Momen Chia Wen Yu mempertemukan Eka Tjipta Widjaja dengan Master Cheng Yen di Hualien, Taiwan.
“Seberkas cahaya kunang-kunang dapat memancarkan cahaya terang, tindakan kecil kita dapat menjadi inspirasi bagi cinta kasih yang lebih besar yang akan menerangi jalan bagi keindahan dan kebaikan di dunia”. -Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Chia Wen Yu menjadi tokoh sentral yang membuka jalinan jodoh cinta kasih Tzu Chi dengan Sinar Mas. Tiga kali Wen Yu mengaturkan pertemuan Eka Tjipta Widjaja dengan Master Cheng Yen. Dan pada pengaturan ketigalah, pertemuan ini terjadi. Tepatnya 9 Mei 1998 di Hualien, Taiwan. Tak heran Wen Yu dijuluki sebagai “Sang Pembuka Jalan”.
Dari pertemuan itu lah jalinan jodoh ini terus berlangsung hingga saat ini. Dan sebagai bentuk komitmen penyaluran cinta kasih, pada 25 Mei 2004 Tzu Chi Cabang Sinar Mas diresmikan. Sejak saat itu cinta kasih di Tzu Chi Cabang Sinar Mas terus tumbuh dan berkembang melalui beragam kegiatan mulai dari kunjungan kasih, bakti sosial kesehatan, pemberian beasiswa hingga pelatihan kerelawanan.
Melalui video Wen Yu berbagi kisahnya. “Hari ini saya sangat bahagia bisa sharing di sini. Pertama-tama saya mengucapkan selamat HUT ke-20 Tzu Chi Sinar Mas. Membuat saya mengenang kembali. Saya pertama mengucapkan sangat bersyukur pernah kerja di Sinar Mas. Sejak saya lulus sekolah hingga saya pensiun hanya kerja di satu perusahaan yaitu Sinar Mas,” tuturnya disambut tepuk tangan yang meriah dari para relawan di kegiatan Xie Li Gathering & Perayaan HUT 20th Tzu Chi Sinar Mas (24/11/24).
Chia Wen Yu dijuluki sebagai “Sang Pembuka Jalan”. Dari pertemuan inilah jalinan jodoh Tzu Chi Sinar Mas terus berlangsung hingga saat ini.
Wen Yu menyatakan bahwa bergabungnya Eka Tjipta Widjaja dengan Tzu Chi mempermudah kegiatan sosial. Kala itu, ia mengenalkan Tzu Chi kepada Eka Tjipta, yang kemudian bergabung sebagai penasihat dan membantu kegiatan sosial.
Pertemuan Eka Tjipta dengan Master Cheng Yen di Taiwan pada 1998 menjadi titik balik perkembangan Tzu Chi di Indonesia. Ia juga mengapresiasi Franky O. Widjaja yang mengajak karyawannya berkontribusi di masyarakat dalam pembagian bantuan pada masa krisis moneter melanda Indonesia.
“Di sini saya sangat appreciate kepada Pak Franky karena di dunia Tzu Chi banyak pengusaha yang bergabung, tetapi hanya seorang lah yang mengajak karyawannya bersama-sama berkontribusi di masyarakat. Sebut Sinar Mas saja saya terharu. Saya ucapkan kepada teman-teman di Sinar Mas, mari kita bersama-sama memberikan kontribusi kita untuk negara kita tenteram dan Indonesia maju di masa depan,” ungkap Wen Yu.
Mari Kita Lanjutkan Perjalanan Cinta Kasih Ini
Daud Dharsono yang banyak terlibat dalam pembagian beras tahun 1998 dan 2003 juga berbagi pengalamannya. Dari perjalanannya itu para relawan sering menjulukinya, “Jenderal Beras”.
“Saya diundang hari ini tentu sangat senang sangat bahagia. Mengingatkan pada tahun 1998 dan 2003. Kita selama ini menjalankan ajaran agama masing-masing saya jalankan sebatas saya. Tapi pada waktu itu dari Tzu Chi kirim 1.100 kemudian 50 ribu ton beras yang harus didistribusikan. Saya diminta untuk memimpin oleh Shixiong Franky. Tentu saya jalankan. Sudah pasti,” tuturnya tegas.
Talkshow “Menjalin Jodoh Baik dan Memupuk Berkah” diawali oleh Daud Dharsono yang berbagi pengalaman saat memimpin pembagian beras tahun 1998 dan 2003.
Daud mengakui bahwa jumlah beras tersebut sangat besar, tetapi Tzu Chi memiliki SOP yang ingin dipelajari dan dijalankan. Tujuan utamanya adalah menyukseskan program tersebut sebaik-baiknya. Ia juga menyebutkan bahwa pengalaman tersebut mengajarkannya tentang pentingnya disiplin dan kerja sama. Meskipun tidak sempurna, kegiatan tersebut berjalan lancar berkat dukungan semua pihak. Ia sangat bersyukur atas kesempatan tersebut untuk melaksanakan Dharma dan cinta kasih kepada orang yang membutuhkan.
“Program ini memerlukan aturan ketat untuk mencapai kesuksesan. Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal. Jika tidak ada aturan, kita hanya berbuat baik tanpa strategi. Bagaimana kita mengidentifikasi mereka yang membutuhkan, membuat daftar, melakukan survei, bertemu dengan mereka, dan mengatur tim? Semua ini berjalan baik berkat dukungan Shixiong Franky. Meskipun belum terbiasa, kita terus melaksanakannya. Hasilnya cukup baik, meskipun belum sempurna. Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan belajar melaksanakan Dharma dan cinta kasih secara terorganisir,” paparnya.
Daud Dharsono saat memimpin rapat koordinasi pembagian beras.
Daud juga menyampaikan kebahagiaannya ketika pada tahun 2018 berkesempatan mengunjungi Master Cheng Yen di Hualien, Taiwan. “Sebagai umat Buddha saya bisa bernamaskara kepada anggota Sangha yang sangat dimuliakan, Master Cheng Yen, bersama anak saya. Gan en Pak Franky, gan en semuanya,” ujar Daud menahan haru.
Daud Dharsono pun mengajak relawan muda untuk memanfaatkan kesempatan langka ini melakukan kebajikan. Menurutnya, dukungan dari perusahaan sangat penting dalam melaksanakan kegiatan sosial bagi mereka yang membutuhkan, dan diharapkan Tzu Chi Sinar Mas terus berkembang.
Kualitas dan Kuantitas Harus Seimbang
Tokoh lain yang berbagi cerita hari itu adalah Hong Tjhin. Ia menceritakan kolaborasi Sinar Mas dan Tzu Chi. “Memang yang diajarkan Master Cheng Yen, kalau kita memiliki niat yang baik lakukan saja. Jadi kita coba mempraktikkan di dunia Tzu Chi ini boleh teorinya seabreg-abreg, tetapi kalau tidak praktik tidak akan maju-maju. Oleh karena itu kita tahu setelah pembagian beras 1.100 ton dengan Jenderal Beras, Shixiong Daud Dharsono kami tetap adakah aktivitas dan aktivitas besar salah satunya adalah pada waktu Jakarta banjir tahun 2002,” papar Hong Tjhin.
Hong Tjhin membantu seorang ibu membawakan beras cinta kasih.
Dalam menghadapi banjir besar, Tzu Chi meminta arahan Master Cheng Yen dan melaksanakan Program 5P. Relawan Tzu Chi dan Tzu Chi Sinar Mas kala itu bekerja sama membersihkan Kali Angke dan Kampung Melayu, serta membangun rusunawa yang menjadi model di Indonesia.
“Saya masih ingat ketika diberikan program 5 P ini masih abstrak. Tapi relawan Tzu Chi bersama relawan Tzu Chi Sinar Mas turun ke Angke, turun ke Kampung Melayu, seperti tadi saya lihat Shixiong Happy Moiras, Shixiong Arief, Ibu Lian Zhu dan lain sebagainya ikut bersama turun membersihkan Kali Angke, memberikan contoh konkrit,” cerita Hong Tjhin.
Setelah pembangunan selesai, tim Tzu Chi mendampingi warga untuk mengelola dan menjaga kebersihan lingkungan. Mereka juga membantu menyekolahkan anak-anak. Pengalaman ini mengajarkan pentingnya compassion and wisdom (kasih sayang dan kebijaksanaan). Tzu Chi juga mengembangkan sistem dan SOP yang rinci untuk mengelola kegiatan sosial.
“Nah pada waktu itu membangun hardware sudah selesai. Siapa yang mengelola? Karena kan dikatakan kita harus mendampingi. Pada waktu itu mereka belum begitu siap masih banyak yang membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya,” kata Hong Tjhin, “Untung kita ada tim 10, Shixiong Tawang salah satu anggotanya, Shixiong Febi, dan sebagainya secara bergantian tinggal di rusun, memberikan edukasi pada warga supaya jangan buang sampah sembarangan, supaya bisa menyekolahkan anaknya. Jadi just do it, dari praktik itu kita belajar mengasah kebijaksanaan kita. Jadi compassion and wisdom.”
Hong Tjhin menerangkan komplek Perumahan Panteriek di Banda Aceh kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah momen tersebut ada bencana tsunami Aceh menjadi kesempatan bagi Tzu Chi dan Tzu Chi Sinar Mas untuk bekerja sama membantu pengungsi. Mereka membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Aceh. Kini, sudah 20 tahun pasca-bencana besar itu melanda. Pengalaman ini menunjukkan pentingnya belajar terus menerus dan mengaplikasikan cinta kasih dalam kehidupan nyata.
Hong Tjhin menekankan pentingnya mempertahankan momentum kebaikan. Menurutnya, target kuantitas donatur harus disertai kualitas yang baik, seperti yang telah dimasukkan dalam Program 2025.
Hong Tjhin juga mengingatkan untuk terus mempertahankan semangat kebaikan, mengutip pepatah "jangan mematikan api yang sudah menyala." Ia mengajak generasi penerus untuk melanjutkan kontribusi generasi sebelumnya.
Berbuat Kebajikan Membawa Sukacita dan Kepuasan
Tahun 2014 relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas bertekad mencapai 1 juta donatur (one million dream) yang tercapai pada tahun 2017. Salah satu tokoh penting yang mendukung pencapaian ini adalah Suryanto Bun, Pembina Xie Li Kalimantan Timur 1, Kalimantan Timur 2, Kalimantan Selatan 1, Kalimantan Selatan 2, dan Kutai Barat. Semua Xie Li di bawah binaanya mencapai 130 ribu donatur.
“Kalau ditanya siapa yang paling berperan untuk mencapai one million dream saya bisa sampaikan bahwa yang membuat saya semangat untuk mencapai adalah Franky Shixiong. Karena keyakinan beliau, seperti saya mendengar bagaimana membagi beras 50 ribu ton itu bisa, jadi saya memberanikan diri ditanya, apakah bisa tidak? Ya bisa. Jadi gak pikir dulu,” ucapnya tersenyum.
Suryanto Bun, Pembina Xie Li Kalimantan Timur 1 dan 2, Kalimantan Selatan 1 dan 2, serta Kutai Barat berbagi pengalamannya dalam menggalang donatur.
Suryanto Bun menyatakan bahwa bekerja di Sinar Mas merupakan kesempatan beruntung karena dapat membiayai keluarga dan menabung untuk akhirat. Hal ini sering dibagikan kepada tim PSM 3 di Kalimantan Selatan dan Timur.
Awalnya, menggerakkan relawan di Kalimantan Selatan tidak mudah. Namun, setelah bersatu hati, relawan dan staf berhasil menggalang banyak donatur. Peran Dharma Wanita (Dhawa) juga penting dalam perkembangan Tzu Chi di Kalimantan Selatan. Setelah disetujui oleh Franky Shixiong, Dhawa berkembang ke semua PSM.
Suryanto Bun mengapresiasi Dhawa PSM 3 yang telah melaksanakan 90% program kerja. Program kerja sudah terstruktur dengan KPI dan evaluasi rutin. “Saya pribadi juga sangat gan en dengan Dhawa PSM 3, kegiatan dan program yang sudah kita rencanakan dikerjakan, motornya oleh Dhawa,” tuturnya antusias.
Ia berbagi pengalaman bahwa sebagai pemimpin, memberikan contoh dan perhatian rutin sangat penting. Seperti kata perenungan kita harus bersumbangsih terlebih dahulu baru bisa menggerakkan orang lai. “Hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah donatur dari 130.000 (2016) menjadi 300.000 (2018) dan mencapai 871.000,” ujar Suryanto Bun disambut tepuk tangan meriah semua hadirin.
Relawan Dharma Wanita di Xie Li binaan Suryanto Bun menjadi garda terdepan dalam kegiatan Tzu Chi.
Sementara Suryanto Bun menyampaikan jika ladang cinta kasih yang dimiliki relawan sangat luas. “Jadi kami harapkan rekan-rekan yang di kebun baik staf maupun karyawan, mari kita berbuat kebajikan karena kalau kita lakukan ada satu sukacita, ada kepuasan yang tidak bisa kita gambarkan. Jadi mari kita menggerakkan rekan-rekan yang belum mulai coba kita dorong supaya berbuat kebajikan,” ajaknya.
Sementara Suryanto Bun menyampaikan jika ladang cinta kasih yang dimiliki relawan sangat luas. “Jadi kami harapkan rekan-rekan yang dikebun baik staf maupun karyawan mari kita berbuat kebajikan sehingga kalau kita lakukan ada satu sukacita, ada kepuasan yang tidak bisa kita gambarkan. Seperti waktu kita melakukan bakti sosial maupun kunjungan kasih. Jadi mari kita menggerakkan rekan-rekan yang belum mulai coba kita dorong supaya berbuat kebajikan,” ujarnya.
Menabur Kebaikan Menebar Cinta Kasih
Suhendra Wiriadinata, Pembina Tzu Chi APP, berbagi pengalaman sebagai pembicara terakhir. "Hari ini kita merayakan ulang tahun ke-20 Tzu Chi Sinar Mas, sebuah momentum yang patut disyukuri. Perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya kepedulian terhadap sesama yang telah tumbuh di keluarga besar Sinar Mas. Kepedulian ini diwujudkan dalam bentuk donatur cinta kasih dan relawan cinta kasih,” katanya.
Suhendra Wiriadinata, Pembina Tzu Chi Cabang Sinar Mas di APP juga berbagi pengalaman menggalang cinta kasih sejak 2017.
Pada 2017, target 1 juta donatur ditetapkan oleh Linda Widjaja. Suhendra melihatnya sebagai tantangan yang memotivasi. Mencapai target tersebut diyakini akan membawa dampak positif besar.
Suhendra Wiriadinata menuturkan, pada 2017, Ibu Linda Widjaja menetapkan target 1 juta donatur bagi kami. Saat itu, kami memiliki dua pandangan: khawatir tidak bisa mencapai target dan melihatnya sebagai tantangan. Kami yakin bahwa mencapai 1 juta donatur akan membawa dampak positif besar.
“Kalau sudah tercapai, pasti akan ada begitu banyak kehidupan yang akan kita bantu. Akan banyak donatur-donatur yang memiiki kesempatan menebar kebaikan. Akan banyak relawan-relawan yang berpartisipasi dalam kebaikan. Jadi sekali lagi proses ini juga tidak gampang,” tandasnya. “Kemudian pada 2023, kami mencapai pertumbuhan donatur sebesar 350 ribu donatur. Dalam perayaan tahun lalu, Franky Shixiong menyatakan bahwa APP memiliki potensi besar. Kami akan terus berupaya menebar kebaikan dan mencapai target tersebut.”
Pagi ini, mereka merayakan pencapaian target 650 ribu donatur di tahun 2024, melebihi target yang ditetapkan oleh Franky.
Suhendra bersama karyawan APP di Head Office Thamrin berkomitmen menggalang donasi.
“Kami optimis target 1 juta donatur akan segera tercapai. Dengan kerja sama, kami berharap target 3 juta donatur Tzu Chi Sinar Mas (TCSM) juga dapat direalisasikan,” ungkap Suhendra Wiriadinata optimis, “Kami mengajak seluruh pilar bisnis untuk saling mendukung dan memberikan inspirasi. Dengan kerja sama ini, kami percaya target 3 juta donatur akan segera tercapai. Hal ini akan membawa dampak positif besar, meningkatkan jumlah donatur cinta kasih, relawan, dan masyarakat yang merasakan kebaikan dan cinta kasih dari TCSM.”
Suhendra Wiriadinata juga mengajak relawan untuk berlomba menabur kebaikan. Menurutnya, Indonesia menawarkan kesempatan luas untuk berbuat baik karena banyak orang membutuhkan uluran cinta kasih. Ia menghimbau agar relawan menggunakan kesempatan ini untuk berbuat baik tanpa menunda. Baik sebagai donatur cinta kasih, relawan, atau keduanya, karena menabur kebaikan akan memberkati baik penerima maupun pemberi.
Suhendra juga mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen yang menyatakan bahwa sumbangsih dengan cinta kasih tulus dapat menyala pelita harapan di berbagai pelosok gelap di dunia.
Editor: Metta Wulandari