Muda-Mudi yang Peduli

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Gou Go Siang, Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

foto Hok Lay dan Agus Yatim, 2 orang relawan Tzu Chi ini menjelaskan tentang pemilahan sampah daur ulang kepada para mahasiswa Universitas Bina Nusantara di Posko Daur Ulang Muara Karang, Jakarta Utara.

“Bila mampu menyayangi bumi, menghargai kehidupan, mengurangi nafsu keinginan, dan menjaga pola hidup sederhana, bumi akan berkembang ke arah yang lebih baik dan membuat semua makhluk hidup memiliki hidup yang aman, damai, dan indah.”

(Master Cheng Yen)

 

Jalinan jodoh dengan Tzu Chi memang dapat berasal dari mana saja. Rika, salah seorang mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta telah cukup lama mendengar berbagai hal yang baik tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Memasuki dunia maya, Rika pun mendapati website Tzu Chi dan kemudian menghubungi kantor yayasan yang berada di Gedung ITC Mangga Dua Jakarta. “Saya dan teman-teman ingin mencoba tahu lebih banyak tentang Tzu Chi, dan terlebih lagi tentang daur ulangnya,” ujar Rika. Begitu bersemangatnya seorang Rika untuk mengoordinir teman-temannya yang merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. “Sebelumnya, karena kami takut telat di hari H-nya, kami survei dulu. Ada 3 orang teman kami, Henry, Beny, dan Sofian yang pada dua hari sebelumnya sudah mencari tempat ini,” kata Rika lebih lanjut.

Produk dari Bahan Daur Ulang
Pada tanggal 8 Januari 2011 lalu, datanglah 15 orang mahasiswa Universitas Bina Nusantara ke Posko Daur Ulang Tzu Chi Muara Karang, Jakarta Utara. Kehadiran mereka telah ditunggu oleh beberapa relawan. “Begitu datang, kesan saya ini depo daur ulang tapi bersih,” ujar Arfian memuji. Adenan Shixiong, relawan Tzu Chi menjelaskan tentang pelestarian lingkungan dan konsep daur ulang yang merupakan dasar yang dianut insan Tzu Chi. Polin Shixiong pun menunjukkan pada mereka contoh syal yang terbuat dari botol plastik minuman. “Syal ini merupakan contoh saja, tetapi sebenarnya masih banyak jenis baju yang dibuat oleh Da Ai Technology di Taiwan. Semuanya terbuat dari botol bekas minuman,” terang Polin. “Selama ini saya kalau beli barang ya beli aja, kalau udah nggak pakai ya buang aja. Ternyata di Tzu Chi, saya diperkenalkan konsep Reuse dan Rethink. Dua dari konsep 5 R (Re-Think: memikirkan kembali, Reduce: mengurangi, Reuse: menggunakan kembali, Repair: memperbaiki, dan Recycle: mengolah kembali),” lanjutnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebelum melakukan pemilahan sampah daur ulang, para mahasiswa dari Binus ini mendapatkan penjelasan tentang konsep pelestarian lingkungan dari relawan Tzu Chi. (kiri)
  • Para mahasiswa dari Binus ini berencana untuk mengumpulkan botol-botol plastik di tempat kos mereka dan turut menjadi relawan daur ulang di komunitas mereka. (kanan)

Presentasi yang sangat menginspirasi pun dilanjutkan dengan praktik pemilahan. “Di sini kita bisa melakukan tindakan nyata. Selama ini kan kita tahunya kita harus lindungi bumi, tapi tindakan nyata daur ulangnya ya cuma gitu-gitu aja. Ternyata setelah dijelaskan oleh Hok Lay Shixiong, saya jadi tahu, pemilahan tuh nggak sederhana. Banyak proses yang dilakukan,” ujar Rika. “Ternyata styrofoam yang biasa kita pakai nggak bisa didaur ulang!” ujar Arfian terkaget-kaget.

Tim yang terdiri dari 3 orang pun kemudian disebar dan secara bergantian mendapat giliran di masing-masing tipe daur ulang. “Tadi saya injek-injek botol, terus buka-bukain tutupnya, terus juga bersihin gelas plastik. Pas waktu memilah kertas, ternyata putih dan yang bukan putih harus dipisah,” ujar Arfian.

foto  foto

Keterangan :

  • 'Kertas putih dipisahkan dengan yang berwarna," jelas Polin, relawan Tzu Chi sewaktu mengarahkan para mahasiswa ini. (kiri)
  • "Cape tapi senang, karena mendapat banyak pengetahuan yang sangat beranfaat," ujar Rika, mahasiswa Binus yang berinisiatif mengajak rekan-rekannya melakukan pemilahan daur ulang di Posko Daur Ulang Tzu Chi Muara Karang. (kanan)

Kegiatan pemilahan daur ulang selesai pada pukul 13.00 WIB. Makanan vegetarian pun telah siap tersedia. Beberapa dari mahasiswa itu ternyata sudah cukup mengenal makanan vegetarian. “Di dekat kampus ada restoran vegetarian. Nanti kita (juga) mau coba makan sama-sama,”  janji Rika. “Ke depannya, kita akan mulai milah-milah sampah dari kamar kos kita, terus rencananya kita mau keliling di sekitar tempat kos kita ngumpulin botol, supaya kita mulai lakuin pemilahan. Jadi dimulai dari kecil dulu,” ujar Arfian yang berasal dari Pulau  Natuna, Kota Ranai, jauh di ujung Kepulauan Riau.

Muda-mudi merupakan harapan masa depan. Dengan adanya mereka yang peduli, titik cerah bumi semakin terlihat. Ayo mari bersama-sama lindungi bumi. Di mana lagi kita akan hidup, jika bukan di bumi. Sayangi bumi, hargai kehidupan dan berpola hidup sederhana, maka akan menjadikan kita sebagai pelindung bumi yang sejati.
  
 

Artikel Terkait

Sembako Cinta Kasih Menjelang Hari Raya

Sembako Cinta Kasih Menjelang Hari Raya

11 Mei 2021

10 panti asuhan di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang menerima bakti sosial pembagian sembako cinta kasih dari DAAI TV Medan.

My Dream di Medan: Memotivasi Para Difabel dan Mengetuk Hati para Donatur

My Dream di Medan: Memotivasi Para Difabel dan Mengetuk Hati para Donatur

02 Agustus 2019

Para seniman yang tergabung dalam My Dream berasal dari latar belakang dan keterbatasan yang beragam. Walaupun mengalami keterbatasan, mereka mampu bangkit dan menjadi seniman kelas dunia. Mereka memotivasi para penyandang disabilitas dalam Coaching Clinic pada Kamis, 1 Agustus 2019 di Medan.

Doa untuk Keselamatan

Doa untuk Keselamatan

05 Mei 2011
Dengan khusyuk para relawan berdoa agar pada saat Hari Waisak nanti diberi kelancaran dan keberkahan karena di hari yang suci tersebut diharapkan akan membawa kebaikan dari Buddha dan Dharma.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -