Sebanyak 89 relawan Abu Putih sepenuh hati mengikuti pelatihan relawan yang diselenggarakan oleh fungsional komunitas He Qi Utara 2.
Sebanyak 89 relawan Abu Putih, calon komite, dan komite He Qi Utara 2 berkumpul di Aula Jing Si, Tzu Chi Center Jakarta, Minggu 3 Desember 2023 mengikuti pelatihan Relawan Abu Putih ke-1 periode 2024. Juga terdapat 43 relawan panitia yang turut membantu kelancaran dalam pelatihan kali ini. Pelatihan Relawan Abu Putih pertama ini mengangkat tema “Mewujudkan Cinta Kasih Universal”. Topik-topik yang diangkat berfokus pada nilai-nilai cinta kasih Tzu Chi yang harus dikembangkan dan diteruskan dari generasi ke generasi.
Mengawali materi pelatihan, Lie Na, Relawan Komite sekaligus Wakil Ketua He Qi Utara 2 memulai pemaparan mengenai Kisah dan Semangat Tzu Chi. Lie Na kembali mengingatkan para relawan mengenai misi dan visi Tzu Chi yang berupaya untuk menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat aman dan tenteram, serta dunia terbebas dari bencana.
“Untuk mencapai visi, maka kita harus mempraktikkan misi Tzu Chi,” ucap Lie Na.
Lie Na mengingatkan agar visi Tzu Chi dapat tercapai, relawan harus mempraktikkan nilai-nilai kebajikan dalam menjalankan setiap misi Tzu Chi.
Berangkat dari Misi Amal di Hualien, Taiwan, Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi memulai perjalanan cinta kasih ini. Hingga hari ini, dengan 4 misi utama, Tzu Chi telah berkembang dan memberikan bantuan di lebih dari 128 negara di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia, Tzu Chi yang sudah memulai langkah cinta kasih sejak 1993, juga turut serta membantu masyarakat yang membutuhkan, seperti pembangunan Rumah Susun Cinta Kasih di Cengkareng pada tahun 2003 ketika banjir besar di Jakarta.
“Saat ini, para penerima bantuan sudah hidup dengan layak, bahkan ketika gathering sudah ada yang jadi polisi, jadi dokter, sungguh luar biasa,” ucap Lie Na menceritakan jejak cinta kasih Tzu Chi kepada para peserta pelatihan.
Melanjutkan materi, Linah, Relawan Komite Tzu Chi mengangkat topik mengenai misi amal. “Dengan melihat secara langsung para penerima bantuan, kita baru dapat menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah” ucap Linah, mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen.
Linah menyampaikan bahwa dengan menjalankan misi Amal, relawan dapat lebih menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah.
Pada topik ini, Linah mengajak para peserta mendalami misi amal untuk mewujudkan visi Tzu Chi yang sebelumnya telah diungkapkan oleh Lie Na. “Dengan menjalani misi amal, kita melihat penderitaan sehingga mengingatkan akan ketidakkekalan dalam kehidupan,” ucap Linah.
Henny Mulyono, Relawan Abu Putih melanjutkan dengan bercerita mengenai salah satu Gan En Hu yang tidak dapat berjalan karena jatuh ketika kecil, tetapi tetap memiliki kewelasasihan untuk berdonasi bagi sesama.
“Walaupun menghadapi kekurangan, tetapi Gan En Hu (penerima bantuan) ini turut serta untuk bersumbangsih kepada sesama dengan menyisihkan dana dari uang jajannya ke dalam celengan bambu” ucap Henny, mengisahkan inspirasi dari salah satu Gan En Hu. Melalui pemaparan materi ini, para peserta diharapkan dapat menyadari berkah dan kesempatan yang dimiliki sehingga dapat mewariskan cinta kasih bagi sesama.
Mewariskan Kebajikan melalui Budaya Humanis
Stephen Ang, Relawan Komite Tzu Chi sekaligus Ketua He Xin Zhen Shan Mei berbagi pemahaman mengenai budaya humanis Tzu Chi. “Budaya humanis Tzu Chi mengajarkan kita untuk menjadi teladan bagi orang banyak sehingga nilai-nilai Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi,” ucap Stephen. Ia juga mengungkapkan bahwa dalam menjalani kehidupan ini, kita harus bersikap dengan tulus dan berpegang pada prinsip kebajikan. “Gan En Zun Zhong Ai (Bersyukur, Menghormati, Cinta Kasih) untuk kita terapkan sehingga menampilkan Zhen Shan Mei (Kebenaran, Kebajikan, Keindahan)” ucap Stephen menjelaskan bahwa dengan ketulusan, maka apa yang kita lakukan dapat menghasilkan kebenaran, membawa kebajikan, sehingga membawa sebuah keindahan bagi sesama.
Stephen Ang menyampaikan tentang filosofi Budaya humanis Tzu Chi.
Tak lupa, Stephen juga mengungkapkan bahwa setiap kebajikan yang telah dilakukan akan menjadi sejarah yang akan diingat dan dicatat untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu media yang mencatat jejak kebajikan ini adalah Daai TV, sebuah televisi swasta yang mulai mengudara di Indonesia sejak tahun 2007.
Nadya, salah satu staf DAAI TV Indonesia melanjutkan materi dengan topik “Menyebarkan Cinta Kasih” mengungkapkan bahwa kehadiran DAAI TV di Indonesia untuk dapat menyucikan hati manusia melalui kisah-kisah inspiratif.
“Ketika pertama kali Master ingin mendirikan Da Ai TV di Taiwan juga tidak semua orang setuju karena biaya yang dikeluarkan juga besar, tetapi Master tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Beliau ingin agar Dharma dapat disampaikan melalui teknologi agar semakin banyak orang yang dapat mendengarnya,” ucap Nadya, menjelaskan kehadiran Da Ai TV Taiwan pertama kali.
“Hadir di Indonesia, DAAI TV tidak berfokus pada hal-hal komersil, melainkan pada kisah-kisah kebajikan untuk memberikan ketenangan batin bagi para pemirsanya,” ucap Nadya, menjelaskan misi DAAI TV Indonesia.
Peserta pelatihan dengan tekun menyimak, mencatat setiap materi yang disampaikan pembicara.
Mengakhiri materi, Anie, Relawan Komite Tzu Chi sekaligus Ketua He Qi Utara 2 mengungkapkan bahwa warisan kebajikan ini dapat terus dibagikan melalui semangat struktur 4 in 1.
“Melalui He Xin, kita mewariskan nilai dan ajaran Master untuk selanjutnya He Qi dapat menyampaikan kepada Hu Ai yang akan merencanakan berbagai kegiatan Tzu Chi sehingga dapat dilaksanakan oleh Xie Li,” ucap Anie, menjelaskan struktur 4 in 1 dalam Tzu Chi.
“Dengan terjun ke masyarakat, kita dapat melatih diri. Melakukan dengan semangat dengan prinsip kesetaraan pada seluruh relawan,” ucap Anie menutup materi pelatihan Relawan Abu Putih ini.
Implementasi Nyata Jejak Cinta Kasih melalui Tzu Chi Hospital
Pada pelatihan Relawan Abu Putih ke-1 ini terdapat beberapa staf dari Tzu Chi Hospital yang turut serta. Salah satunya dr. William yang mengawali jalinan jodohnya dengan melihat celengan bambu Tzu Chi di Pusat Perbelanjaan. “Pertama kali karena lihat celengan bambu di mall tahun 2006, kemudian ikut baksos ketika kuliah tahun 2009, namun belum mengenal apa itu Tzu Chi”, ucap dr. William berbagi kisahnya.
Dokter William (ke-3 dari kiri), Asisten Kepala Bidang Pelayanan Medis Tzu Chi Hospital, mendedikasikan pelayanan secara profesionali dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kebajikan Tzu Chi.
“Baru sadar setelah gabung di Tzu Chi Hospital tahun 2019,” ucapnya mengingat celengan bambu yang pernah dilihatnya 1 dekade silam. Baginya, dengan bergabung di Tzu Chi, ia dapat membuka wawasan dan menjadi tempat untuk pengembangan dirinya. Selaku Asisten Kepala Bidang Pelayanan Medis di Tzu Chi Hospital, baginya nilai-nilai yang diwariskan oleh Tzu Chi turut serta diwujudkan melalui tugas dan tanggung jawabnya. Turut serta dalam pembangunan Tzu Chi Hospital, ia mengungkapkan bahwa setiap sudut gedung dibangun dengan nilai-nilai untuk menghargai jiwa dan mengutamakan kehidupan.
“Misalnya penggunaan pendingin ruangan, tidak seperti pendingin biasa, tetapi udara dari luar diambil, kemudian didinginkan sehingga udara selalu baru,” ucap dr. William. Saat ini ia memiliki tanggung jawab untuk memastikan berbagai fasilitas dan pelayanan medis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, memberikan manfaat sehingga dapat membawa ketenangan batin bagi pasien.
“Bekerja dengan profesionalisme dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Tzu Chi. Melalui pelatihan ini, saya menjadi lebih paham dengan nilai-nilai yang diwariskan itu,” ucap dr. William.
Melayani dengan Ketulusan, Menghadirkan Kebahagiaan.
Ester Maria, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan Tzu Chi Hospital juga turut serta dalam pelatihan Relawan Abu Putih ini. Bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2011, ia mengungkapkan bahwa sempat vakum dari Tzu Chi karena urusan pekerjaan. “Hari ini, saya refresh lagi mengenai nilai-nilai Tzu Chi sejak 1 dekade lalu” ucap Ester. “Saya seperti membuka buku itu kembali, membaca lembar demi lembar” ungkapnya menceritakan kesannya dari keikutsertaan pelatihan hari itu.
Ester Maria, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan Tzu Chi Hospital berbagi kisah perjalanan mewariskan jejak cinta kasih di Tzu Chi.
Baginya, dengan bergabung di Tzu Chi Hospital, ia dapat mengimplementasi budaya humanis itu secara nyata. “Saya menerjemahkan budaya humanis itu kepada seluruh perawat sehingga para perawat bukan hanya menjalankan SOP semata, tetapi juga memberikan perhatian dan kepedulian bagi pasien” ucap Ester. “Membawa ketenangan batin bagi pasien” ungkapnya menambahkan.
Mewujudkan nilai-nilai Cinta Kasih ini, ia selalu mengadakan Reflexy Caring bagi seluruh perawat untuk dapat introspeksi diri dan menceritakan ungkapan hatinya di Tzu Chi Hospital sehingga Budaya Humanis itu dapat terus diwariskan oleh seluruh insan Tzu Chi Hospital. “Di rumah sakit ini, kita bukan hanya memperhatikan hard skill, tetapi juga soft skill melalui nilai-nilai Tzu Chi. Melalui training hari ini, saya menjadi lebih paham lagi dengan nilai Tzu Chi yang akan saya bawa dan bagikan kepada perawat-perawat di Tzu Chi Hospital” ungkapnya.
Melalui pelatihan Abu Putih ini, para Insan Tzu Chi Hospital menjadi lebih memahami mengenai nilai-nilai Tzu Chi. Sehingga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya akan selalu berupaya mewujudkan cinta kasih melalui budaya humanis kepada seluruh pasien sehingga dapat menghadirkan ketenangan batin para pasien Tzu Chi Hospital.
Editor: Khusnul Khotimah