesi awal pelatihan memulai dengan mengenalkan Master Cheng Yen lebih dekat kepada para peserta. “Master Cheng Yen adalah guru dengan kisah masa kecil yang penuh inspirasi dan motivasi. Sebagai anak perempuan tertua dalam keluarganya, Master Cheng Yen mulai membantu menjaga adik-adiknya ketika Master Cheng Yen sendiri masih kecil,” cerita Jokkhian. Di usia remaja, Master Cheng Yen menunjukkan tekadnya untuk bervegetaris seumur hidup demi kesembuhan ibunya yang menderita sakit,” lanjut Jokkhian.

Jokkhian sedang menceritakan kisah kemandirian Master Cheng Yen di hadapan 103 relawan Tzu Chi.  Jokkhian mengajak peserta untuk bersedia memulai dan memikul tanggung jawab dalam menjalankan Misi Amal Kemanusiaan Tzu Chi.

Sejak dahulu, Master Cheng Yen selalu menerapkan cara hidup sederhana dan santun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Master Cheng Yen tidak mau menerima persembahan dari umat/masyarakat, para Bikhsuni ini memperoleh sedikit penghasilan dari bertani, merajut sweater, membuat lilin, sepatu bayi, tas, dan barang-barang kerajinan lainnya serta memproduksi tepung sereal dari kacang-kacangan untuk dijual.

Master Cheng Yen memegang teguh semangat kemandirian dengan prinsip “Satu Hari Tidak Bekerja, Satu Hari Tidak Makan”. Bahkan, hingga hari ini, prinsip ini masih dipegang teguh oleh Master Cheng Yen bersama murid-muridnya di Griya Jing Si.

Di akhir materinya Jokkhian mengajak peserta untuk bersedia memulai dan memikul tanggung jawab. “Nantinya, kita akan memulai memikul tanggung jawab. Mudah-mudahan kita bisa belajar dari kemandirian Master Cheng Yen dan menerapkannya,” ajak Jokkhian.

Semangat dan Penerapan 4 in 1
Yayasan Tzu Chi juga memiliki struktur kerelawanan 4 in1. Master Cheng Yen menginginkan adanya relawan komunitas untuk memudahkan penyaluran bantuan di suatu wilayah bencana. Selain itu, kita juga akan saling mengenal tetangga kita sehingga bisa terjalin persahabatan dan kerukunan bertetangga.

Dengan adanya struktur ini, semua relawan akan mendapatkan perhatian dan bisa mengikuti kegiatan Tzu Chi dengan lebih terarah dan teratur,” tutur Efi dalam materinya tentang struktur kerelawanan Tzu Chi.

Langkah Menuju Barisan Biru Putih
Anie Widjaja dalam materinya menjelaskan tentang kriteria dan tahapan untuk menjadi relawan komite Tzu Chi. “Kriteria menjadi relawan komite tidaklah sulit, hanya ada 2. Pertama mau aktif dan mengambil tanggung jawab dalam kegiatan menolong sesama yang membutuhkan bantuan serta membina yang mampu. Kedua memahami, yakin, dan menerapkan filosofi Tzu Chi dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Anie.

Anie Widjaja menjelaskan sejumlah tahapan yang harus dilalui para peserta pelatihan untuk bergabung dalam barisan relawan komite Tzu Chi. Pertama mau aktif dan mengambil tanggung jawab dalam kegiatan menolong sesama yang membutuhkan bantuan serta membina yang mampu. Kedua memahami, yakin, dan menerapkan filosofi Tzu Chi dalam kehidupan sehari-hari.

Anie juga mengingatkan relawan yang telah berseragam untuk memperhatikan penampilan diri mereka serta mematuhi etika saat berkegiatan Tzu Chi. “Penampilan diri kita adalah penampilan kelompok, maka di manapun berkegiatan kita harus selalu mengenakan atribut seragam relawan dengan baik dan lengkap karena mencerminkan budaya humanis Tzu Chi,” jelas Anie

“Master Cheng Yen berharap di mana pun kita berada, kita harus menebarkan bibit baik. Harus selalu ingat bahwa kita adalah insan Tzu Chi yang sedang menjalani jalan Bodhisattva,” lanjut Anie.

Memupuk Pahala, Menciptakan Berkah
Pada Sesi talkshow yang dipandu oleh Hoklay menghadirkan Fie Yen dan Sintawaty relawan Misi Amal Tzu Chi untuk berbagi pengalaman mereka selama mendampingi Gan En Hu (penerima bantuan khusus).

Pada sesi talkshow yang di pandu oleh Hok Lai (kiri), Fie Yen (tengah) dan Sintawaty (kanan) berbagi pengalaman selama mendampingi Gan En Hu. Yayasan Tzu Chi bukan hanya memberikan materi saja dalam membantu, tetapi harus menginspirasi orang yang dibantu untuk bisa bersumbangsih kembali untuk orang lain.

Fie Yen sudah mengenal Tzu Chi sejak 2014. Ia menceritakan pendampingan Gan En Hu Jason yang harus berobat di RSCM.

Hoklay lalu bertanya, “Apakah mudah mendampingi orang ke RSCM?”.

“Ga sih, butuh proses. Saya harus jemput Jason di daerah Angke. Sesudah itu, baru kita sama-sama jalan kaki ke halte Jembatan Dua untuk naik busway. Dari jam 08.00 Wib hingga 18.00 Wib. Tunggunya lama banget, selalu dapat nomor antrian di atas 100,” jawab Fie Yen sambil mengenang momennya mendampingi Jason ke RSCM. “Kalau ke RSCM, seminggu tiga kali berturut-turut, selama setahun,” ungkap Fie Yen.

Pendampingan Fie Yen terhadap Jason ternyata menginspirasi orang-orang terdekatnya. Yulika (anak Fie Yen) merasa terenyuh setelah mendengarkan penjelasan Fie Yen bahwa Jason sudah tidak memiliki orang tua dan tinggal bersama kakek neneknya.

Ongkos perjalanan yang harus dikeluarkan Fie Yen selama mendampingi Jason ke RSCM hanya berasal dari kantongnya sendiri, hasil dari penjualan kue dan roti yang dibuatnya. Yulika, yang sudah bekerja memberikan sejumlah uang kepada Fie Yen untuk menambah ongkos perjalanan untuk mendampingi Jason ke rumah sakit.

Para peserta pelatihan relawan dengan seksama mencatat materi-materi yang disampaikan oleh narasumber pelatihan Abu Putih. relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 menggenggam waktu yang ada dengan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih pertama di Fu Hui Ting, Aula Jing Si Lt. 2, PIK, Jakarta  Utara.  

Berbeda kondisinya dengan Jason Sintawaty menceritakan pengalamannya mendampingi bayi Kenzi yang menderita epilepsi intraktabel,dan otaknya juga mengecil . “Saya berjodoh dengan Baby Kenzi saat usianya 1 tahun 8 bulan. Pertama kali bertemu dia, saya merasa kasihan karena divonis dokter menderita epilepsi intraktabel, otaknya juga mengecil. Kenzi akan mengalami kejang-kejang 20 kali dalam sehari, durasinya sekitar 10 detik,” ungkap Sintawaty sambil menunjukkan video Kenzy yang mengalami kejang-kejang.

Kondisi ekonomi kedua orang tua Kenzi yang belum stabil membuat mereka mengajukan permohonan bantuan ke Tzu Chi. Ibu Kenzi terpaksa berhenti bekerja untuk merawat Kenzi. Jadi, penghasilan sang ayah yang bekerja sebagai petugas kebersihan yang bisa diandalkan. Oleh dokter, Kenzi harus mengonsumsi susu formula ketogenik yang mengandung lemak tinggi, dan harganya cukup mahal.

Bantuan biaya hidup yang diberikan Yayasan Tzu Chi untuk keluarga Kenzi sangat membantu. Keluarga ini sangat bersyukur dan betekad ingin juga membantu sesama melalui celengan bambu Tzu Chi. Yayasan Tzu Chi bukan hanya memberikan materi saja, tetapi juga harus menginspirasi orang lain untuk bersumbangsih,” ujar Sintawaty.

Sumber Motivasi dan Inspirasi
Liong Soang Tjioe (75), peserta yang kali pertama mengikuti pelatihan mengungkapkan perkenalannya dengan Tzu Chi berkat DAAI TV serta informasi Tzu Chi dari Loka Virya putra dari Liong Soang Tjioe. Loka Virya telah bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Angke.

Liong Soang Tjioe (kedua dari kanan) menceritakan bahwa dirinya terharu dan termotivasi saat mendengarkan materi-materi yang disampaikan narasumber. Liong Soang Tjioe bertekad ingin bersumbangsih untuk membantu sesama.

Liong Soang Tjioe menuturkan alasannya bergabung menjadi relawan Tzu Chi karena ingin membina dan melatih diri, mendalami Dharma. Liong Soang Tjioe bertekad ingin bersumbangsih untuk membantu sesama. “Lebih bersyukur kalau kita mampu menolong yang lain daripada kita yang ditolong,” jelas Liong Soang Tjioe.

Liong Soang Tjioe terharu sekaligus termotivasi mendengarkan kisah Master Cheng Yen. "Walau kondisi Master Cheng Yen sangat sederhana, menetap di gubuk kecil, akan tetapi Master Cheng Yen masih mau berbuat kebaikan. Walau berkekurangan, masih tetap terus membantu yang membutuhkan. Berbuat kebajikan tidak melihat bagaimana status seseorang, asal berkeinginan, mempunyai tekad, siapapun bisa berbuat baik,” jelas Liong Soang Tjioe.

Para peserta pelatihan dan penyelenggara berfoto bersama dengan para peserta pelatihan relawan Abu Putih di ruang Fu Hui Ting, Aula Jing Si.

Senada dengan Liong Soang Tjioe, Yen Marita, seorang peserta pelatihan, juga mengungkapkan hal yang sama setelah mengikuti pelatihan. “Kegiatan training kali ini mendapatkan lagi ilmu baru, mendapatkan penyegaran kembali untuk lebih giat melakukan kebajikan,” ucap Yen Marita.

Bahkan, dirinya bertekad untuk lebih giat mendalami Ajaran Master Cheng Yen melalui kegiatan Tzu Chi. “Saya bersyukur bisa menjadi bagian dalam keluarga Tzu Chi.  Saya mau mengikuti dan menjalankan perintah Master Cheng Yen. Di tahun 2023, harus lebih giat lagi berkegiatan, terus menanam berkah, lebih banyak bersyukur atas pemberian Tuhan,” pungkas Yen Marita.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan Abu Putih : Tur Aula Jing Si, Dhamma Tanpa Suara

Pelatihan Relawan Abu Putih : Tur Aula Jing Si, Dhamma Tanpa Suara

07 September 2015 Aula Jing Si sebagai rumah insan Tzu Chi dan merupakan tempat pembabaran dharma tanpa suara, merupakan tonggak penting dalam sejarah perjalanan Tzu Chi. Oleh karena itu pada hari Minggu, 30 Agustus 2015, Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara kembali menjadi saksi perjalanan para Boddhisatwa melalui pelatihan relawan abu putih keempat untuk tahun 2015, yang diselenggarakan oleh He Qi (Komunitas Jakarta) Pusat.
Pelatihan Relawan Abu Putih He Qi Utara

Pelatihan Relawan Abu Putih He Qi Utara

18 Maret 2014 Tzu Chi merupakan organisasi kemanusiaan yang berlandaskan cinta kasih tanpa membeda-bedakan agama, ras, dan suku bangsa. Tzu Chi saat ini tersebar di 54 negara, terdiri dari banyak orang dengan berbagai karakter sehingga juga menjadi wadah bagi pembinaan diri.
Melangkah dengan Yakin

Melangkah dengan Yakin

18 April 2016 Walau selama ini Jakiman sudah sering mengantar Shelly ke kegiatan, ikut baksos, bagi beras, mengantar celengan bambu, ke pondok pesantren dan kegiatan amal sosial lain, tapi hatinya masih belum tertarik untuk jadi relawan. Melalui baksos inilah, ia memantapkan hatinya untuk mulai melangkah di Tzu Chi.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -