Mulai dari Diri Untuk Masa Depan Bumi

Jurnalis : Susilawati Ng (Tzu Chi Medan), Fotografer : Endang Kamal (Tzu Chi Medan)
 
foto

Para siswa dengan antusias mempraktikkan daur ulang di posko daur ulang Tzu Chi Medan. Dengan kegiatan bersama ini, melestarikan lingkungan terasa menyenangkan.

Kamis, 26 Maret 2009, Yayasan Perguruan Kristen Tri Murni Jl. K.L. Yos Sudarso km 6.5 Medan, berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan. Tujuan kunjungan mereka kali ini supaya siswa-siswi dapat melihat langsung kegiatan daur ulang Tzu Chi. Harapannya, setelah itu timbul kesadaran dan kecintaan dalam hati generasi muda akan bumi ini dengan melakukan pelestarian lingkungan. Begitu banyak sampah yang dihasilkan manusia setiap hari di muka bumi ini. Padahal, sebagian dari sampah tersebut masih bisa didaur ulang dan bisa dimanfaatkan kembali. Untuk itu kita perlu mengenali jenis-jenis sampah, bagaimana memilahnya, dan apa saja dampak serta manfaat dari sampah tersebut.

Acara dimulai pukul 08.00 WIB. Siswa-siswi membentuk barisan yang rapi dengan didampingi 7 guru menuju ke aula. Pertama-tama 94 anak belasan tahun ini mendengarkan presentasi tentang pemanasan global (Global Warming). Ekspresi geli terpancar dari wajah siswa siswi beserta guru ketika menyaksikan slide beruang kutub yang sedang mencukur sendiri bulunya karena kepanasan. Apakah nasib beruang kutub ini akan menimpa manusia di kemudian hari? Sebaiknya tidak. Slide tentang dampak pemanasan global yang ditampilkan kemudian terlihat membuat siswa sangat terkejut dan prihatin. Namun pandangan positif dan harapan untuk memperbaiki keadaan disampaikan lewat penayangan video ceramah Master Cheng Yen berjudul ”Melindungi Bumi Melalui Pelestarian Lingkungan”. Para siswa dan staf guru tampak seksama mendengarkan pesan yang disampaikan oleh Master Cheng Yen yang intinya bahwa alam telah memberi banyak sekali keindahan, kebahagiaan, dan kenikmatan. Hanya sungguh disayangkan, umat manusia kurang menghargainya. Akibatnya, terjadi bencana demi bencana yang sesungguhnya disebabkan oleh ketamakan manusia itu sendiri.

Selanjutnya, para relawan menyuguhkan peragaan isyarat tangan berjudul Setiap Orang Melakukan Daur Ulang yang isinya mengajak setiap orang untuk ikut serta dalam melakukan pelestarian lingkungan, dengan tidak membuang sampah sembarangan, sehingga bumi kita ini menjadi bersih dan nyaman untuk tempat bernaung.

foto  foto

Ket : - "Mainan anak-anak yang masih bagus tidak didaur ulang tetapi bisa diberikan kepada anak-anak dari
           keluarga kurang mampu," demikian penjelasan seorang relawan kepada para siswa. (kiri)
         - Seorang relawan memberi petunjuk kepada para siswa bagaimana memilahi sampah dari bahan kertas
           dan plastik. Diharapkan para siswa dapat mempraktikkan pengetahuan baru mereka ini di rumah
           dan sekolah.(kanan)

Sewaktu tiba sesi mengumpulkan dan memilah sampah, para siswa terlihat begitu antusias dan gembira karena ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka. Padahal teriknya sinar matahari cukup menyengat kulit. “Selama ini anak didik kami hanya dibekali ilmu pengetahuan teori, mereka belum begitu paham apa itu dan bagaimana pelestarian lingkungan itu. Melalui kunjungan kami ini, anak-anak bisa belajar langsung dari praktik nyata. Karena pengetahuan yang akan disampaikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi sangat bermanfaat untuk kehidupan kita sekarang dan masa yang akan datang. Kami atas nama Yayasan Perguruan Kristen Tri Murni, dan semua guru di sini mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi. Mudah-mudahan kerjasamanya tidak hanya sampai di sini dan semoga sekolah-sekolah lain, juga bisa melakukan kunjungan yang sama seperti yang kami lakukan,” tutur Emmi Hutasoit, guru biologi dan Humas dari SMP dan SMA Tri Murni dalam acara sharing.

Tiffanny, seorang siswi kelas 3 SMA, “Acara ini sangat bagus. Saya bisa terjun langsung dalam pelestarian lingkungan ini. Saya jadi tahu sampah mana yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak, sehingga bisa memperluas pengetahuan saya tentang jenis sampah dan cara memilahnya. Saya berterima kasih kepada guru-guruku yang telah mengajak saya dan teman-teman saya lainnya berkunjung ke Tzu Chi.”

foto  

Ket : - Sebelum acara makan siang di mulai, para siswa diberi waktu untuk menceritakan perasaan dan
           pengalaman mereka selama mengikuti acara tersebut.

Kegiatan ditutup dengan makan siang dan foto bersama jam 14.00. Endang Kamal Shixiong, seorang relawan mengharapkan agar selepas acara ini siswa-siswi dapat menyebarkan informasi tentang daur ulang kepada saudara, orangtua, dan lingkungannya untuk dapat melakukan hal yang sama dalam melestarikan lingkungan. “Marilah kita mulai dari diri sendiri untuk giat memilah sampah dan ubah kebiasaan buruk kita dengan tidak banyak memakai barang-barang yang sulit didaur ulang dan tidak membuang sampah sembarangan. Siswa-siswi bisa mulai memilah sampah yang ada di lingkungan sekolah. Setelah dipilah, mereka bisa sumbangkan ke Tzu Chi ataupun dijual ke para pengumpul barang bekas, dan dana yang terkumpul bisa dialokasikan untuk kegiatan operasional sekolah, seperti koperasi,” pesannya. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen “Sampah Menjadi Emas, Emas Menjadi Cinta Kasih”.

 

Artikel Terkait

Desa Kecil Cinta Kasih Besar

Desa Kecil Cinta Kasih Besar

27 Juni 2011
Desa Tualang adalah salah satu desa yang mempunyai penduduk terpadat dengan total penduduk sekitar 12.000 jiwa dan banyak diantaranya hidup dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, sehingga masalah kesehatan pun menjadi terabaikan.
Peduli Sesama Dengan Membagikan Sembako

Peduli Sesama Dengan Membagikan Sembako

20 April 2020

Pada Sabtu 18 April 2020 pukul 09.00 WIT diadakan Baksos Pembagian Sembako oleh Tzu Chi Biak bekerja sama dengan Polres Biak Numfor, PSMTI dan Perbankan di Bandara Frans Kaisepo dan dermaga ASDP Mokmer di Biak, Papua.

Jangan Menunda Lagi

Jangan Menunda Lagi

07 Oktober 2011 Selain misi budaya humanis, penggalangan dana dan pelestarian lingkungan Tzu Chi, para peserta juga diajarkan mengenai pertobatan. Bertobat itu sendiri lebih diartikan bagaimana kita menyadari dan memperbaiki kesalahan kita. Kesalahan yang besar mungkin dapat kita perbaiki, tetapi sebuah kebiasaan buruk sangatlah susah untuk dihentikan.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -