Merayakan Waisak di Rumah Sakit

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

fotoDi Hari Raya Waisak 2555 yang jatuh pada tanggal 17 Mei 2011, relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih dan memberikan kesempatan kepada para pasien dan keluarganya yang beragama Buddha untuk melakukan prosesi pemandian rupang Buddha.

“Selamat Hari Waisak…,” kata Roswaty, relawan Tzu Chi. Suara itu memecah keheningan di ruang rawat inap Rumah Sakit (RS) Husada Jakarta pada Selasa pagi, 17 Mei 2011. Li Pang (39) yang baru melahirkan putranya pada tanggal 16 Mei 2011 kemarin langsung tersenyum. Ia tersenyum karena rupanya 2 relawan Tzu Chi (Theresia dan Rosaline) sudah memberitahu akan maksud kedatangan relawan Tzu Chi sebelumnya. Sambil tetap tiduran di ranjangnya, Li Pang mengikuti aba-aba relawan Tzu Chi di sampingnya. Li Pang pun tersenyum puas tatkala kedua tangannya dapat menyentuh air dari rupang Buddha yang dibawa relawan.

Kebahagiaan Li Pang hari itu bertambah saat perawat membawa putranya, Michael (2 hari) ke dalam gendongannya. Bocah yang baru berusia 2 hari itu pun turut menerima air rupang Buddha di keningnya. Sebuah bunga pun diselipkan di balik selimut putihnya. “Terima kasih….,” ucap Li Pang. “Sama-sama…, semoga Buddha memberkati,” kata Roswaty.  Dengan posisi tangan beranjali, Li Pang berdoa. “Semoga anakkku menjadi anak yang berguna, pintar, menjadi kebanggaan orang tua, dan berbakti kepada kedua orang tua,” kata Li Pang. Relawan lainnya segera menyusul dan memberikan bingkisan berupa buah-buahan, kata perenungan Master Cheng Yen dan Buletin Tzu Chi.

Pertama Kali
Hari itu sebanyak 24 relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih ke RS Husada Jakarta. Kehadiran relawan di Hari Raya Waisak 2555 ini tak lain adalah untuk memberi perhatian dan juga kesempatan kepada para pasien dan keluarganya yang tengah menjalani pengobatan di rumah sakit itu. Dengan membawa rupang Buddha, air suci, dan bunga, relawan Tzu Chi menyambangi satu per satu para pasien yang beragama Buddha. Sebanyak 46 pasien dan keluarganya pun akhirnya berkesempatan merayakan Waisak di rumah sakit tersebut. “Tujuan dari kegiatan ini adalah agar mereka (pasien dan keluarganya-red) tidak merasa sendirian di Hari Waisak ini. Kita memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak sempat ke wihara untuk bisa merayakan Waisak,” kata Rosaline, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Li Pang (39) yang baru melahirkan putranya pada tanggal 16 Mei 2011 kemarin merasa bahagia karena bisa merayakan Hari Waisak meski ia tengah terbaring di rumah sakit. (kiri)
  • Setelah memperoleh izin dari pihak keluarga, relawan Tzu Chi membimbing pasien melakukan prosesi pemandian rupang Buddha. (kanan)

Kegiatan ini sendiri baru pertama kali dilakukan oleh relawan Tzu Chi di Indonesia. “Awalnya saya melihat dari tayangan DAAI TV tentang relawan Tzu Chi Malaysia yang membawa rupang Buddha ke warga yang tidak bisa merayakan Waisak karena sakit, lalu saya terpikir untuk mencoba melakukannya di Indonesia,” terang Rosaline, “saya pikir kalau di rumah sakit tentunya akan lebih banyak yang terjangkau.” Selain itu, menurut Rosaline momen ini juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Tzu Chi yang ke-45.

Sementara Theresia, relawan Tzu Chi lainnya menganggap kegiatan ini sangat tepat dan dibutuhkan oleh para pasien dan keluarganya yang memang tidak sempat atau tidak bisa ke wihara untuk merayakan Waisak. “Mereka (pasien) dalam keadaan sakit, keluarganya juga tidak bisa ke wihara karena harus menunggui mereka. Jadi alangkah indahnya kalau kita bisa mengunjungi mereka, berdoa bersama untuk kesembuhan mereka,” kata Theresia. Bagi para relawan sendiri mereka tidak merasa kegiatan ini mengganggu aktivitas mereka di hari Waisak. “Kita mementingkan kunjungan kasih seperti ini dulu, kalau kita mau ke wihara kapan aja kan bisa, sementara mereka (pasien) ini tidak bisa beraktivitas, jadi harus kita yang datangi,” tegas Theresia.

foto  foto

Keterangan :

  • Liang Ay Phing (paling kanan) merasa senang karena mamanya yang tengah terbaring sakit bisa menjalani prosesi pemandian rupang Buddha. "Sungguh bagus, kita jadi terharu," ungkap Liang Ay Phing. (kiri)
  • Banyak dari keluarga pasien yang tengah menunggu kemudian juga ikut turut mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha di RS Husada Jakarta di Hari Raya Waisak pada tanggal 17 Mei 2011. (kanan)

Sangat Menyentuh
Ternyata bukan hanya masyarakat umum saja yang mendapatkan “pelayanan” khusus ini, tetapi juga dari pihak relawan Tzu Chi yang tengah menunggui keluarga, anak maupun ibunya yang tengah berobat. Salah satunya adalah Liang Ay Phing, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara ini sudah 2 bulan menunggui mamanya, Liang Hiang Lan (83) yang menderita sakit pernapasan. “Tadinya 1 ½ bulan di ruang ICU. Puji Syukur pada Buddha akhirnya mama bisa pulih,” kata Liang Ay Phing haru. Dan selama itu pulalah Liang Ay Phing dengan setia menemani sang mama. “Mama sangat penting dan berharga sekali. Walaupun gimana kita tetap kita usahakan untuk sembuh. Banyak orang yang bilang, susah untuk mengobati penyakitnya ini, tapi saya punya keyakinan mama saya bisa sembuh. Dan ini dibuktikan ternyata mama saya bisa pulih,” ungkapnya haru.

Dengan penuh perhatian dan hati-hati, Liang Ay Phing memberi kesempatan kepada sang mama untuk melakukan prosesi pemandian rupang Buddha, di mana hal ini merupakan prosesi yang dilakukan oleh setiap insan Tzu Chi di saat merayakan Waisak. Menurut Master Cheng Yen, sewaktu menjalani prosesi pemandian rupang Buddha, sesungguhnya para umat tengah membersihkan hati mereka sendiri. Dengan terharu Liang Hiang Lan mengikuti kata-kata relawan. Dengan satu tangan yang masih tertanam jarum infus, ia dengan khidmat mencelupkan tanganya ke dalam air yang dipegang relawan. Dengan terisak menahan tangis, Liang Hiang Lan masih sempat menangkupkan kedua tangannya untuk berterima kasih kepada para relawan. Usai sang mama, Liang Ay Phing dan putrinya pun melakukan prosesi pemandian rupang Buddha.

“Sungguh bagus sekali, kita jadi terharu karena waktu perayaan Waisak di Aula Jing Si PIK saya juga nggak bisa ikut karena saya harus menunggui mama setiap hari. Nah, sekarang saya akhirnya bisa ikut,” kata Liang Ay Phing senang. Di hari Waisak ini, Liang Ay Phing berdoa, “Semoga sang  mama bisa sehat dan semua makhluk hidup berbahagia.” “Saya bangga dengan relawan Tzu Chi,” ucapnya.

  
 

Artikel Terkait

Selamat dari Bencana (bagian 1)

Selamat dari Bencana (bagian 1)

05 September 2009
Menjelang pukul 3 sore, Jajang terbangun dari tidurnya dan segera keluar dari kamar menuju ruang tengah. Tiba-tiba sebuah guncangan yang hebat terjadi. Tanah bergetar, tembok-tembok bergoyangan.
Suara Kasih: Mewariskan Semangat Tzu Chi

Suara Kasih: Mewariskan Semangat Tzu Chi

18 Januari 2012 Selama kita mendekatkan hati kita dengan hati Buddha, saya yakin tekad kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa akan sangat kokoh. Karena itu, kita harus memiliki hati Buddha yang penuh dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.
Waisak 2019: Melindungi Bumi, Menyayangi Kehidupan

Waisak 2019: Melindungi Bumi, Menyayangi Kehidupan

13 Mei 2019

Elly dan Pong Shijie keduanya bertugas sebagai relawan pembawa persembahan (bunga dan pelita) dalam Waisak Tzu Chi kali ini, Minggu, 12 Mei 2019. Keduanya juga sama-sama vegetarian dan aktif melestarikan lingkungan, seperti tema perayaan Waisak Tzu Chi kali ini.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -