Murah dan Bergizi
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
|
| |
Murah dan Bergizi Tinggi Harga yang terjangkau dengan asupan gizi yang cukup membuat para pekerja merasa sangat terbantu. Salah satunya seperti yang dituturkan oleh Suharto, selama sebulan bekerja di pembangunan Aula Jing Si, Suharto bisa berhemat biaya makannya. Bila dalam sekali makan ia harus mengeluarkan Rp 7000 sampai Rp 8000, tetapi dengan program makan sepuasnya di kantin Aula Jing Si ini ia bisa menghemat separuhnya. “Daripada makan di luar, lebih baik makan di sini lebih hemat,” katanya.
Ket: - Menurut Rui Ying, Ketua He Qi Selatan, kegiatan ini selain meringankan beban pekerja juga untuk mengembangkan budaya humanis Tzu Chi. (kiri). Keuntungan yang sama juga dirasakan oleh Kurniawan. Pria asal Bandung yang baru 2 minggu bekerja di tempat ini, mengaku tidak merasa kekurangan asupan gizi lantaran makanan yang disediakan di kantin sudah memenuhi standar gizi yang dibutuhkannya. “Kita kan kerja berat, butuhin standar gizi. Kalau makan di luar yang standar gizi itu bisa Rp 7000. Tapi di sini Rp 3500 udah standar gizi dan bisa makan sepuasnya,” katanya. Bahkan, ia berharap Tzu Chi bisa meyediakan makan malamnya dengan program yang sama. “Kalau bisa mah saya usulkan makan kayak gini setiap siang dan sore,” kata Kurniawan. Menurut Rui Ying, untuk mencegah kejenuhan menu, relawan Tzu Chi mengatasinya dengan memberlakukan giliran memasak kepada setiap He Qi (Barat, Utara, Timur, dan Utara). Setiap hari akan diisi dengan He Qi yang berbeda-beda, yang tentunya berimbas pada menu yang bervariasi. Sejak bulan Oktober 2009, He Qi Selatan sedikitnya telah 5 kali mengisi kegiatan ini.
Ket: - Menurut Kurniawan, selama dua minggu ia bekerja di proyek pembangunan Aula Jing Si, ia merasa sangat terbantu dengan adanya program kupon makan sepuasnya. (kiri). Lebih lanjut Rui Ying menerangkan bahwa tujuan kegiatan ini sesungguhnya adalah untuk mengembangkan welas asih. Dengan bervegetarian secara langsung, pemasak (koki) tidak terlibat dengan pembunuhan makhluk hidup, sedang para konsumennya secara tidak langsung telah ikut melestarikan lingkungan dan mencegah pembunuhan makhluk hidup. “Kita kembangkan, biar mereka pelan-pelan mengurangi kebiasaan yang kurang bagus. Jadi utamanya adalah kita mengembangkan budaya humanis,” terangnya.
.
| ||
Artikel Terkait

Cinta Kasih yang Berkembang
09 Desember 2009
Setetes Darah yang Berharga
11 April 2009 Sebelum mendonorkan darahnya, setiap calon pendonor melalui tahapan prosedur screening, antara lain: mengisi formulir riwayat kesehatan, pengecekan konsumsi obat pendonor, prasyarat berat badan, tes Hb (hemoglobin), dan tekanan darah. Penyaringan tersebut dibutuhkan untuk memastikan kelayakan darah yang disumbangkan demi keamanan bagi pendonor serta penerima donor darah.