Meringankan Penderitaan Sesama
Jurnalis : Rusli Chen (Relawan Tzu Chi Medan), Fotografer : Lily Hermanto (Relawan Tzu Chi Medan)
|
| ||
Pada kesempatan ini, ibu-ibu dari Bhayangkari Polres Tebing Tinggi yang menjadi tuan rumah, di mana pada tanggal 8 September 2012 yang lalu, ibu-ibu Bhayangkari dari Polresta Medan menjadi tuan rumah pada saat bakti sosial yang sama dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Beberapa hari sebelum diadakan bakti sosial kesehatan ini, para relawan terlebih dahulu melakukan survei dan pembagian kupon di beberapa tempat, yakni pada tanggal 26 September 2012 di Serdang Berdagai, 27 September 2012 di Asahan, 28 September 2012 di Tanjung Balai dan Pematang Siantar, serta pada tanggal 29 September 2012 di Tebing Tinggi dan Simalungun. Setelah pembagian kupon selesai maka semua pasien dari daerah-daerah yang berbeda itu akan menjalani screening di RS Bhayangkara Tebing Tinggi pada tanggal 30 September 2012 sebelum dinyatakan layak mengikuti bakti sosial. Selama melakukan survei dan pembagian kupon serta screening, ibu-ibu Bhayangkari dan relawan terus bersemangat karena semuanya memiliki misi yang sama yakni agar dapat meringankan penderitaan sesama. Pada hari di mana bakti sosial dilaksanakan, para pasien sudah mulai berdatangan pada pukul 6 pagi. Memberi perhatian layaknya kepada anggota keluarga sendiri, itulah yang dilakukan oleh para relawan dan ibu-ibu Bhayangkari kepada semua pasien-pasien tersebut. Sembari menunggu giliran, sebagian relawan memperkenalkan Tzu Chi kepada mereka. Bercerita mengenai cikal bakal berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi dengan masa celengan bambunya. Tak lupa relawan juga membagikan Buletin Tzu Chi kepada anggota keluarga yang turut datang menemani pasien. “Hari ini, bapak-ibu akan mendapatkan layanan operasi katarak gratis karena kumpulan cinta kasih dari banyak orang. Cinta kasih yang tidak dapat diukur dengan materi. Master Cheng Yen mengatakan mampu bersumbangsih adalah sebuah keberkahan,” itulah sebagian penjelasan dari salah satu relawan.
Keterangan :
Melihat di sebagian sudut-sudut area rumah sakit bertebaran begitu banyak sampah-sampah, relawan tidak tinggal diam. Semuanya dengan sigap melakukan pembersihan dan memilah-milah sampah yang masih dapat didaur ulang. Berusaha berbagi pemikiran tentang pentingnya pelestarian lingkungan, itulah yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi di setiap kesempatan. Aisyah (58), salah satu pasien katarak yang berasal dari Tanjung Balai bercerita banyak kepada relawan Tzu Chi bagaimana kesehariannya dengan kondisi penglihatan yang terbatas. Aisyah berkenan bercerita banyak kepada relawan karena pendampingan relawan selama dirinya menunggu giliran masuk ke ruang operasi yang sangat baik layaknya mendampingi ibunya sendiri. Lima dari 8 anak-anaknya sudah meninggal karena tidak biaya untuk pengobatan dan sudah 2 tahun belakangan ini, Aisyah tidak lagi dapat melihat dunia yang indah ini. Mata pencahariannya sehari-hari adalah membuat sapu lidi. “Nek, gimana caranya membuat sapu lidinya, kan nenek tidak dapat melihat?” tanya seorang relawan. “Nenek memakai mata yang di hati,” jawab Aisyah dengan tegar sambil tersenyum. Mendengar kisah hidup seorang Aisyah telah membuat hati para relawan tersentuh karena dalam kondisi seperti itu harus terus berjuang agar dapat menjalani hari-harinya dengan baik. Semoga setelah menjalani operasi, harapannya untuk dapat melihat kembali dapat terwujud.
Keterangan :
Satu per satu pasien telah selesai menjalani operasi. Mereka kemudian diarahkan untuk menuju ke ruang pemulihan agar dapat beristirahat dan keesokkan harinya semua perban yang menutup mata pasien akan dibuka. Hari dimana saat-saatnya untuk membuka perban telah tiba, semua pasien sangat berantusias akan hasil operasinya. Sembari menunggu kedatangan tim medis, sekelompok relawan mengajak pasien-pasien dan keluarga pendamping untuk bersama-sama memeragakan isyarat tangan dari lagu Satu Keluarga dan Wariskan Sebuah Dunia yang Indah. Setelah tim medis tiba, mereka langsung menjalankan tugasnya untuk membuka perban dari 104 orang pasien. Ungkapan kebahagiaan muncul dari wajah Aisyah dan pasien-pasien lainnya setelah mereka dapat melihat kembali. Ungkapan rasa syukur dan terima kasih tidak henti-hentinya disampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam bakti sosial ini. Inilah wujud dari sebuah tindakan nyata dalam bersumbangsih untuk meringankan penderitaan sesama. | |||
Artikel Terkait
Mohon Maaf Lahir dan Batin
16 September 2010 Dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri 1431 Hijriah, pada tanggal 5 September 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan acara pembagian paket Lebaran kepada para Gan En Hu (pasien penerima bantuan Tzu Chi)Paket Cinta Kasih untuk 500 Warga di Kecamatan Rumbai
24 Juni 2020Pola Hidup Sehat dengan Bervegetaris
13 Desember 2017Hampir dua ribu pengunjung memadati lokasi yang menyajikan makanan tanpa daging atau hewani dalam kegiatan Veggie Day yang bertajuk “Vegetarian itu sehat, Enak, Mudah, Bermanfaat dan Penuh Cinta Kasih.”