Cindy Chainata, PIC kegiatan Saranghae ikut andil membimbing adik-adik berkebutuhan khusus mewarnai tote bag.
“Cinta kasih adalah hal paling bernilai dalam kehidupan.” Kutipan Master Cheng Yen ini menjadi inspirasi bagi relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) dalam menghidupkan semangat cinta kasih di tengah masyarakat. Salah satu wujud nyata dari nilai tersebut adalah melalui kegiatan Saranghae (Sharing and Giving Happiness), sebuah kunjungan kasih yang dilaksanakan pada Minggu, 15 Desember 2024, di Yayasan Bhakti Luhur Citra Raya, Tangerang, Banten.
Kunjungan ini menjadi momen spesial, terutama menjelang perayaan Natal, sebagai sarana untuk menjalin silaturahmi, berbagi kebahagiaan, dan melayani tanpa memandang suku, ras, atau agama.
Suster Yustin menyampaikan kata sambutan di Aula Yayasan Bhakti Luhur Citra Raya.
Yayasan Bhakti Luhur adalah rumah bagi masyarakat berkebutuhan khusus, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dalam sambutannya, Suster Yustin, salah satu pengurus yayasan, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kehadiran relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang telah meluangkan waktu untuk membawa kebahagiaan. Ia juga menjelaskan visi Yayasan Bhakti Luhur, yaitu membimbing anak-anak menjadi pribadi yang mandiri. “Kami mendidik mereka dengan penuh disiplin agar setidaknya (mereka) mampu memahami perintah sederhana dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Suster Yustin.
Kehangatan dalam Kegiatan Saranghae
Sebanyak 15 relawan Tzu Ching dan 15 relawan kembang (relawan rompi) bergabung dalam kegiatan ini, menjalin jodoh baik dengan 64 teman-teman berkebutuhan khusus di yayasan. Dengan tema Sharing and Giving Happiness, acara berlangsung meriah melalui kegiatan ice breaking dan mewarnai tote bag yang penuh canda tawa.
Teman-teman dari Yayasan Bhakti Luhur antusias menarikan lagu Baby Shark untuk ditampilkan kepada relawan Tzu Ching.
Cindy Chainata, penanggung jawab acara, mengungkapkan bahwa kegiatan kali ini memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya. “Melayani teman-teman berkebutuhan khusus itu spesial. Kami harus menyesuaikan situasi di lapangan, sehingga tidak mungkin menghindari kesalahan sepenuhnya,” ujarnya. Meski demikian, ia merasa terharu melihat semangat para relawan. “Aku senang sekali melihat para Tzu Ching tidak ragu untuk berbaur dengan anak-anak di sini,” tambah Cindy.
Salah satu momen yang paling dinanti adalah sesi mewarnai tote bag. Para Tzu Ching menyiapkan perlengkapan seperti spidol dan pensil warna serta tas kecil bertema Natal untuk diwarnai. Kegiatan ini bertujuan melatih motorik dan fokus anak-anak.
Meski tampak sederhana, sesi ini menghadirkan tantangan tersendiri. Beberapa anak mengalami kesulitan dalam memilih warna atau menjaga agar pewarnaan tidak keluar dari garis. Para relawan dengan sabar membantu mereka satu per satu, mendampingi tanpa sekat sosial, menciptakan suasana yang hangat dan inklusif.
Angeline Felicia (kiri) dengan sabar memberikan perhatian saat sesi mewarnai tote bag.
Angeline Felicia, relawan kembang yang sedang menempuh studi di Tangerang, berbagi pengalamannya. “Aku bahagia karena anak-anak merespons dengan sangat baik. Kami tidak hanya membantu mereka, tetapi juga bekerja sama. Rasanya saling melengkapi,” ungkap Angeline. Walau baru pertama kali terlibat dalam kegiatan sosial Tzu Ching, ia berhasil membimbing tiga anak sekaligus, sesekali memberikan pujian untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Selain berbagi kebahagiaan, para relawan juga mendapatkan pelajaran berharga dari kunjungan ini. Ketulusan para suster yang mendedikasikan hidupnya untuk mendidik anak-anak agar mandiri serta senyuman dari wajah teman-teman di Yayasan Bhakti Luhur menjadi pengingat akan makna sejati cinta kasih.
Foto bersama relawan Tzu Ching, relawan kembang, Suster Yustin, dan teman-teman Yayasan Bhakti Luhur.
Melalui kegiatan ini, para muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) belajar untuk mencintai sesama tanpa pamrih dan terus mengembangkan diri agar dapat membantu lebih banyak orang. Momen kebersamaan ini menjadi akhir tahun yang penuh makna, menyemai benih cinta kasih yang abadi di hati setiap relawan.
Editor: Anand Yahya