Merenda Kebersamaan Dalam Keluarga
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
|
| ||
Kali ini, relawan Tzu Chi mensosialisasikan semangat celengan bambu Tzu Chi dalam program Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) kepada para Gan En Hu. Sesuai dengan tema yang diangkat Tzu Chi “Bersyukur dan Senantiasa menciptakan Berkah” bahwa mereka bisa merasa bersyukur dan menciptakan berkah dengan cara berbagi kepada orang lain yang juga membutuhkan. Wie Sioeng Shixiong sebagai koordinator acara mengatakan bahwa selain sosialisasi celengan bambu pada kesempatan ini, sebelumnya relawan Tzu Chi telah melakukan pendampingan kepada para Gan En Hu yang telah dibantu melalui pengobatan, perawatan rumah sakit, dan biaya hidup. “Saya berharap ke depan mereka lebih bisa mandiri, mereka bisa bersumbangsih untuk orang lain dan lingkungan sesuai dengan ajaran Master Cheng Yen bahwa kita melakukan sumbangsih dengan sukacita,” harap Wie Sioeng. Saya Susah, tapi Ada yang Lebih Susah
Keterangan :
Dalam menyisihkan uang di celengan bambu, tidak hanya dirinya saja. Anaknya yang terakhir, Michael yang masih duduk di sekolah TK juga turut menyisihkan uang sakunya. Sunaeni menceritakan bahwa anaknya yang paling kecil ini sempat menanyakan akan dipakai untuk apa hasil celengan tersebut. Sunaeni pun menjawab dengan singkat bahwa hasil celengan ini akan diberikan ke Tzu Chi untuk membantu orang lain. Usia Michael yang tergolong masih anak kecil dan belum matang dalam berpikir kurang setuju dengan jawaban Ibunya. Michael pun tetap mempertanyakan alasan uang celengan tersebut diberikan kepada orang lain karena ia melihat ibunya juga tidak memiliki banyak uang. Namun, dengan hati penuh kasih sayang, Sunaeni memberikan pemahaman kepada Michael. “Saya bilang ke anak saya bahwa kita sudah cukup, sudah bisa makan sudah bersyukur. Jadi hasil celengan ini akan diberikan untuk orang lain yang membutuhkan,” kata Sunaeni bercerita. Seiring berjalannya waktu, Michael bisa memahami apa arti berbagi untuk orang lain. Bahkan, ia pun terkadang mengingatkan Sunaeni untuk mengisi celengan bambunya. Energi positif dari anaknya inilah yang menyalakan semangat celengan bambu pada diri Sunaeni. Ia mengenal Tzu Chi sejak suami menderita penyakit kanker getah bening, yang saat itu Tzu Chi membantu biaya pengobatan suaminya. Sejak suaminya meninggal pada November 2011 lalu, ia tidak memiliki apa-apa kecuali ketiga buah hatinya dan motor peninggalan suaminya. Di balik kesedihan Sunaeni, relawan Tzu Chi terus memberikan perhatian. Ia tetap mendapatkan bantuan biaya hidup dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia setiap bulannya. Sunaeni merasa anak-anaknya harus mendapatkan pendidikan. Melihat kebutuhan hidup semakin bertambah, ia mencari pekerjaan. Sehari-harinya, ia menyulam monte (pernak-pernik untuk aksesoris) pada sebuah industri garmen yang dikerjakan di rumah sembari menjaga anak-anaknya. Walaupun demikian, terkadang ia membantu Tzu Chi jika ada kegiatan dengan menjadi relawan. “Saya senang bisa menjadi relawan Tzu Chi walaupun jarang ikut kegiatan. Saya juga senang bisa sisihkan uang untuk membantu orang lain yang susah. Saya susah, tapi ada yang lebih susah dari saya,” ujar Sunaeni. Ia menjalani hari-harinya dengan sukacita bersama ketiga anaknya apalagi akan menyambut hari kemenangan ini. “Menyambut lebaran memang banyak kebutuhan, tapi ya saya atur saja sesuai dengan kemampuan,” ungkapnya. Kesederhanaan dan rasa syukur inilah yang menjadi pegangan dalam hidup Sunaeni menjalani hari-harinya bersama keluarga. | |||
Artikel Terkait
Gathering Gan En Hu: Cerminan Rasa Syukur
14 Agustus 2015Pada Minggu, 2 Agustus 2015, insan Tzu Chi mengadakan gathering gan en hu (sebutan para penerima bantuan Tzu Chi) di Depo Pelestarian Lingkungan Kelapa Gading dan fokus pada topik tahun ajaran baru bagi para anak asuh