My Dream: Meneladani Spirit My Dream Melalui Tarian Bodhisatwa Seribu Tangan

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Arimami SA

doc tzu chi

Liu Yidan (paling depan) bersama 20 penari lainnya saat menampilkan Tarian Bodhisatwa Seribu Tangan. Ekspresi yang kuat ditunjukkan baik pada mata dan juga tangan melalui gerakan yang bervariasi. 

Lentiknya jemari Liu Yidan bersama 20 penari lainnya saat menampilkan Tarian Bodhisatwa Seribu Tangan memukau ribuan penonton di Tzu Chi Center Jakarta, Sabtu, 29 Juli 2017. Koreografinya yang atraktif selaras dengan musik yang mengalun indah. Setiap gerakannya merupakan ketukan irama dari lubuk hati para penarinya.

Tarian Bodhisatwa Seribu Tangan bercerita tentang Bodhisatwa Guan Yin, atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Dewi Kwan In. Guan Yin memiliki seribu tangan yang menandakan kemampuannya menolong orang-orang yang membutuhkan. Tiap tangannya dilengkapi dengan mata yang membuatnya mampu mengawasi dunia.

Tarian Bodhisatwa Seribu Tangan ini dibawakan oleh para penari yang tidak bisa mendengar. Karenanya tantangan bagi penari adalah musik, ritme, dan gerakan. Ketiganya dapat mereka atasi dengan melihat instruksi dari guru bahasa isyarat yang berdiri di sisi kanan. Bagi para penari, melihat guru bahasa isyarat itu seperti mendengar musik.

Usai menyaksikan pementasan My Dream, Fang-Fang makin percaya diri.

Sontak para penonton pun dibuat haru. Misalnya Fang-Fang (35) yang kebetulan memiliki keterbatasan dalam berjalan sehingga harus menggunakan sepasang tongkat.

“Bagus sekali, saya sebelumnya sudah lihat di Youtube karena penasaran. Dan benar ternyata, bagus sekali. Terharu juga bagaimana mereka bisa kompak. Melihat pertunjukan ini, dengan kondisi yang seperti ini, saya lebih percaya diri lagi, tidak pantang menyerah,” kata Fang-Fang yang bekerja sebagai teknisi servis telepon seluler.

CEO DAAI TV Indonesia, Hong Tjin juga mengagumi bagaimana 21 penari yang tidak bisa mendengar dan berbicara ini dapat menampilkan tarian yang rumit dengan sangat baik.

“Kalau kita melihat My Dream, salah satu andalannya adalah tarian seribu tangan Bodhisatwa Kwan In yang mengulurkan tangan untuk membantu, untuk mencabut penderitaan dari semua makhluk. Yang memperagakan adalah 21 orang dengan tunarungu dan tunawicara. Tentu tidak mudah untuk menghasilkan kekompakan. Perjuangan mereka sungguh luar biasa, kekompakan hasil dari kerja keras bertahun-tahun, ketekunan dan keuletan,” ujarnya.

CEO DAAI TV Indonesia, Hong Tjin juga mengagumi daya juang yang ditunjukkan tim My Dream dalam pementasannya. My Dream telah tampil di 97 negara. Kali ini My Dream datang ke Indonesia dalam rangka ulang tahun DAAI TV Indonesia yang kesepuluh.


Selain tarian, My Dream juga menampilkan nyanyian, opera, dan juga drama musikal. 

Mengetahui banyak penonton yang terharu, Liu Yidan yang berperan sebagai Bodhisatwa Guan Yin mengungkapkan perasaannya, dan berharap penonton dapat membawa pulang spirit dari tarian yang dibawakannya.

“Sebenarnya saya dengan orang lainnya itu sama. Saya juga memiliki cinta kasih, jadi asalkan hati anda memiliki cinta kasih, tersentuh, anda akan memiliki seribu tangan dan mengulurkan seribu tangan untuk orang lain, untuk membantu orang yang membutuhkan,” ujar Liu Yidan melalui bahasa isyarat tangan. 

Liu Yidan dapat memahami bahwa beban hidup yang dirasakan orang lain berbeda-beda. Namun cara yang dapat membuat hidup terasa lebih indah adalah bersyukur.

“Mungkin sekarang tekanan kehidupan lebih besar, harus menghadapi banyak beban dan tekanan batin. Tuhan pernah menutup pintu hati saya, tapi membukanya sekali lagi untuk membuat saya dapat mencintai kehidupan dan membuat saya memiliki harapan yang sangat besar untuk kedepannya. Saya harap semoga semua orang dapat memiliki rasa syukur dan jangan terus bersedih agar bisa melihat dunia yang lebih indah. Semoga dunia juga dapat menjadi lebih indah,” tambahnya. 


Artikel Terkait

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -