Merekam Jejak Cinta Kasih
Jurnalis : Erich Kusuma, Fotografer : Erich KusumaDengan sedikit humor dan penjelasan yang ringan serta mudah dimengerti, Agus Hartono menjelaskan sejarah Tzu Chi kepada para peserta kegiatan bedah buku. |
| ||
Kali ini aku mendapat tugas mendokumentasikan sebuah kegiatan bedah buku yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi di He Qi Barat. Akan tetapi pada kegiatan bedah buku kali ini ada sedikit perbedaan. Pada bedah buku kali ini relawan membahas dan mengupas tentang peran relawan dokumentasi yang istilahnya dalam Tzu Chi disebut 3 in 1. Kebetulan sekali pikirku, aku yang baru bergabung sebagai relawan 3 in 1 Tzu Chi dan masih belum begitu mengerti tentang peran 3 in 1, bahkan pada saat acara dimulaipun aku masih bingung tentang artikel yang akan aku tulis nanti. Acara pun dibuka oleh Ika dengan Doa Bebas Bencana Bagi Sesama. Lantunan lagu merdu masuk ke dalam telingaku dengan lembut, kata-kata indah bagi sesama yang mudah diingat membuat hatiku yang saat itu masih bingung mengenai sudut pandang tulisanku nanti menjadi hangat dan tenang. Makna 3 in 1 Dalam mendokumentasikan sebuah kegiatan harus selalu ada foto, video, dan artikel, karena masing-masing akan saling menunjang. Dalam sesi ini, Agus Hartono menunjukkan bagaimana sejarah Tzu Chi bisa tercatat berkat adanya relawan dokumentasi 3 in 1. Para relawan olehnya juga diajak untuk membayangkan apabila tidak ada dokumentasi pada saat itu, apakah mampu kita menyebarkan berita baik tentang Tzu Chi kepada masyarakat tanpa adanya foto dan video? Selain menjelaskan tentang 3 in 1, Agus juga menjelaskan tentang kelas budi pekerti dan website Tzu Chi. Agus menjelaskan bahwa sekarang ini banyak acara di televisi yang kurang mendidik sehingga bisa membawa dampak buruk terhadap anak-anak. Oleh karena itu, Tzu Chi mendirikan DAAI TV dan mengadakan kelas Budi Pekerti, dengan tujuan mengajarkan anak-anak dan masyarakat untuk lebih menghargai sesama terutama terhadap orang tua mereka.
Ket : - Ika, anggota Tzu Ching dari Pati yang saat ini tinggal di Jakarta untuk mengikuti kegiatan Tzu Ching Camp turut meluangkan waktu dan berpartisipasi sebagai pembawa acara di kegiatan bedah buku ini. (kiri)
Meski setiap hari menonton DAAI TV, akan tetapi penjelasan fungsi dan makna tentang Tzu Chi yang dilontarkan oleh Agus membuat dirinya sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh, terutama mengenai kelas Budi Pekerti. Pasalnya, menurut Yuli perkembangan anak-anak zaman sekarang sudah tidak sama seperti zaman dia kecil dahulu. Hal ini dikarenakan banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan acara yang kurang edukatif. Menanggapi hal ini, Agus menyarankan Yuli untuk mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Selain itu, Yuli juga bertekad ke depannya untuk ikut terjun bersama relawan-relawan Tzu Chi yang lain. Turut bersumbangsih dan menebar cinta kasih. “Meski saya perempuan tapi saya memiliki kemauan yang kuat, apalagi setelah tadi Agus menceritakan tentang rombongan Master Cheng Yen yang mendorong bus mereka yang terperosok ke dalam sungai, jadi meski mereka perempuan tapi mereka mampu melakukannya, saya juga semakin percaya diri,” tutur Yuli.
Ket : - Rasa ingin tahu tampak di wajah setiap peserta bedah buku kali ini, terutama ketika dijelaskan dampak buruk acara televisi saat ini yang dapat merusak moral anak terhadap orang tua. (kiri) Dari cerita Yuli, aku akhirnya mengerti pentingnya relawan 3 in 1 dalam merekam jejak cinta kasih. Betapa tidak, selain aku bisa mengabadikan sebuah momen cinta kasih, ternyata momen itu juga bisa menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain. Mengingat hal ini diriku menjadi semakin bersemangat untuk mengerjakan tugasku. Setelah mengambil beberapa foto dan mewawancarai Yuli, tiba saatnya bagiku untuk pulang ke rumah, akan tetapi hingga saat itu masih belum terbayang juga apa yang harus aku tulis nanti. Sambil mengendarai motor, dan ditemani rintik-rintik air hujan yang tak kunjung reda, aku terus berpikir tentang sudut pandang penulisan dan gaya tulisanku nanti. Dalam menulis artikel, selain harus jelas, pasti dan halal, artikel juga harus mengandung unsur seni, agar para pembaca bisa tertarik, mengerti, dan paham tentang cerita yang aku tulis nanti. Hujan terasa semakin deras saja dan bersamaan dengan itu lewat sebuah mobil di sampingku dengan kecepatan tinggi dan menyiramkan sebagian genangan air ke badanku. Kaget. Tetapi setelah itu terbersit sebuah ide yang menarik. Sambil menyusun sebuah artikel dibenak, aku terus mengendarai sepeda motor mungilku. Tanpa terasa hujan semakin deras, dan perjalananku tak kunjung sampai, dan begitu aku terbangun dari imajinasiku, aku menyadari kalau aku tersesat. Oh tidak. Aku salah arah. Serta merta aku putar arah laju sepeda motorku. Akhirnya aku pun bisa sampai pada tempat semestinya, meski harus sedikit basah kuyup di guyur hujan, tetapi pengalaman yang kudapat malam itu begitu berharga, dan yang terpenting adalah aku bisa membantu mendokumentasikan hal penting yang mungkin takkan terulang kembali, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Gan En.. | |||