Marcelino Reynand Iskandar (kaos merah), siswa kelas 7 Tzu Chi Secondary School, datang bersama mama dan adiknya, ikut memberikan sanghadana.
Sabtu, 25 November 2023 adalah hari yang baik bagi insan Tzu Chi dan umat Buddhist. Hong Tjhin, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat berterima kasih kepada Keluarga Buddhayana Indonesia yang telah menjadikan Tzu Chi Center sebagai tempat dimulai acara Sanghadana Kathina Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) 2023. “Tradisi ini adalah tahun ketiga setelah dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 dan 2022. Kita tahu memberikan dana adalah salah satu Sad Paramita yang diajarkan oleh Guru Kita, Master Cheng Yen,” kata Hong Tjhin.
Hong Tjhin juga menambahkan, “Saya rasa tradisi memberikan dana kepada anggota Arya Sangha adalah suatu berkah utama. Sekali lagi saya sampaikan selamat datang, yang tulus dari hati kami, dan semoga tradisi yang baik ini, yaitu Sanghadana, bisa langgeng dan kita semua bisa merasakan manfaatnya demi kedamaian dan kemajuan Indonesia ini.”
Penyambutan bagi 56 orang Sangha Agung Indonesia, para Bhikkhu, Bhikkhuni, Samanera, Samaneri bersama 7 orang dari perwakilan Dayaka Theravada Indonesia, Dayaka Vajrayana, segenap Dewan Pengurus Pusat Sangha Indonesia serta Keluarga Buddhayana Indonesia.
Hong Tjhin, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat berterima kasih kepada Majelis Buddhayana Indonesia yang menjadikan Tzu Chi Center sebagai tempat dimulai acara Sanghadana Kathina Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) 2023.
Y.M. Khemacaro Mahathera berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah menyediakan tempat bagi kegiatan ini. “Berterima kasih (Tzu Chi) telah menyediakan tempat yang sangat luar biasa, Aula Tzu Chi Center bagi kami, untuk melaksanakan kegiatan Kathinakala Sanghadana 2023,” ucap YM Khemacaro Mahathera, Ketua Sangha Agung Indonesia, “jajaran Sangha Agung Indonesia memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya, dan Maha Anumodana sebesar-besarnya, kami senantiasa mendapat dukungan dan bantuan sehingga kegiatan rangkaian Sanghadana Kathinakala dapat kita lakukan hingga pada tahun 2023 atau yang ketiga kalinya. Tentunya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan yang luar biasa dari segenap pengurus Yayasan Buddha Tzu Chi, relawan Tzu Chi yang begitu menyokong kegiatan Sanghadana Kathinakala.”
Kegiatan yang luar biasa ini diharapkan dapat membangkitkan Bodhicitta, dapat membangkitkan welas asih dan kasih sayang bagi semua makhluk. “Tanpa kita sadari bahwa dari sekian perayaan hari raya Indonesia khususnya agama Buddha, Kathina adalah satu-satunya perayaan hari raya besar yang dimulai sejak zaman Buddha Sakyamuni masih hidup,” jelas Y.M. Khemacaro Mahathera.
Y.M. Khemacaro Mahathera berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah menyediakan tempat bagi kegiatan ini. Beliau juga memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya, dan Maha Anumodana sebesar-besarnya karena senantiasa mendapat dukungan dan bantuan sehingga kegiatan rangkaian Sanghadana Kathinakala dapat dilakukan hingga pada tahun 2023 atau yang ketiga kalinya.
Oleh sebab itu, menyadari dukungan yang begitu luar biasa dari umat Buddha, khususnya dari keluarga besar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tentunya merupakan berkah yang tiada tara dari para Buddha, Bodhisattva dan Mahasattva. “Kegiatan pindapata Kathinakala, pada kesempatan ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan Buddha Dhamma,” kata Y.M. Khemacaro Mahathera, “sekali lagi kami dari jajaran Sangha Agung Indonesia menghaturkan Maha Anumodana yang tak terkira secara khusus kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Dengan segala hormat terimalah rasa terima kasih kami yang mendalam ini. Kami para Bhikkhu Sangha, tanpa adanya dukungan yang baik, tentu kami tidak mampu mengemban dalam melaksanakan perkembangan Buddha Dhamma khususnya yang ada di bumi nusantara ini. Semoga kekuatan kebajikan dan segala renungan yang kita lakukan nantinya sepanjang hidup kita, tanpa henti memancarkan cinta kasih dan welas asih serta kasih sayang bagi semua makhluk.”
Makna Pindapata Kathinakala 2567BE/2023
Kathina Kala (Masa Kathina) atau disebut juga Civara Masa adalah ‘bulan jubah’ yang berlangsung satu bulan penuh setelah tiga bulan para anggota Arya Sangha menjalani masa vassa (retreat). Di dalam massa vassa, para Bhikkhu Sangha tinggal di suatu tempat (vihara), melewati musim hujan selama tiga bulan. Mereka melatih diri, memantapkan diri dalam Dhamma Vinaya yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha (Siddhata Gautama), mengajar meditasi, membabarkan Dhamma, dan mengadakan diskusi dengan para umat. Itulah serangkaian kegiatan yang memang merupakan tugas dari para Bhikkhu Sangha.
Selama tiga bulan tidak meninggalkan tempat, bila tidak ada keperluan Sangha. Namun bila ada keperluan, hanya dibatasi tujuh hari. Masa vassa 2567BE (Buddhist Era) untuk tahun 2023 dimulai sejak 2 Agustus-29 Oktober 2023.
Setelah itu, tibalah masa Kathina selama satu bulan, (30 Oktober-27 November 2023), para umat bisa menyampaikan sanghadana di masa Kathina ke vihara. Persembahan sanghadana di masa kathina, untuk memenuhi empat kebutuhan pokok para anggota Bhikkhu Sangha, adalah jubah atau kain untuk membuat jubah, tempat tinggal (kuti) atau dana untuk perawatan vihara, obat-obatan, perlengkapan mandi, dan makanan.
Dalam agama Buddha, setiap melakukan suatu kebajikan maka Bhikkhu Sangha akan melakukan pelimpahan jasa bagi semua makhluk dalam bentuk doa parrita.
Turut serta dalam pindapata Kathinakala adalah 56 orang Sangha Agung Indonesia, para Bhikkhu, Bhikkhuni, Samanera, Samaneri bersama 7 orang dari perwakilan Dayaka Theravada Indonesia, Dayaka Vajrayana, segenap Dewan Pengurus Pusat Sangha Indonesia serta Majelis Buddhaya Indonesia.
Tradisi pindapata dilaksanakan oleh para Bhikkhu Sangha dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa patta/patra (mangkok makanan) untuk menerima dana makanan dari umat guna menunjang kehidupannya.
Selaku Manayaka Sangha Agung Indonesia, Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera juga turut merasa bahagia mendapat sambutan yang luar biasa dari insan Tzu Chi dalam rangka pelaksanaan pindapata. “Hari ini adalah hari yang bahagia bagi kita, terutama bagi Sangha dan seluruh umat Buddhis serta relawan Tzu Chi. Dengan pindapata ini adalah bentuk kita bersama untuk mengembangkan cinta kasih, kasih sayang, mengembangkan belas kasih, dan kita bekerja sama, bergotong royong untuk mendukung perkembangan agama Buddha,” kata Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera, yang ditahbiskan sebagai seorang Bhikkhu pada tahun 1987 di Pondok Cabe, Tangerang, Banten.
Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera menjelaskan tradisi pindapata yang dilaksanakan adalah bagaimana terjadinya sinergi antara perumahtangga dengan anggota Sangha, “Perumahtangga mendukung kehidupan para Bhikkhu Sangha. Bagaimana dukungan umat kepada Sangha itu dapat dirasakan bersama. Dari umat diberikan kesempatan, Sangha juga diberi kesempatan. Umat juga menerima, Sangha juga menerima,” sambungnya lebih lanjut, dan menjelaskan semua dana yang terkumpul dari pindapata ini, bila berupa makanan maka akan dibagikan kepada semua komponen masyarakat ataupun umat Buddha yang membutuhkan.
“Bahagia, kita tahu kesempatan di hari Kathina itu, para Bhikkhu Sangha memberikan kesempatan kepada para umatnya untuk memberikan sanghadana, adalah sebuah kusala kamma yang bisa kita dapatkan di saat hari Kathina ini. Dalam kesempatan ini, kita diberikan satu persembahan, dimana Kathina, hari umat membagikan kebutuhan Sangha secara tahunan, baik itu jubah, dana, keperluan sangha maupun obat-obatan,” kata Adenan Hasan yang berkesempatan memberikan dana materi pagi itu.
Berkah Utama di Hari Kathina
Tidak hanya bahagia dapat memberikan dukungan kebutuhan
Sangha, Adenan Hasan juga mengutarakan ada kebahagiaan lainnya, “Tentu kita bahagia sekali, rumah batin kita dipakai oleh Sangha Agung Indonesia, untuk menjadi fasilitas, untuk memberikan
Kathina Dana. Turut bahagia sebagai relawan Tzu Chi, dan berkontribusi terhadap acara besar ini,” tuturnya. Adenan juga berharap agar para Bhikkhu Sangha bisa memenuhi kebutuhan tahunannya, dan pada umat yang sudah diberikan kesempatan untuk memberikan
sanghadana ini adalah suatu berkah utama yang bisa didapatkan di hari
Kathina ini.
Lydia merasa bahagia bisa mengajak anak sulung dan bayinya yang masih kecil untuk ikut berbuat baik bersama.
Pagi itu, Marcelino Reynand Iskandar (13), siswa kelas 7 Tzu Chi Secondary School, datang bersama mama dan adiknya, ikut memberikan sanghadana “Senang sekali. Mengikuti pindapata ini bukan hanya memberikan kebutuhan makanan dan obat-obatan bagi para Bhikkhu, tetapi juga mengajarkan kita untuk merelakan (melepaskan),” kata Marcel dengan sangat antuasias. Marcelino sendiri hari itu bangun jam 5 pagi agar bisa ikut pindapata.
Sementara Lydia (37), umat lainnya juga merasa sangat bersukacita karena dapat memberikan sanghadana kepada para Bhikkhu Sangha. “Hari ini memiliki kesempatan untuk berbuat baik, dengan ikut berdana kebutuhan Sangha di masa Kathina. Senang sekali bisa ikut berpartisipasi karena hari ini sangat banyak Bhikkhu Sangha yang hadir dalam pindapata, dan kesempatan itu jarang ada,” ungkap Lydia dengan bahagia. Kebahagiannya makin lengkap karena kali ini bisa turut mengajak anak sulung dan anaknya yang masih bayi untuk ikut berbuat baik.
Edward Obasi Gunawan (kaos putih) bersama mama dan ketiga saudaranya ikut berdana dalam pindapata pagi itu.
Para Bhikku dan insan Tzu Chi mengabadikan momen di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara. Ini merupakan kegiatan pindapatta yang ketiga kalinya dilakukan di Tzu Chi Center.
Selain Lydia yang membawa keluarganya, ada juga Hasan (53) yang membawa turut membawa keluarga, istri dan keempat anaknya. Hasan sendiri sering ikut memberikan dana pindapata bersama keluarganya. “Bisa berdana di kegiatan pindapata adalah sangat baik. Berdana kepada Bhikkhu Sangha adalah suatu karma yang baik. Saya sangat senang, dan kesempatan ini sangat jarang terjadi di Indonesia. Dapat berdana berarti menanam tabungan untuk kita sendiri,” tutur Hasan, yang bertekad akan terus menggenggam kesempatan untuk berdana bagi Bhikkhu Sangha.
Edward Obasi Gunawan (10), anak Hasan mengungkapkan kesannya mengikuti kegiatan ini. “Bahagia bisa bangun pagi, dan berdana untuk kebutuhan Sangha, seperti mi instan, biskuit, susu, dan odol (gigi) kepada Bhikkhu Sangha. Mau buat karma baik,” kata Edward.
Editor: Hadi Pranoto