Mewariskan Ajaran Jing Si kepada Generasi Mendatang

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Henry Tando, Stephen Ang (He Qi Utara), Witono
 

foto
Agus Rijanto, Pemimpin Umum Buletin dan Majalah Tzu Chi, memberi motivasi kepada para peserta bahwa ini merupakan sebuah langkah awal untuk memulai suatu kegiatan yang maha besar, bukan hanya untuk Tzu Chi tetapi juga untuk dunia.

Proyek raksasa pengumpulan arsip sejarah kali ini, bukan untuk tujuan publikasi atau pameran, melainkan untuk memperkokoh semangat dalam ajaran Jingsi dan mazhab Tzu Chi, serta mendirikan aturan pembinaan diri dan standar pendidikan sebagai landasan bagi murid Jing Si dan mazhab Tzu Chi (Master Cheng Yen)

 

Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen sering menyampaikan bahwa sejarah yang tidak tercatat (dokumentasikan), maka akan berlalu begitu saja. Mengingat pentingnya hal tersebut maka Master Cheng Yen menekankan pentingnya mencatat dan merekam jejak langkah insan Tzu Chi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dan tugas sebagai pencatat sejarah ini bukan hanya ‘dipikul’ oleh Relawan 3 in 1 saja, tetapi juga oleh seluruh insan Tzu Chi. Kisah-kisah dan jejak langkah insan Tzu Chi inilah yang bakal menjadi catatan sejarah insan Tzu Chi.

Perjalanan 50 Tahun Tzu Chi
Tzu Chi yang dibentuk pada bulan Mei 1966 memiliki jejak sejarah yang cukup panjang. Beruntung, Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi kala itu sudah menekankan pentingnya para relawan untuk mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi. Bahkan, Master Cheng Yen pun turut mendokumentasikan jejak langkah insan Tzu Chi di masa-masa awal.

foto  foto

Keterangan :

  • Agus Rijanto memberikan kumpulan tekad dari para peserta pelatihan kepada Jing Yun Laoshi, dari Pusat Studi Kumpulan Arsip Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi, Tzu Chi Taiwan (kiri).
  • “Semua data sejarah yang telah dikumpulkan harus disusun, diklasifikasi, dan diarsip. Setelah disusun, maka nilainya baru bertambah,” kata Yan Wan-ting dari Pusat Pengumpulan Data Sejarah, Divisi Kompilasi, Tzu Chi Taiwan (kanan).

Menjelang peringatan ke-50 tahun berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi maka Tzu Chi Taiwan (Pusat Studi Kumpulan Arsip Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi) mengadakan Lokakarya Pelatihan Pendidikan Sejarah Tzu Chi Indonesia selama 2 hari, dari tanggal 12-13 Oktober 2013 di Xi She Hall, Aula Jing Si Lt. 1. Kegiatan ini diikuti oleh 57 peserta, yang terdiri dari staf dari badan misi Tzu Chi (Amal, Kesehatan, Pendidikan, Budaya Humanis, dan Pelestarian Lingkungan), para relawan dari Jakarta dan luar kota (Bandung, Biak, Makassar, Medan, Lampung, Palembang, Pekanbaru, Surabaya, dan Tangerang). Pelatihan sebelumnya sudah dilakukan di negeri Singa: Singapura.

Indonesia menjadi pilihan kedua karena dianggap sudah memiliki kesiapan untuk melakukan pendataan dan pengecekan kesahihan data karena sudah menerbitkan Buku 19 Tahun Tzu Chi Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2012 lalu. “Master Cheng Yen menekankan bahwa usaha besar untuk menyusun arsip sejarah yang bisa bertahan ribuan tahun ini merupakan sebuah proyek yang sangat besar, misi ini tidak mungkin dituntaskan oleh perseorangan, tapi mesti melibatkan semua orang, dengan mengumpulkan kebijaksanaan kolektif dan menyerap semua ide yang ada, baru bisa menuntaskannya!” kata Hong Suzhen, salah seorang pembicara dari Taiwan atau yang akrab disapa Jing Yun Laoshi.

Dalam kesempatan itu Jing Yun Laoshi juga menyampaikan pesan dari Master Cheng Yen, bahwa usaha besar untuk menyusun arsip sejarah yang bisa bertahan ribuan tahun ini merupakan sebuah proyek yang sangat besar. Misi ini tidak mungkin dituntaskan secara perseorangan, tetapi mesti melibatkan semua orang, dengan mengumpulkan kebijaksanaan kolektif dan menyerap semua ide yang ada baru bisa menuntaskannya. “Tzu Chi sudah berjalan selama 47 tahun, karena kita semua adalah insan Tzu Chi, semua harus memahami sejarah, adat, dan budaya Tzu Chi,” kata Huang Li-jun, pembicara lainnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam pelatihan ini para peserta juga dapat langsung mempraktikkan apa yang telah disampaikan oleh para pembicara (kiri).
  • Seusai acara, para pembicara dan peserta berfoto bersama sebagai bentuk kesatuan tekad untuk menuntaskan pengumpulan data sejarah Tzu Chi (kanan).

Ada enam langkah yang harus diperhatikan (standar) dalam melakukan penyusunan data sejarah: mendapatkan data sejarah, menyusun, mengarsipkan, membuat daftar, memastikan, dan membuat kesimpulan. “Semua data sejarah yang telah dikumpulkan harus disusun, diklasifikasi, dan diarsip. Setelah disusun, maka nilainya baru bertambah. Setelah diklasifikasi, baru bisa memahami secara keseluruhan. Setelah diarsip, baru bisa menulis sejarah tanpa kelalaian,” kata Yan Wan-ting dari Pusat Pengumpulan Data Sejarah, Divisi Kompilasi, Tzu Chi Taiwan.

Tekad untuk Menuntaskan
Meski tugas penyusunan sejarah Tzu Chi Indonesia ini cukup berat, namun melihat tekad yang muncul dari peserta justru meyakinkan bahwa tugas ini akan dapat selesai pada waktunya. Seperti diungkapkan oleh Indrawan Paimin, Koordinator Relawan 3 in 1 He Qi Timur yang bertekad untuk menyelesaikan pengumpulan dan penyusunan data sejarah di wilayah He Qi Timur dalam waktu 8 bulan. “Satu proyek yang besar dan luar biasa untuk diwariskan kepada generasi muda. Butuh kerjasama relawan semua. Terima kasih atas pelatihan ini, ini lanjutan dari training (relawan 3 in 1) di Taiwan. Saya akan bagi tim untuk dokumentasi dan pengerjaannya,” ujarnya.

Pesan penuh semangat juga disampaikan Lu Lian Chu, Ketua Tzu Chi Tangerang, “Terima kasih atas partisipasi kalian yang datang dari berbagai tempat di Indonesia, hadir untuk menulis sejarah  Tzu Chi. Kita harus lebih sepenuh hati. Berharap bisa terus mengingat detik ini. Pekerjaan ini tidak sulit, asal ada tekad kita bisa melakukannya.” Begitu pula dengan Hong Thay, Ketua Tzu Chi Pekanbaru, “Pelajaran hari ini di luar ekspetasi saya, sangat penting, semakin belajar semakin menarik. Saya pulang (Pekanbaru) saya sharingkan para relawan.” 

Agus Rijanto, Pemimpin Umum Buletin dan Majalah Tzu Chi, yang juga Relawan 3 in 1 senior Tzu Chi memberi motivasi kepada para peserta, bahwa ini merupakan sebuah langkah awal untuk memulai suatu kegiatan yang maha besar, bukan hanya untuk Tzu Chi tetapi juga untuk dunia. Momen ini juga sekaligus menjadi titik awal untuk meningkatkan kualitas dan validitas Buku 19 Tahun Tzu Chi Indonesia, dimana harapannya adalah buku ini bukan hanya menyajikan data-data, tetapi juga harus dapat memuat semangat Tzu Chi. “Dan semua ini dilakukan bersama-sama, satu orang saja tidak akan bisa,” tegasnya.

  
 

Artikel Terkait

Belajar dan Mengajar

Belajar dan Mengajar

26 September 2017

Pagi kuliah, dan sore mengajar. Inilah rutinitas Eddy Kurniawan, salah seorang penerima bantuan Tzu Chi salah seorang penerima beasiswa karier Tzu Chi. Eddy saat ini tengah menempuh Program Pascasarjana (S2) jurusan Fisika Medis di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Memperkenalkan Bulan Tujuh Penuh Berkah

Memperkenalkan Bulan Tujuh Penuh Berkah

15 Agustus 2016
Senin, 08 Agustus 2016. Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Pinang mengadakan makan siang vegetarian secara bersama di kantor Tzu Chi Tanjung Pinang selama satu minggu berturut-turut. Kegiatan ini merupakan bagian dari Bulan Tujuh Penuh Berkah
Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

08 Oktober 2018

Kamp ini diikuti oleh 264 anak-anak Qin Zi Ban dari 6 wilayah dari Jakarta dan Tangerang. Mereka mendapatkan pelajaran tentang kemandirian, cinta kasih, dan dasar pendidikan moral untuk menuju gerbang kehidupan kelak ketika dewasa.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -