Meretas Jalan Kesembuhan

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
 

fotoSalom Swabra yang dipangku sang ayah, Mesak Swabra, sedang memperlihatkan foto dirinya semasa kecil yang lucu dan cantik.

Bulan November 2009, Boky Rumbarar, seorang penyiar di RRI yang juga bibi dari Salom Swabra bersama dengan Susanto Pirono, relawan Tzu Chi di Biak menyambut para relawan Tzu Chi dari Jakarta yang datang ke Biak, Papua. Saat itu, Boky Rumbarar yang kebetulan bertugas meliput kedatangan relawan Tzu Chi belum mengetahui secara pasti maksud dari acara yang diliputnya.

 

Kepedulian Seorang Bibi
Ia pun lantas bertanya ke Novi, sekretaris dari Susanto Priyono. Oleh Novi, dijawab, bahwa kunjungan relawan hari itu adalah untuk melakukan survei pasien penanganan khusus. Mendengar jawaban Novi, Boky segera teringat keponakannya, Salom Swabra yang sudah lebih dari 2 tahun menderita penyakit di mata kanannya. Ia pun bertanya kepada Novi, “Adakah kemungkinan bagi Salom untuk disurvei hari itu?”

Berita menggembirakan pun datang, setelah mendengarkan informasi yang disampaikan oleh Boky, relawan Tzu Chi bersedia untuk melakukan survei di hari itu juga. Maka Boky pun lantas mengabarkan berita gembira ini ke Mesak Swabra, ayah dari Salom agar mereka tidak meninggalkan rumah sebelum tim survei datang.

Dua Tahun Menunggu
Tidak terasa, di tahun 2009 ini, Salom sudah berusia 5 tahun. Jika dihitung, sudah hampir 3 tahun lamanya ia bergelut dengan penyakit di mata kanannya. Bermula dari munculnya bintik putih berbentuk bulan sabit di kelopak mata saat ia berusia 2 tahun. Bola mata Salom pun semakin membesar dan permukaannya tertutupi oleh selaput berwarna putih. Melihat apa yang terjadi pada Salom di tahun 2007, bukan berarti membuat Mesak Swabra dan Erna Sada, ayah dan ibu Salom diam saja. Mereka pernah mengupayakan pengobatan Salom ke Jayapura. Di sana, mereka berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis mata. Saat itu, oleh dokter yang memeriksa, Salom dirujuk ke RSCM di Jakarta.

Mesak Swabra yang mengetahui hal ini tak dapat berbuat banyak karena sulit bagi mereka untuk dapat berobat ke Jakarta. Keterbatasan biaya menjadi sebab paling utama ketidakpergian mereka. “Kita waktu itu susah mau ke RSCM, tiket kalau naik kapal saja selama 1 minggu baru sampai di sini. Kalau tiket pesawat bisa sampai 2,8 juta waktu itu,” katanya. Maka mereka pun kemudian pasrah saja dengan kondisi yang mereka alami.

foto  foto

Ket : - Foto kecil Salom Swabra yang cantik dan memiliki mata yang bagus. Tak ada yang menyangka jika di              kemudian hari Salom harus menderita penyakit yang diduga retino blastoma. (kiri)
         - Dari foto ini, di tahun 2008, di dalam pupil mata Salom Swabra mulai terlihat titik putih berbentuk sabit.             (kanan)

Jodoh itu Datang
Setelah 2 tahun lamanya menunggu, di bulan November 2009 lalu, tibalah rombongan relawan Tzu Chi ke Biak. Berkat informasi yang disampaikan Boky Rumbarar, relawan pun lantas melakukan survey ke rumah Mesak Swabra. Saat Boky Rumbarar meneleponnya, Mesak masih tidur terlelap di rumah karena hari masih sangat pagi ketika relawan Tzu Chi tiba di bandara.

“Ini tim apa?” tanya Mesak awalnya. Boky pun lantas menjelaskan kepada Mesak dan berpesan agar mereka tidak pergi keluar rumah sampai tim survei datang. “Jangan kemana-mana, tunggu di rumah karena namanya sudah dimasukkan,” kata Boky kepada Mesak.  

Sebelum relawan survei tiba, di hari itu juga, datang relawan Tzu Chi setempat yang memberitahukan Mesak agar tidak pergi ke luar rumah.  Saat survei, Mesak berpikir nanti yang akan datang survei 1-2 orang, namun prediksinya salah, karena yang datang banyak sekali. Saat itu, mereka pun ditanya dan diwawancarai oleh relawan yang datang. Di survei itu, Mesak lalu memperlihatkan semua surat-surat dan hasil pemeriksaan kesehatan yang sudah Salom jalani dari tahun 2007.

Dalam survei itu, beberapa berkas lantas dibawa oleh tim survei seraya meminta Mesak agar mengurus surat-surat administrasi dan rujukan yang baru untuk dibawa ke RSCM. Semua surat-surat yang sudah Mesak urus kemudian diberikan kepada Susanto Priyono.

Pada saat itu, oleh Novi juga dikatakan bahwa keputusan Salom mendapatkan bantuan pengobatan tidak berasal dari 1 atau 2 orang saja. Oleh karena itu Novi pun lantas menganjurkan agar Mesak dan keluarga berdoa agar Salom lolos dan mendapatkan bantuan pengobatan. Dan melalui Novi juga, surat-surat itu kemudian dikirimkan melalui faksimili ke Jakarta, serta apabila permohonan bantuan itu disetujui maka, kata Novi pihak Tzu Chi akan mengabari segera.

Tepat tanggal 25 Januari 2010, Mesak dihubungi Novi dan diberitahukan bahwa permohonan bantuan pengobatan untuk Salom disetujui. Mereka pun ketika itu diminta untuk bersiap-siap berangkat ke Jakarta tanggal 30 Januari. Mesak yang mendengar kabar gembira itu terkejut karena tak menyangka akan secepat itu permohonan bantuan Salom diterima. Mereka pun kemudian berangkat menuju Jakarta setelah terlebih dahulu transit di Makassar.

foto  foto

Ket : - Kini, harapan kesembuhan itu makin jelas. Tekad kuat ayah dan ibu Salom yang tiada henti berdoa              kepada Tuhan akan kesembuhan penyakit putri mereka pun sudah menemukan jalan. (kiri)
         - Erna Sada (berbaju biru) adalah ibu dari Salom yang bersama ayah Salom berdoa dan berharap             agar putri pertama mereka ini segera sembuh dan pulih kembali. (kanan)  

Pengobatan di Jakarta
Setibanya di Jakarta, mereka segera menuju ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Di sana, mereka akan tinggal hingga pengobatan Salom selesai. Dua hari di Jakarta, tepat di tanggal 1 Februari, pengobatan Salom pun dimulai. Di hari itu, mereka berangkat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mengetahui lebih pasti penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh Salom. Dari hasil pemeriksaan sementara, Salom terindikasi terkena retino blastoma (tumor mata), namun untuk memastikan keakuratan diagnosanya maka Salom pun kemudian berulang kali menjalani berbagai macam pemeriksaan.

Selama menjalani pemeriksaan, beberapa penyakit ringan yang diderita Salom, seperti pilek, batuk, dan penyakit kuping juga disembuhkan. Semua itu dilakukan agar hasil pemeriksaan yang dilakukan lebih akurat. Semua prosedur dan pemeriksaan kesehatan diikuti betul oleh Mesak. Jika dihitung, sudah hampir satu bulan ini mereka tinggal di Jakarta. Selama menjalani pemeriksaan ini, Salom juga sudah sempat mendapatkan transfusi darah. ”Kebetulan di RSCM pada waktu itu darah AB (golongan darah Salom) tidak ada, maka kita oleh Ibu Lulu dan Ibu Sofie disarankan untuk memintanya di PMI,” jelas Mesak. Transfusi yang dijalani Salom bertujuan agar pada saat operasi, kondisi darahnya dalam kondisi normal.

Meninggalkan Pekerjaan
Demi anak tercinta, Mesak dan Erna pun meninggalkan rumah mereka untuk sementara. Tidak itu saja, si kecil adik Salom pun terpaksa mereka titipkan ke saudara. Bagi Mesak, kesembuhan Salom adalah yang paling utama. Tidak peduli walau ia harus meninggalkan pekerjaannya di apotek. Beruntung, pemilik apotek memberikannya izin untuk cuti panjang mendahulukan pengobatan anaknya. Hal itu dilakukannya karena Mesak menyadari betapa sulit dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan jika pengobatan diusahakan sendiri.

Setelah hampir satu bulan tinggal di Jakarta, Mesak tetap terus menjaga kondisi putri tercintanya. Ia juga selalu berdoa semoga penyakit yang diderita Salom segera diketahui dan pengobatan pun segera terlaksana. Doa dan harapan itu pun terkabul. Usai menjalani berbagai prosedur pemeriksaan kesehatan, Salom yang menderita penyakit retina blastoma di mata kanannya ini pun menjalani operasi. Walau 3 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Mesak dan Erna dalam memperjuangkan pengobatan Salom, namun kesembuhan kini telah Salom dapatkan. Hari-hari indah penuh canda dan harapan pun menyeruak di masa yang akan datang.

  
 
 

Artikel Terkait

Peduli Lingkungan di SDN Belawan Medan

Peduli Lingkungan di SDN Belawan Medan

29 Januari 2010
Ratusan murid menyambut kedatangan relawan dengan senyuman manis. Senyuman dan ekspresi yang dipancarkan di wajah para murid, yang menunjukkan adanya kerinduan dan harapan terhadap relawan Tzu Chi.
Suara Kasih : Bertobat Saat Bencana

Suara Kasih : Bertobat Saat Bencana

07 Maret 2011 Kita harus menyadari bahwa segala niat yang timbul dari hati kita akan menjadi bencana atau berkah serta berdampak pada setiap orang di dunia. Jadi, kita harus lebih banyak menciptakan berkah. Kini kita berada dalam Era Kemunduran Dharma di mana prinsip kebenaran dalam diri manusia semakin terkikis.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -