Minggu Budaya Humanis
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Raut wajah mereka terlihat begitu antusias, sangat polos dan lucu menanti waktu mereka maju ke depan panggung untuk menampilkan apa yang telah mereka pelajari. Sementara di barisan belakang, orang tua mereka melambai-lambaikan tangan dan menyertakan senyuman sebagai dukungan bagi putra-putri mereka yang akan tampil di depan. Tak jarang sebagian anak selalu menengok kebelakang untuk kembali melihat dan memanggil orang tua mereka, “Mami...,” begitu ucap mereka sambil masih melambai-lambaikan tangan. Pemandangan ini begitu mengharukan bagi saya dimana kasih sayang tercipta dimana-mana, senyum hangat juga mengembang di antara mereka dan juga saya yang menyaksikannya. Ajaran Syukur
Keterangan :
Dalam seminggu, anak-anak diajarkan banyak hal seperti diberikan permainan mengenai pentingnya rasa syukur dan kerjasama juga diajarkan mengenai sejarah Tzu Chi. “Bagaimana anak-anak dapat merawat diri mereka sendiri, bagaimana mereka menghargai bagian-bagian tubuh yang sempurna dan belajar merasakan bagaimana apabila tidak memiliki bagian tubuh yanh tidak sempurna, semua itu kita buat secara konkret jadi bukan cuma ngomong ke mereka kalau ‘kamu itu punya badan yang lengkap, kamu harus sayangi badan kamu’, jadi nggak cuma ngomong itu yang kita mau. Kalau kita cuma ngomomg, mereka mungkin akan iya-iya, tapi mereka nggak tahu dan nggak mengerti apa yang sebenernya dimaksudkan,” ujar Miss Ing. “Kemudian, kita juga mengajarkan kerjasama pada mereka, dimana diusia mereka yang sekarang masih sangat kecil, tingkat individualisme mereka masih tinggi. Dari sini kita coba untuk mereka agar kerjasama melalui kegiatan yang kita buat. Sehingga mereka menyadari bahwa mereka butuh bersosialisasi dengan teman. Games mengenai rasa syukur juga kita buat, contohnya saja kita membuat games tentang pensil 1 cm. Jadi setiap harinya mereka selalu memakai pensil yang bagus yang panjang, tapi disisi lain banyak anak lain yang masih menggunakan pensil kecil karena tidak mampu membeli pensil. Dari sini kita ingin mengajarkan rasa syukur dan menumbuhkan rasa terimakasih untuk apa yang mereka punya,” tambahnya lagi. Tur Aula Jing Si juga menjadi salah satu kegiatan yang diadakan, hal tersebut ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah Tzu Chi untuk anak-anak. “Agar mereka tahu bahwa sekolah Tzu Chi itu punya sejarah, jadi mengajarkan pada anak untuk tidak lupa pada sejarah. Mengenalkan apa Tzu Chi, asalnya dari mana.”
Keterangan :
Dalam kegiatan ini, terdapat pula beberapa karya seni dari anak-anak berupa gambar yang dipajang di bagian luar Guo Yi Ting. Beberapa hasil gambar ini telah dipilih oleh guru, gambar tersebut nantinya akan dikirimkan ke Taiwan untuk diikutkan dalam lomba gambar. “Sehubungan dengan humanistik, kita juga melatih kreatifitas anak untuk menciptakan gambar dengan tema berbakti. Gambar pilihan yang dipajang didepan nantinya akan kita kirim ke Taiwan untuk diikut sertakan pada lomba disana.” Menjadi Kebanggaan “Latar Belakang diadakannya Ren Wen Week sendiri adalah karena budaya humanis dan pembentukan karakter itu perlu kita bentuk dari masih kecil, maka dari itu segala sesuatu yang baik kita ajarkan di Sekolah Tzu Chi Indonesia ini. Yang tadi dikatakan bahwa kita nggak bisa instan untuk membuat sesuatu, jadi harus kita bentuk sedemikian rupa mulai keseharian, rutinitas hingga kita muncul ide bahwa kita ingin memberi tahu orang tua tentang apa sih sebenernya yang dipelajari anak-anaknya di sekolah, apa sih ren wen, apa sih budaya humanis. jadi dari orang tua dan anak terutama tidak hanya memiliki bayangan tentang karakter, tapi juga mengetahui apa karakter itu sebenarnya,” pungkas miss Ing. |
| ||
Artikel Terkait
Putus Asa Bukanlah Sebuah Pilihan
12 Maret 2018Bantuan untuk Pelayanan Kesehatan
23 September 2021Tzu Chi Medan memberikan bantuan 150 tempat tidur untuk RSUD dr. Pirngadi Medan. Bantuan ini disambut baik oleh pihak RSUD dr. Pirngadi Medan yang diterima langsung oleh dr. Suryadi Panjaitan selaku direktur pada Kamis, 9 September 2021.