Meresapi Kebijaksanaan Master Cheng Yen melalui Buku Tantangan

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Jing Si Indonesia meluncurkan buku Tantangan pada Sabtu, 29 April 2017 di Ruang Xi She Ting, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Empat orang relawan Tzu Chi yakni Hok Lay, Lulu Jong, Agus Hartono, dan Lim Ji Shou memaparkan isi buku ini.

Ketika Master Cheng Yen dalam sebuah rapat dengan murid-muridnya, menyampaikan tekadnya untuk membangun rumah sakit, Ia mendapat tantangan keras dari hampir setiap orang. Salah satunya Profesor Chen Can-hui, orang yang pertama kali menyumbangkan satu pon emas kepada Tzu Chi. Hanya Lin Bi-yu yang dengan terbuka mendukung gagasan Master Cheng Yen.

Setelah rapat, Lin Bi-yu meyakinkan Master bahwa mendirikan rumah sakit tidaklah sulit. “Kita hanya perlu menyediakan ruangan beberapa meter persegi, merekrut beberapa dokter dan membeli peralatan medis dasar,” kata Lin Bi-yu saat itu.

Dengan detail, Master menjelaskan gagasannya. “Ini bukanlah klinik dengan dua atau tiga orang dokter. Berhubung ingin membangun rumah sakit, haruslah berskala besar seperti Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan atau RSU Veteran Taipei yang memiliki peralatan lengkap,” kata Master Cheng Yen.

Lin Bi-yu terkejut mendengar penjelasan Master, namun diam-diam mengagumi keberanian Master Cheng Yen yang melampaui kebanyakan orang. Sementara itu, ketidaksetujuan sebagian besar murid Master didasari oleh alasan bahwa Tzu Chi saat itu tak memiliki uang maupun tanah yang cocok untuk sebuah rumah sakit. Selain itu menjalankan rumah sakit butuh banyak keterampilan spesifik, pengetahuan dan pengalaman.

Lima tahun setelah rencana itu, relawan baru dapat menggalang dana sebesar 30 Juta dolar NT atau sekitar Rp 12 miliar. Dengan kata lain tidak sampai 5 persen dari dana yang dibutuhkan. Namun Master Cheng Yen tak sekalipun mundur. Keputusannya untuk membangun rumah sakit tidak didasarkan kemampuan, tapi lebih pada kebutuhan akan rumah sakit itu.

Itulah sekelumit kisah Master Cheng Yen ketika memulai membangun rumah sakit. Kisahnya ditulis oleh Gary Ho, Ketua Tzu Chi Kanada dalam buku berjudul Tantangan. Gary Ho, yang lebih dari 30 tahun di Tzu Chi mengobservasi keputusan-keputusan yang diambil Master Cheng Yen beserta pertimbangan yang diambilnya.

Peluncuran buku Tantangan dihadiri puluhan relawan dan masyarakat umum.

Buku Tantangan ini berisi enam bagian. Setiap kisahnya memaparkan tantangan yang dihadapi Master Cheng Yen, juga pengaruh dan renungan. Pembaca dapat belajar banyak bagaimana pertimbangan yang seharusnya diambil saat memutuskan sesuatu. Misalnya saja: "Dengan merelakan, baru kita dapat memperoleh; memberi keleluasaan bagi orang lain sama halnya dengan membuka jalan bagi diri sendiri.”

Kebijaksanaan Master Cheng Yen tentunya menjadi pedoman bagi seluruh relawan Tzu Chi. Karena itu Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei berharap setiap relawan harus membaca dan meresapi isi buku ini.

“Buku ini sangat bagus karena menulis banyak hal tentang tantangan dan kesulitan yang dihadapi Master Cheng Yen pada masa awal sampai Tzu Chi berdiri kurang lebih 50 tahun,” ujarnya.

Peluncuran buku Tantangan ini digelar pada Sabtu, 29 April 2017 oleh Jing Si Indonesia di Ruang Xi She Ting, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Empat orang relawan Tzu Chi yakni Hok Lay, Agus Hartono, Lulu Jong, dan Lim Ji Shou memaparkan apa yang mereka dapatkan dari buku tersebut. Peluncurannya dihadiri puluhan relawan dan masyarakat umum.

Kebijaksaan Master Cheng Yen memang terlihat dari setiap keputusan yang diambilnya. Lim Ji Shou menggarisbawahi dari mana Master Cheng Yen mendapatkan kebijaksanaannya itu.

“Di dalam buku ini, ada satu pertanyaan, dari manakah datangnya sumber kebijaksanaan Master, semua ingin tahu kan? Penjelasannya sangat sederhana, Master bilang, kebijaksanaan dibangkitkan dari interaksi kita dengan manusia dan peristiwa. Jika kita bersungguh hati memperhatikan setiap hal dalam hidup, kebijaksanaan akan secara alami akan berkembang,” kata relawan  asal Malaysia ini. 

Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei berharap para relawan dapat meresapi isi buku ini.


Peluncuran buku ditutup dengan penampilan lagu isyarat tangan.

Sementara itu, Brigitta Liga Setiawan, relawan Tzu Chi Bandung jauh-jauh datang untuk mengikuti peluncuran buku ini. Setelah mendengar pemaparan para relawan, Ia makin tak sabar untuk segera membacanya.

“Itu yang membuat saya ingin cepat baca juga karena ternyata buku ini banyak menginspirasi saya dalam melakukan kegiatan-kegiatan. Buat saya sendiri yang sekarang ini menjadi relawan juga, menjadi staf juga, bagaimana merealisasikan kegiatan itu menemui banyak tantangan,” kata Brigitta.

Pemaparan para relawan juga membuat Maria Dini (30), salah satu pengunjung dari masyarakat umum yang datang makin mengenal lagi Master Cheng Yen.

“Pemaparannya menarik. Salah satu pembicara bilang jadi dengan semua yang dialami Master Cheng Yen yang biarpun banyak yang bilang tidak mungkin, sudah jalan dua tahun pun dananya belum terkumpul. Tapi Master Cheng Yen tetap yakin dengan impian-impiannya. Itu sih saya buat saya berkesan sekali. Bahwa kita tetap harus yakin kalau impian-impian kita bakal bisa tercapai, apalagi kalau Master Cheng Yen buat kepentingan orang banyak,” kata Maria.

Andy Cheng Hsiang dari Jing Si Indonesia berharap makin banyak orang dapat membaca buku yang memiliki banyak pelajaran bagaimana mengambil keputusan.

”Semoga kita sebagai relawan ataupun masyarakat umum bisa belajar bagaimana Master yang dulunya bisa dibilang tidak memiliki apa-apa tapi bisa memberikan kontribusi yang sangat banyak bagi dunia. Jadi ini satu hal yang layak kita pelajari dari beliau,” kata Andy.

 

Editor : Yuliati


Artikel Terkait

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -