Mewariskan Misi Tzu Chi
Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen, Stephen Ang (He Qi Utara) Sebanyak 52 relawan fungsionaris He Qi Utara mengikuti pendalaman prinsip 4 in 1 pada hari Minggu, 25 Maret 2012 di Jing Si Books & Café Pluit. |
| ||
Suasana pada siang hari itu berbeda dari beberapa saat yang lalu. Terangnya sinar matahari disertai dengan pemandangan awan biru putih yang cerah menerangi ruangan lantai dua Jing Si Books & Café Pluit. Kursi-kursi disusun melingkar dengan sangat rapi, sebuah meja kayu dan hiasan tanaman kecil diletakkan di tengah, lampu gantung kuning yang bersinar, terlihat seperti ruang kumpul keluarga di rumah. Minggu, 25 Maret 2012, kembali diadakan kegiatan Pendalaman Prinsip 4 in 1 bagi seluruh relawan Fungsionaris yang ada di He Qi Utara. Walaupun bulan Maret ini, para relawan banyak yang pulang guna merayakan Ceng Beng (ritual tahunan untuk bersembahyang dan ziarah ke makam), tetapi mereka yang berada di Jakarta tetap sepenuh hati datang dan belajar bersama. Pukul 13.15 WIB, sebanyak 52 relawan yang telah berkumpul memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Lagu Mars Tzu Chi dinyanyikan dengan penuh semangat dan dilanjutkan dengan mengucapkan 10 sila Tzu Chi sebagai pedoman untuk pelatihan diri kita masing-masing.
Keterangan :
Like Shijie memberikan sebuah tayangan pelatihan relawan, dimana dalam video tersebut Master Cheng Yen mengatakan “Kehidupan cepat lambat akan berakhir. Kini, saya dan kalian masih dapat berkumpul, berarti kita memiliki jalinan jodoh untuk sama-sama menjalankan misi Tzu Chi. Di masa depan nanti, bagaimana misi ribuan tahun Tzu Chi diwariskan? Saya meminta kalian segera melakukannya, agar saya bisa melihat bagaimana para staf empat misi mewariskan ajaran Jing Si dan bagaimana kalian memikul tanggung jawab”. Like Shijie menambahkan agar kita sebagai generasi pertama harus memahami dan bisa mewariskan serta mempersiapkan diri untuk hari esok. Kemudian relawan diajak untuk berpikir melalui beberapa slide foto kehidupan manusia dalam kondisi yang serba kekurangan dan memprihatinkan. “Apakah kita masih sering mengeluh dan kesal, merasa penuh kekurangan?, kita dapat menyadari betapa bersyukurnya hidup ini dan jauh lebih baik dari mereka. Kita penuh berkah dan masih bisa melakukan banyak kebajikan,” tutur Like Shijie. Menggalang Hati Ada banyak cara untuk memulai percakapan Tzu Chi, salah satunya adalah kita bisa menceritakan bahwa masih banyak orang sakit yang membutuhkan bantuan. Posan Shixiong juga menjelaskan bumi yang kita tempati ini sedang sakit. Seperti gunung yang batuk meletus lalu muntah mengeluarkan lahar panas, menangis hingga terjadi banjir. Alam semesta ini butuh banyak bantuan kita bersama-sama untuk mengobati dan melestarikannya. Selain itu kita juga ada kunjungan ke panti jompo dan obat yang digunakan itu berasal dari sumbangan para donatur. Master juga mengatakan bahwa di Tzu Chi, menolong orang lain itu baru mencapai 10%. Kemudian orang yang telah kita tolong juga bisa merubah hidupnya dan bisa menolong yang lain juga, itu baru tambah 30%. Lalu sisa 60% itu dari mana?, kita melatih diri sendiri supaya bisa berubah menjadi semakin Bersyukur (Gan En), merubah cara pandang kita dan menjadi lebih baik lagi.
Keterangan :
Kita memberikan bantuan tanpa memandang suku, bangsa dan agama. Semua dana sumbangan ini untuk diberikan kepada orang yang benar-benar tidak mampu. Master Cheng Yen tidak pernah menerima dana sumbangan dari kita semua. Sampai saat ini beliau dan biksuni lainnya masih bekerja seperti menulis buku, membuat makanan, lilin, kerajinan tangan dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti prinsip Master Cheng Yen, “satu hari tidak bekerja maka satu hari tidak makan”. Posan Shixiong menutup sharingnya dengan berpesan kepada kita semua, “Ceritakan apa yang Shixiong-Shijie ketahui supaya mereka semua juga mengerti dan tergerak hatinya.” Menjelang sore pukul 15.00 WIB, perasaan bahagia dan suara tawa gembira terpancar melalui wajah setiap relawan. Relawan pun menjadi tambah semangat setelah melihat simulasi Percakapan Tzu Chi yang dibawakan oleh Like Shijie, Posan Shixiong dan Bambang Shixiong. Satu persatu relawan juga ikut menceritakan pengalaman suka duka dan tantangan yang dihadapi dari awal menggalang dana sampai bisa menggalang hati mereka. Like Shijie berharap setelah mendengarkan sharing dari relawan, kita dapat mengambil nilai-nilai positif, belajar dari pengalaman orang lain dan mau mempraktikkannya secara nyata di lapangan. Banyak kunci dan kiat positif yang telah kita dapatkan pada hari itu dan bagaimanakah agar kita dapat membuka pintu hati setiap orang agar mau bersama-sama berjuang untuk mewujudkan misi Tzu Chi? Mari kita menjadi pasukan semut yang saling bergandengan tangan, menumbuhkan keyakinan dan cinta kasih kita dan menjadi teladan yang dapat menginspirasi orang banyak. Dengan demikian mereka juga dapat terharu, merasakan ketulusan hati kita dan menambah barisan pasukan semut menjadi lebih panjang. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Keberadaan cinta kasih di dalam hati akan membangkitkan kekuatan yang tidak terhingga. Setelah berikrar untuk bersumbangsih, maka tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan” Untuk menambah keakraban dan kehangatan antar relawan, kegiatan pendalaman prinsip 4 in 1 ini diakhiri dengan saling menyanyikan dan memperagakan lagu isyarat tangan “Qian Shou Lai Qian Shou” (Ribuan Tangan Bergandengan Tangan). | |||
Artikel Terkait
Pembagian Kupon Beras Di Batang Kuis
25 Desember 2014 Di Penghujung bulan November, relawan Tzu Chi Medan melakukan pembagian 2.300 kupon beras Tzu Chi kepada warga 11 desa diKelurahan Batang Kuis, Medan.Gempa Aceh: Meringankan Derita Korban Gempa
08 Desember 2016Gempa berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang Aceh. Di hari yang sama (Rabu, 7/12/2016), relawan Tzu Chi Lhokseumawe, melakukan survei dan mengumpulkan data awal untuk penyaluran bantuan. Sementara hari ini (Kamis, 8 Desember 2016) sebanyak 30 orang relawan dan Tim Medis Tzu Chi Medan akan berangkat ke Aceh dengan membawa barang bantuan.