Modal Dasar Pendidikan Tzu Chi

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Feranika Husodo (He Qi Utara), Hendra, Hendri, Kurniawan, dan Setjie (Rel. Dok. Tzu Chi)
 
 

fotoKetua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei memberikan nasi tumpeng kepada Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang juga Penanggung Jawab Misi Pendidikan Tzu Chi dalam Acara Syukuran Topping Off Sekolah Dasar Tzu Chi..

Setelah melakukan serangkaian acara mulai dari Konferensi Pers pada tanggal 27 September 2010 dan Soft Launching pada 2 Oktober 2010 lalu, pada Minggu, 14 November 2010 diadakan Acara Syukuran Topping Off (pemasangan atap) Sekolah Dasar Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara. Sekitar 500 orang yang terdiri dari relawan Tzu Chi, staf dari berbagai misi Tzu Chi (Sekolah Cinta Kasih, Yayasan, RSKB Cinta Kasih, DAAI TV) dan juga masyarakat umum menjadi saksi dimulainya pemasangan atap Sekolah Dasar Tzu Chi. Pembangunan sekolah ini memang dilakukan dengan cepat, tepat, dan berkualitas, dimana pembangunan gedung yang dimulai pada bulan Mei 2010 ini diharapkan pada bulan Juli 2011 (15 bulan) sekolah ini sudah dapat memulai aktivitas belajar mengajarnya.

Empat Hal yang Patut Disyukuri
Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang juga merupakan Penanggung Jawab Misi Pendidikan Tzu Chi, Franky O. Widjaja menyampaikan rasa bahagianya karena Tzu Chi School ini dibangun atas cinta kasih dari banyak orang. Dalam sambutannya, Franky O. Widjaja menyampaikan bahwa ada 4 hal yang patut disyukuri oleh insan Tzu Chi Indonesia. “Pertama, kita bersyukur dan berterima kasih kepada Master Cheng Yen, karena Master Cheng Yen telah membangun dunia Tzu Chi ini dan telah menyebarkannya ke seluruh dunia,” kata Franky, “kedua, kita bersyukur karena Tzu Chi School ini dibangun dari cinta kasih banyak orang. Ketiga, Kita memiliki tim manajemen yang baik dan guru-guru yang cakap dan dapat membawa misi pendidikan Tzu Chi untuk memberikan yang terbaik pada anak. Dan yang kempat,  kita bersyukur atas kepercayaan yang telah diberikan oleh orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini.”

Dari sisi hardware (fasilitas gedung dan sarana prasarananya), kualitas Tzu Chi School memang sudah tidak diragukan lagi. Namun bukan hanya keunggulan dari sisi fisik saja, Tzu Chi School juga mengedepankan dari sisi softwarenya, guru, murid, dan juga kurikulumnya. Di Sekolah Tzu Chi ini, selain mendapatkan ilmu pengetahuan, anak-anak juga memperoleh pendidikan budi pekerti. Menurut Franky, yang terpenting dari misi pendidikan Tzu Chi ini adalah bagaimana menuntun anak ini sedari kecil untuk memiliki sikap, karakter, dan budi pekerti yang baik. “Nah, di Tzu Chi ini juga banyak nilai-nilai yang bagus sekali (budi pekerti), seperti berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan adalah dua hal yang tidak bisa ditunda,” terang Franky.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan tertib dan khidmat relawan Tzu Chi berbaris untuk mengikuti Acara Syukuran Topping Of Sekolah Dasar. Ini merupakan salah satu ciri budaya humanis Tzu Chi. (kiri)
  • Acara Topping Off ini ditandai dengan mulai dicornya bagian atap Sekolah Dasar Tzu Chi pada Minggu, 14 November 2010. (kanan)

Di Tzu Chi School ini nantinya para siswa akan mendapatkan pelajaran budi pekerti setiap hari minimal 15 menit, dimulai dari Kata-kata Perenungan Master Cheng Yen yang kemudian diinterpretasikan di dalam pelajarannya. Para guru yang akan memberikan materi pelajaran budi pekerti ini didatangkan langsung dari Universitas Tzu Chi Taiwan. “Di Tzu Chi School ini kita lebih menekankan pada bagaimana pondasi seorang anak itu benar-benar kita poles atau bentuk sejak masih kecil, sehingga ketika dia sudah dewasa sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” kata Iing Felicia Joe, Kepala TK Tzu Chi School.

Selain budi pekerti, ciri khas lain dari Tzu Chi School ini adalah adanya pendidikan tentang lingkungan. Jadi, sejak kecil anak-anak ditanamkan rasa cinta kepada lingkungan dan juga belajar bagaimana menghargai berkah, bervegetarian, dan juga mendaur ulang sampah. “Daur ulang ini di Taiwan sudah sukses diterapkan, dan diharapkan di Indonesia bisa sukses juga. Daur ulang dari botol plastik minuman ini bisa di-reduce lagi, jadi dengan begitu dapat mengurangi pemakaian sampah plastik dan bisa mengurangi dampak global warming (pemanasan global). Inilah salah satu keunggulan dari Tzu Chi School ini dan diharapkan bisa diterapkan di masyarakat,” kata Franky O. Widjaja.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Sekitar 500 orang mengikuti Acara Syukuran Topping Off Sekolah Dasar Tzu Chi yang terdiri dari relawan, staf dari misi Tzu Chi, yayasan, DAAI TV, dan juga masyarakat umum.  (kiri)
  • Seusai acara Topping Off Sekolah Dasar Tzu Chi, para calon orang tua murid dapat melihat pameran Tzu Chi School sekaligus bertanya dan berdiskusi dengan pihak Tzu Chi Sekolah (Kepala Sekolah dan guru). (kanan)

Menjawab Tantangan Masa Depan
Tzu Chi School juga hadir untuk menjawab tantangan global saat ini, dimana saat ini banyak fenomena orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya keluar negeri. Dengan status sekolah yang bersifat internasional, Tzu Chi School bisa menjadi alternatif pilihan para orang tua yang menginginkan pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Karena merupakan sekolah yang bersifat internasional, bahasa Mandarin dan Inggris menjadi alat komunikasi yang penting. Karena itu, dalam sistem pengajarannya, bahasa pengantar yang digunakan di Tzu Chi School adalah 40% bahasa Inggris, 40% bahasa Mandarin, dan 20% bahasa Indonesia. “Pendidikan itu sangat penting, karena pendidikan tidak hanya menuntut ilmu, tetapi juga menanamkan kebajikan (budi pekerti). Ini sangat kita perhatikan semua, mulai dari hardware, software, pemilihan kepala sekolah, wakil, dan guru semua kita lakukan untuk mempersiapkan ini,” kata Mansjur Tandiono, Wakil Penanggung Jawab Misi Pendidikan Tzu Chi.

Kehadiran Tzu Chi School memang memberi warna berbeda dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini (pembelajaran budi pekerti dan pelestarian lingkungan), dan hal ini cukup menarik minat banyak para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di Tzu Chi School. Salah satunya adalah Susianti, warga Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara yang sengaja datang untuk mengikuti acara Topping Off dan pameran Tzu Chi School agar dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap sebelum mendaftarkan putranya. “Dari segi fasilitas dan gedungnya sudah tidak meragukan lagi, tetapi yang membuat saya tertarik adalah budi pekerti dan aktivitas sosialnya,” terang Susianti, “meski Tzu Chi School belum jalan, tetapi basicnya selama ini Tzu Chi kita sudah lihat, mulai dari aktivitas sosial, tata krama, dan budi pekertinya sudah bagus, jadi itu sudah suatu modal utama.”

  
 

Artikel Terkait

Menghibur Oma dan Opa di Panti Jompo

Menghibur Oma dan Opa di Panti Jompo

05 Maret 2024

Para relawan Tzu Chi Medan mengunjungi beberapa panti jompo di kota Medan guna berbagi kebahagiaan.

 Berawal dari Rasa Haru

Berawal dari Rasa Haru

12 November 2009 Sekitar tahun 2002, Ahri mulai mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui sebuah benjolan besar di punggungnya.
Bedah Buku: Sutra Hidup Manusia (Bagian 2)

Bedah Buku: Sutra Hidup Manusia (Bagian 2)

01 Oktober 2012 Kita harus bisa bersyukur atas apa yang telah kita miliki, tidak serakah dan tidak melekat terhadap apapun karena tiada yang kekal serta bisa menumbuhkan kebijaksanaan kita dengan hati yang tulus penuh welas asih tanpa pamrih.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -