Momen Kehangatan Anak dan Orang Tua

Jurnalis : Michelle A, Angelia, Evita (Tzu Shao), Fotografer : Angelia,Thania, Evita (Tzu Shao)

Minggu, 15 Mei 2015 kelas Budi pekerti Er Dong Ban mengajak para orang tua murid untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan perayaan Hari Ibu Internasional.

Minggu, 15 Mei 2016 kelas budi pekerti Er Dong Ban (anak SD) memulai kelas dengan tema Perayaan Hari Ibu. Acara yang dilaksanakan di Aula lantai 5 Sekolah Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini dihadiri oleh 161 anak bersama orang tua mereka masing-masing. Mereka terdiri dari 110 anak dari wilayah A ( He Qi Utara, He Qi Timur, dan He Qi Pusat) dan 51 anak dari wilayah B (He Qi Barat dan Tzu Chi Tangerang). Acara diawali dengan mencuci kaki, menyuguhkan the, dan memberikan surat kepada papa atau mama. Momen haru sangat terasa saat anak-anak mencuci kaki orang tua mereka.

Ernie Lindawati, koordinator kegiatan menerangkan dengan adanya kegiatan kelas budi pekerti ini anak-anak diharapkan dapat menyerap setiap pelajaran yang diberikan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan perubahan yang positif. “Penanaman budi pekerti sejak dini sangat penting karena membimbing  anak-anak ke arah yang lebih baik. Banyak anak yang mengikuti budi pekerti berarti kita (orang tua) juga turut menciptakan lingkungan yang baik pada anak-anak,” jelas Mei rong, sapaan akrabnya. Dalam memberikan pembelajaran, anak-anak disuguhkan dengan beberapa video inspirasi sebagai contoh nyata yang bisa dipraktikkan oleh anak-anak di kehidapan nyata mereka.

lebih lanjut Mei rong mengatakan tema hari ibu ini dipilih karena mengingat bahwa minggu kedua bulan Mei merupakan Hari Ibu Internasional. ”Ingin agar anak-anak ada satu hari untuk merayakan hari Ibu, tapi tujuan utama kita ialah bukan merayakan di hari H saja, tetapi mengimbau kepada anak-anak agar setiap hari ketika berada di  rumah terhadap orang tua harus seperti merayakan hari ibu,” ujarnya.


Elly Jenny, orang tua murid yang kini bergabung menjadi relawan pendamping sudah mulai paham apa saja yang dipelajari oleh buah hatinya di kelas budi pekerti Tzu Chi.

Pesan Cinta dari Mama Papa

Dalam kegiatan ini juga melibatkan para orang tua. Mereka menulis surat yang berisi harapan atau pun perasaan mereka kepada anak-anak. ”Diadakannya sesi surat, karena kadang-kadang kita sebagai orang tua ingin mengucapkan kata-kata kepada anak kita tetapi kadang susah untuk membuka mulut, jadi dengan cara ini perasaan mereka bisa diinprestasikan dengan surat dan lebih gampang untuk diserap oleh anak-anak,” ucap Mei rong.

Elly Jenny, relawan pendamping (Daai Mama) dari kelompok Zhi Zu merasa terharu adanya kegiatan ini. Elly datang ke kelas Er Dong Ban untuk menemani kedua anaknya: Nelson Davies(10) dari kelompok Zhi Zu 2 dan kakaknya Nicholas Luis (12) dari kelompok Shan Jie A2. Awalnya ia diajak oleh atasannya yang juga merupakan relawan Tzu Chi. Setelah dijelaskan bahwa kelas budi pekerti Tzu Chi mengajarkan etika dan budi pekerti, Ibu rumah tangga ini pun menjadi yakin untuk memasukkan anaknya yang pertama di kelas budi pekerti Qing Zi Ban.

Selama enam tahun anaknya belajar di kelas budi pekerti Tzu Chi, Elly dapat merasakan perubahan yang terjadi kepada anak sulungnya, Nicholas. “Dulu saya banyak bawelin. Anak saya suka main game, susun buku mesti dipanggil, mandi mesti dipanggil, makan juga mesti dipanggil. Sekarang, kalau dia tahu maminya lagi sakit, dia bilang ‘udah, mami tidur aja’. Jadi pas tengah malam bangun saya lihat mejanya sudah bersih, piringnya sudah dicuci. Taunya sudah dicuci anak saya. Waktu itu dia masih kelas 5,“ ujar Elly penuh bangga.

Untuk mengakrabkan diri dengan buah hati, Elly pun bergabung menjadi relawan pendamping di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Dengan bergabung di kegiatan tersebut, Elly dapat merasakan manfaat dengan menjadi daai mama di kelas budi pekerti. Sebelumnya ia hanya mengantar anaknya dan tidak mengikuti acara. “Sekarang saya bisa tahu anak saya di sini belajar apa, kadang kalau pelajaran dipisah saya tanyain hari ini dapat apa,” jelas Elly.

Di kelas sebelumnya, Elly diberi kesempatan untuk menulis surat yang hari itu diberikan kepada anak-anaknya. “Saya minta maaf karena sudah banyak ngomel, suka marah, tapi semuanya kan balik lagi emang saya sayang sama mereka. Saya harap mereka bisa berhasil jadi anak yang baik, bukan hanya ekonominya tetapi juga sifatnya baik, bicaranya juga sopan,” terang Elly menjelaskan isi surat yang ia tulis. “Saya agak tersentuh waktu anak saya baca surat. Anak saya yang kecil jarang nangis, ekspektasi saya yang gede yang nangis. Tapi hari ini yang kecil yang nangis, karna selama ini yang kecil yang agak susah diatur,” ucapnya penuh haru.

Elly juga merasa tersentuh saat menonton film pendek yang berisi tentang wawancara pekerjaan yang sangat berat yang hanya bisa dilakukan oleh seorang ibu. “Pas film pertama ingetin saya sama mama saya, memang jadi ibu itu tidak semudah yang dibayangin,”papar Elly. Ibu tiga anak tersebut juga memiliki hubungan yang cukup baik dengan ibunya. “Hampir setiap hari ketemu (ibu saya) karena anak saya yang paling kecil dia yang jaga. Setelah menonton film itu saya jadi merasa harus lebih perhatian. saya mesti lebih hormat sama orang tua, dan berusaha untuk tidak terlalu bawelin anak,”pungkas Elly.


Bagi Anita dengan bergabungnya ke dalam barisan relawan memberikan beberapa perubahan positif bagi keluarganya.

Prosesi Cuci Kaki Ibu

Anita, salah satu orang tua murid yang menemani anak tunggalnya mengikuti kelas budi pekerti menjelaskan jika kegiatan kali itu merupakan pengalaman yang kedua baginya mengingat bahwa ia baru bergabung di kelas budi pekerti untuk menemani anaknya tahun lalu. Awalnya ia mendengar jika ada kelas budi pekerti di Tzu Chi melalui temannya yang mengatakan bahwa dengan ikut kelas budi pekerti ini anaknya mengalami perubahan menjadi lebih positif. Karena itu Anita pun juga ingin sekali agar ia dan anaknya, Eric dapat bergabung di kelas budi pekerti Tzu Chi. ”Saya mencari informasi mengenai kelas budi pekerti ini sampai tiga tahun. Akhirnya, saya bertemu dengan relawan Tzu Chi, Qiu Lan saat ada acara amal di Summarecon Mal Serpong. Dari sanalah saya ikut bergabung di komunitas Tzu Chi,” jelas Anita.

Perubahan positif pada anaknya pun ia rasakan. “Dulu, dia suka membentak dan tidak mau mendengar, lalu suka membalas ucapan kita. Sekarang, meskipun dia tidak suka tetapi dia secara tidak langsung tetap melakukan apa yang kita suruh,” ucap Anita.

Anita juga seorang daai mama. Keaktifannya ini memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Anita. ”Walaupun saya menjadi ibu rumah tangga yang banyak kesibukannya, tapi saya merasa ada yang hilang jika tidak mengikuti kegiatan Tzu Chi. Saya  merasa terpanggil untuk mengikuti kegiatan walaupun saya tidak diharuskan untuk mengikuti. Pulang dari kegiatan itu hati saya merasa lega dan tenang,” jelas Anita. Tidak hanya sang buah hati yang mengalami perubahan, suaminya juga perlahan mulai mendukung dirinya bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Seperti tadi, ia rela mengantar dan menunggu saya untuk mengikuti kegiatan ini. Yang penting, saya bisa mengatur waktu untuk kegiatan Tzu Chi dan juga untuk keluarga. Waktu Eric pertama kali masuk dia tidak nyaman, tetapi lama kelamaan ia mulai merasa nyaman,”sambungnya.

Dengan mengikuti kegiatan prosesi cuci kaki, Anita merasa senang namun juga terharu. Hal ini dikarenakan anaknya bisa melakukan kegiatan yang orang jarang lakukan. Bahkan ia pun belum pernah berbuat seperti itu kepada orang tuanya. Maka itu Anita merasa sedih karena belum bisa melakukan itu. “Saya ingin juga menerapkan ini pada kehidupan saya karena itu adalah hal yang wajib dilakukan seorang anak,” ucap Anita.

Dengan terjalinnya hubungan yang baik antara orang tua dengan anak pada perayaan hari ibu tersebut, Mei Rong berharap para anak dan orang tua semakin lebih erat hubungannya dan Dharma Master Cheng Yen dapat mereka serap sehingga hubungan mereka menjadi lebih harmonis dan berbahagia. 


Artikel Terkait

Perayaan Hari Ibu: Kasih Ibu Sangatlah Berharga

Perayaan Hari Ibu: Kasih Ibu Sangatlah Berharga

22 Desember 2023

Setangkai bunga mewakili banyak hal. Itu pula yang dilakukan 27 siswa kelas 5 SD Eka Tjipta Perdana untuk orang tua mereka pada perayaan Hari Ibu.

Perayaan Hari Ibu di Batam

Perayaan Hari Ibu di Batam

05 Juni 2012 Membalas budi orang tua atas pengorbanan yang mereka lakukan kepada kita, itulah yang ingin kita sampaikan dalam kegiatan Hari Ibu yang diadakan oleh Kantor Perwakilan Tzu Chi Batam.
Bakti Kami Untuk Orang Tua

Bakti Kami Untuk Orang Tua

09 Februari 2015 Di awal tahun 2015 ini, perayaan hari ibu kembali dilakukan oleh Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas setelah sebelumnya kegiatan ini dilakukan di Wilayah Perwakilan Kalimantan Timur pada 21 Desember 2014 lalu kegiatan yang sama kembali dilakukan pada 10 Januari 2015  secara serempak di empat wilayah perwakilan yang berbeda.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -