Para relawan Tzu Chi memperagakan Bahasa isyarat tangan yang bertemakan “Sebuah Dunia Yang Bersih” di hadapan para mahasiswa dan dosen Politenik WBI dan STIKES Murni Teguh.
Demi terciptanya upaya Pelestarian Lingkungan yang berkesinambungan dengan generasi penerus, relawan komunitas Perintis meresmikan titik Green Point di kota Medan ke-31 di lingkungan Kampus Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI) dan STIKES Murni Teguh pada Jumat, 20 Mei 2022.
"Pihak Kampus sangat sigap dan serius, sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk sosialisasi Pelestarian Lingkungan dan peresmian titik Green Point hari ini adalah kurang dari 1 bulan," tutur Lina Lumbini koordinator kegiatan.
Para relawan memberikan cenderamata berupa buku “Pedoman Guru Humanis; Kumpulan Kutipan Wejangan Dharma Master Cheng Yen Tentang Pendidikan” kepada para dosen yang hadir.
Bilson Pandiangan dan Lina Lumbini bersama-sama membuka tutup keranjang Green Point sebagai tanda diresmikannya penggunaan fasilitas pengumpulan barang-barang daur ualang di lingkungan kampus Politenik WBI dan STIKES Murni.
Bilson Pandiangan selaku Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan dalam sambutannya mengatakan setiap mahasiswa mau andil menjadi duta pelestarian lingkungan. "Kita selalu berpikir masalah pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca dan emisi karbon," tuturnya.
Lebih lanjut Bison mengatakan, semua orang mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga tanah, air dan udara bebas dari pencemaran. Generasi penerus penting kita ikut sertakan supaya upaya pelestarian lingkungan ini bisa berkelanjutan.
“Itu sebabnya kami sebagai pendidik sangat ambil hati dalam mewujudkan titik Green Point yang merupakan bagian dari upaya pelestarian lingkungan yang telah kami bina selama ini di Kampus," lanjut Bison.
Wakil Ketua Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi dalam sambutannya berpesan, "Pelestarian lingkungan adalah salah satu fokus kerja utama saat ini. Kami terus berupaya untuk meringankan beban bumi, berusaha mencegah kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Seperti yang disampaikan Bapak Bilson, mencintai bumi adalah tanggung jawab bersama. Jika bumi sehat, kita juga nyaman. Motto Pelestarian Lingkungan kita adalah merubah sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih," ucap Sylvia.
Tony Honkley menjelaskan kepada para staf dan mahasiswa yang hadir tentang jenis bahan-bahan yang bisa diterima pada titik kumpul green point. Jenis bahan yang dimasukan ke dalam keranjang Green Point ini hanya yang non-organik, untuk yang organik, silakan dijadikan kompos untuk digunakan di rumah masing-masing.
Di depan 300 mahasiswa dan sembilan orang dosen yang hadir, Tony Honkley relawan Tzu Chi mengulas tentang sejarah Tzu Chi dan pelestarian lingkungan. Turut menjaga lingkungan adalah wujud cinta kasih kita kepada generasi penerus. Seperti yang sudah kita ketahui, bahan-bahan non-organik yang tidak terurai dengan baik dapat merusak lingkungan.
Bahan-bahan berbahaya seperti plastik dan styrofoam akhirnya terhimpun bebas di sungai dan laut. "Kita harus menghindari pemakaian benda-benda sekali pakai seperti sumpit bambu, kertas tissu, kantong plastik, wadah styrofoam, dsb. Jika kita menjaga lingkungan, tentunya kita bisa mewariskan bumi ini dengan baik. Jika bumi sehat, semoga dunia damai dan bebas bencana," tutur Tony.
Bilson Pandiangan menjadi penguna pertama keranjang Green Point di lingkungan kampus WBI. Bilson berpesan, bukan sembarang sampah yang diisi ke dalam keranjang Green Point ini, tetapi hasil akhir daur ulang non-organik yang seharusnya terhimpun pada tempatnya.
Dionisius Saibuma salah satu mahasiswa pegiat pelestarian lingkungan di Kampusmengatakan sangat mendukung kegiatan titik green point. "Kegiatan hari ini cukup bagus. Kami semua menikmati selingan acara isyarat tangan (Sou Yu) bertemakan lagu "Sebuah bumi yang bersih".
Menurut Dionisius, sharing yang dibawakan relawan sangat menarik dan menambah wawasan. “Saya yakin banyak yang akan lebih sadar dan bersungguh hati untuk ikut melestarikan alam, dengan mengurangi sampah, mendaur ulang barang-barang di rumah masing-masing dan mau menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan,” ujar Dionisius.
Para mahasiswa pemerhati lingkungan kampus WBI mulai membawa barang-barang yang bisa di daur ulang dengan tertib untuk diisi ke dalam keranjang Green Point.
Semua kegiatan hari ini bisa terkoordinasi dalam waktu singkat tentu saja berkat kesungguhan hati dan kerjasama yang baik dari semua pihak. "Semoga para mahasiswa bisa menjadi teladan. Masa depan bumi adalah tanggung jawab yang berkesinambungan, dari satu generasi ke generasi selanjutnya," ujar Lina Lumbini di akhir acara.
Editor: Anand Yahya