Merebaknya Virus Pelestarian Lingkungan Melalui Bank Sampah
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariIbu-ibu warga RW 06 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, menimbang sampah botol plastik yang telah dipilah dalam kegiatan Bank Sampah rutin diadakan tiap hari Rabu di pekan pertama dan ketiga per bulannya.
Rabu (20/4/16) di pekan ketiga bulan April, beberapa ibu rumah tangga berkumpul di bawah rindangnya sebuah pohon di lapangan badminton, di lingkungan RW 06, Grogol Utara, Kebayoran Lama. Mereka bukan bergosip, melainkan tengah sibuk berkerumun menimbang tumpukan sampah yang telah dipilah.
Kegiatan hari itu diberi nama “Bank Sampah” oleh inisiatornya: Kompas Gramedia, Komunitas Salam Rancage, dan warga sekitar. “Memakai nama Bank Sampah karena kami memang mengangkat konsep menabung dengan sampah,” ucap Teguh Azmi Pamungkas, CSR Spesialis Kompas Gramedia. Program Bank Sampah sendiri tercetus dari kecemasan akan buruknya pengelolaan sampah di lingkungan kota besar, terutama di wilayah Jakarta.
Untuk pemantapan program Bank Sampah, Kompas Gramedia sempat mengajak Komunitas Salam Rancage dan warga yang telah tergabung dalam Program Kampung Koran untuk berkunjung ke Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Cengkareng pada 6 Februari 2016 lalu. Dari sana, Azmi mengungkapkan banyak mendapatkan wawasan baru termasuk semangat, kebajikan, dan kepentingan sosial. “Selain itu kami juga mendapatkan pelajaran tentang kebijaksanaan untuk memperlakukan lingkungan secara tepat dengan pengelolaan sampah yang benar sekaligus asyik serta menyehatkan badan,” tukasnya.
Usai melakukan studi banding tentang pengelolaan sampah di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Cengkareng pada 6 Februari 2016 lalu, Kompas Gramedia, Komunitas Salam Rancage, dan warga sekitar sepakat untuk membentuk Program Bank Sampah dengan konsep tabungan.
Program yang baru berusia dua bulan ini disambut antusias oleh para warga yang akrab disapa dengan panggilan nasabah. Dalam setiap kesempatan menabung, nasabah Bank Sampah selalu bertambah.
Tak lama usai kunjungan tersebut, tepatnya pada 26 Februari 2016 mereka meresmikan Bank Sampah dan melakukan kegiatan perdana di tiga titik Bank Sampah yang ada: RW 02 Gelora, RW 06 Grogol Utara, dan RW 14 Grogol Utara. Kegiatan tersebut kemudian menjadi kegiatan rutin yang diadakan tiap hari Rabu di pekan pertama dan ketiga per bulannya.
Konsep yang sedikit berbeda diterapkan pula dalam program Bank Sampah. “Apabila di Tzu Chi seluruh sampah yang disumbangkan adalah berupa donasi maka di program kami, sampah yang disumbangkan akan dikonversi ke nilai rupiah sesuai dengan beratnya dan dicatat dalam buku tabungan,” jelas Azmi. “Maka masyarakat kami ajak menabung sekaligus peduli lingkungan,” tambahnya.
Menjadikan Sampah Sebagai Berkah
Diadakannya kegiatan Bank Sampah di tiga titik terdekat dari kompleks Kompas Gramedia disambut antusias oleh warga yang sebelumnya telah tergabung dalam program Kampung Koran. Program yang baru dua bulan berjalan ini bahkan sudah dikenal di berbagai kalangan di lingkungan mereka.
“Segmentasi kami yang awalnya hanya ibu rumah tangga ternyata meluas dengan sendirinya,” kata Azmi. Pasalnya, kini bukan hanya ibu rumah tangga saja yang datang dengan membawa berkantong-kantong sampah pilahan, namun juga anak-anak sekolah dan karyawan Kompas Gramedia.
Widyaningsih, Ketua RW 06 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama menilai bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang menarik dan cocok untuk diterapkan di lingkungannya. “Selain untuk mengisi waktu, kami juga ingin mengedukasi warga tentang nilai ekonomis dari sampah dan menganggap sampah itu sebagai berkah,” tuturnya.
Konsep sederhana ini kini bukan hanya menarik minat warga sekitar yang kebanyakan merupakan ibu rumah tangga saja, namun telah merambah hingga kalangan anak-anak sekolah dan karyawan Kompas Gramedia.
Dengan tanggapan warga yang cukup antusias, program ini diharapkan dapat menambah wawasan serta kepedulian warga akan pelestarian lingkungan.
“Kalau nggak kita mulai dari sekarang untuk menjadi orang tua yang paham dan mengerti pelestarian lingkungan, anak-anak kita juga nggak bakal ikutin. Maka sebagai orang tua kita harus belajar, membuka wawasan, dan lebih bijaksana memerlakukan lingkungan supaya menjadi contoh baik, supaya Jakarta juga bisa bebas dari sampah terlebih banjir melalui Bank Sampah ini,” tambah Enik Iswati, Ketua RT 10/RW 06.
Di akhir perbincangan, Azmi menegaskan bahwa melalui Bank Sampah mereka ingin mewujudkan satu kawasan yang peduli lingkungan sekaligus inspiratif, yang ke depannya bisa dijadikan contoh untuk pengelolaan kampung di Jakarta. “Semoga nanti juga terwujud keselarasan ekonomi, bahwa sampah juga ada nilainya, kemudian keselarasan sosial bahwa dengan kegiatan ini warga bisa saling bersosilisasi satu sama lain, kompak, dan rukun. Dan yang terakhir, keselarasan lingkungan. Karena jangka panjangnya pasti akan memberikan dampak positif untuk lingkungan,” tutup Azmi.