Mewariskan Ajaran Jing Si kepada Generasi Mendatang
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Henry Tando, Stephen Ang (He Qi Utara), Witono
|
| ||
Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen sering menyampaikan bahwa sejarah yang tidak tercatat (dokumentasikan), maka akan berlalu begitu saja. Mengingat pentingnya hal tersebut maka Master Cheng Yen menekankan pentingnya mencatat dan merekam jejak langkah insan Tzu Chi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dan tugas sebagai pencatat sejarah ini bukan hanya ‘dipikul’ oleh Relawan 3 in 1 saja, tetapi juga oleh seluruh insan Tzu Chi. Kisah-kisah dan jejak langkah insan Tzu Chi inilah yang bakal menjadi catatan sejarah insan Tzu Chi. Perjalanan 50 Tahun Tzu Chi
Keterangan :
Menjelang peringatan ke-50 tahun berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi maka Tzu Chi Taiwan (Pusat Studi Kumpulan Arsip Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi) mengadakan Lokakarya Pelatihan Pendidikan Sejarah Tzu Chi Indonesia selama 2 hari, dari tanggal 12-13 Oktober 2013 di Xi She Hall, Aula Jing Si Lt. 1. Kegiatan ini diikuti oleh 57 peserta, yang terdiri dari staf dari badan misi Tzu Chi (Amal, Kesehatan, Pendidikan, Budaya Humanis, dan Pelestarian Lingkungan), para relawan dari Jakarta dan luar kota (Bandung, Biak, Makassar, Medan, Lampung, Palembang, Pekanbaru, Surabaya, dan Tangerang). Pelatihan sebelumnya sudah dilakukan di negeri Singa: Singapura. Indonesia menjadi pilihan kedua karena dianggap sudah memiliki kesiapan untuk melakukan pendataan dan pengecekan kesahihan data karena sudah menerbitkan Buku 19 Tahun Tzu Chi Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2012 lalu. “Master Cheng Yen menekankan bahwa usaha besar untuk menyusun arsip sejarah yang bisa bertahan ribuan tahun ini merupakan sebuah proyek yang sangat besar, misi ini tidak mungkin dituntaskan oleh perseorangan, tapi mesti melibatkan semua orang, dengan mengumpulkan kebijaksanaan kolektif dan menyerap semua ide yang ada, baru bisa menuntaskannya!” kata Hong Suzhen, salah seorang pembicara dari Taiwan atau yang akrab disapa Jing Yun Laoshi. Dalam kesempatan itu Jing Yun Laoshi juga menyampaikan pesan dari Master Cheng Yen, bahwa usaha besar untuk menyusun arsip sejarah yang bisa bertahan ribuan tahun ini merupakan sebuah proyek yang sangat besar. Misi ini tidak mungkin dituntaskan secara perseorangan, tetapi mesti melibatkan semua orang, dengan mengumpulkan kebijaksanaan kolektif dan menyerap semua ide yang ada baru bisa menuntaskannya. “Tzu Chi sudah berjalan selama 47 tahun, karena kita semua adalah insan Tzu Chi, semua harus memahami sejarah, adat, dan budaya Tzu Chi,” kata Huang Li-jun, pembicara lainnya.
Keterangan :
Ada enam langkah yang harus diperhatikan (standar) dalam melakukan penyusunan data sejarah: mendapatkan data sejarah, menyusun, mengarsipkan, membuat daftar, memastikan, dan membuat kesimpulan. “Semua data sejarah yang telah dikumpulkan harus disusun, diklasifikasi, dan diarsip. Setelah disusun, maka nilainya baru bertambah. Setelah diklasifikasi, baru bisa memahami secara keseluruhan. Setelah diarsip, baru bisa menulis sejarah tanpa kelalaian,” kata Yan Wan-ting dari Pusat Pengumpulan Data Sejarah, Divisi Kompilasi, Tzu Chi Taiwan. Tekad untuk Menuntaskan Pesan penuh semangat juga disampaikan Lu Lian Chu, Ketua Tzu Chi Tangerang, “Terima kasih atas partisipasi kalian yang datang dari berbagai tempat di Indonesia, hadir untuk menulis sejarah Tzu Chi. Kita harus lebih sepenuh hati. Berharap bisa terus mengingat detik ini. Pekerjaan ini tidak sulit, asal ada tekad kita bisa melakukannya.” Begitu pula dengan Hong Thay, Ketua Tzu Chi Pekanbaru, “Pelajaran hari ini di luar ekspetasi saya, sangat penting, semakin belajar semakin menarik. Saya pulang (Pekanbaru) saya sharingkan para relawan.” Agus Rijanto, Pemimpin Umum Buletin dan Majalah Tzu Chi, yang juga Relawan 3 in 1 senior Tzu Chi memberi motivasi kepada para peserta, bahwa ini merupakan sebuah langkah awal untuk memulai suatu kegiatan yang maha besar, bukan hanya untuk Tzu Chi tetapi juga untuk dunia. Momen ini juga sekaligus menjadi titik awal untuk meningkatkan kualitas dan validitas Buku 19 Tahun Tzu Chi Indonesia, dimana harapannya adalah buku ini bukan hanya menyajikan data-data, tetapi juga harus dapat memuat semangat Tzu Chi. “Dan semua ini dilakukan bersama-sama, satu orang saja tidak akan bisa,” tegasnya. | |||
Artikel Terkait
Belajar dan Mengajar
26 September 2017Pagi kuliah, dan sore mengajar. Inilah rutinitas Eddy Kurniawan, salah seorang penerima bantuan Tzu Chi salah seorang penerima beasiswa karier Tzu Chi. Eddy saat ini tengah menempuh Program Pascasarjana (S2) jurusan Fisika Medis di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.
Memperkenalkan Bulan Tujuh Penuh Berkah
15 Agustus 2016Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan
08 Oktober 2018Kamp ini diikuti oleh 264 anak-anak Qin Zi Ban dari 6 wilayah dari Jakarta dan Tangerang. Mereka mendapatkan pelajaran tentang kemandirian, cinta kasih, dan dasar pendidikan moral untuk menuju gerbang kehidupan kelak ketika dewasa.