Naluri Seorang Ibu
Jurnalis : Daniel Angkasa (Tzu Chi Bali), Hadi Pranoto , Fotografer : Hadi PranotoSetiap hari dr. Siska Mardani, M.Sc, Sp. A, dokter spesialis anak di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi ini terus memantau kondisi kesehatan bayi Ibu Aniek yang lahir prematur.
Di ruangan khusus perawatan anak Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, sesosok bayi nampak tertidur tenang di ruang inkubator. Tepat sebulan lamanya bayi ini dirawat secara khusus. Selang-selang yang dulu melekat di tubuhnya kini sudah tak nampak lagi, hanya dokter dan perawat yang harus rutin dan teliti memonitor suhu tubuh bayi prematur yang berbobot 1,6 kg ini agar tetap stabil. “Waktu lahir beratnya hanya 1,4 kg, dan sempat turun sampai 1,1 kg,” kata dr. Siska Mardani, M.Sc, Sp. A, dokter spesialis anak di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Bayi dikatakan memiliki berat tubuh yang aman dan normal jika memiliki bobot 2,5 kg ke atas.
Dokter Siska menjelaskan tentang pentingnya ASI bagi perkembangan kesehatan bayi khususnya bayi yang terlahir prematur.
Bayi ini adalah putra pertama Aniek Setyawati (21) dan suaminya Agung Aripta Adiputra (22). Karena belum diberi nama maka para perawat memanggil bayi yang lahir pada tanggal 16 Februari 2016 ini dengan nama Bayi Ibu Aniek. Menurut dr. Siska yang menangani kelahiran Aniek, saat tiba ke RSKB Cinta Kasih, air ketuban di dalam kandungan Aniek sudah pecah dan hampir kering. Saat itu, Aniek juga mengalami demam. Dokter kemudian memutuskan untuk melakukan operasi caesar, meski usia kehamilannya baru 29 minggu (normal kelahiran usia kandungan 39 minggu).
“Kalau kelahiran prematur itu semua organ tubuhnya belum cukup matang, terlebih paru-paru dan jantungnya,” kata dr. Siska. Maka sejak lahir bayi ini dipasangi alat bantu pernafasan, obat, dan infus sebagai asupan nutrisinya.
Dwi Prasetyawati, staf RSKB Cinta Kasih Tzu Chi menjadi donor ASI bagi bayi yang lahir prematur di RSKB Cinta Kasih. “Rasa kemanusiaan yang mendorong saya,” ujarnya.
Bayi yang baru lahir wajib diberi Air Susu Ibu (ASI) karena manfaat ASI tidak dapat tergantikan oleh susu formula. Begitu pula dengan Aniek yang mencoba memberikan ASI pada putranya ini. Namun, karena bayi masih terlampau lemah maka proses pemberian ASI tidak bisa secara langsung, tetapi dengan cara disuapi dengan alat ke mulut bayi. Masalahnya, ASI dari Aniek tidak lancar dan kurang untuk kebutuhan bayinya sehari-hari. “Padahal asupan ASI ini sangat vital dalam proses kenaikan berat badan ini,” terang dr. Siska. Produksi ASI Aniek juga makin lama makin sedikit.
Seperti Anak Sendiri
Karena dr. Siska dan pihak RSKB Cinta Kasih Tzu Chi tetap ‘keukeuh” untuk memberikan yang terbaik bagi bayi ini maka mereka pun mengupayakan pemenuhan kebutuhan ASI bayi ini. "Bagi kami ASI tidak tergantikan oleh susu formula semahal apa pun," tegas dr. Siska. Kebetulan, salah satu staf keuangan RSKB Cinta Kasih Tzu Chi yaitu Dwi Prasetyawati (35) baru saja melahirkan dan dalam proses pemberian ASI kepada bayinya. “Saya langsung hubungi Mbak Dwi dan ceritakan kondisi bayi ini, dan untungnya Mbak Dwi langsung bersedia,” kata Asien, staf RSKB Cinta Kasih Tzu Chi.
“Saya langsung setuju, karena ini dari sisi kemanusiaan saja, saya berpikir bagaimana kalau itu anak saya?” kata Dwi. Kebetulan sang suami juga mengizinkan, dan kebutuhan ASI putri keempatnya, Athaya Yasmine (2 bulan) juga tercukupi.“Sangat cukup, jadi saya kumpulkan dalam kantong steril khusus untuk ASI dan langsung disimpan di dalam freezer. Setiap tiga hari sekali staf dari RSKB Cinta Kasih mengambil lima kantong ASI ini ke rumah saya,” terang Dwi yang masih menjalani cuti melahirkan. Setiap kantong sendiri berisi 100 - 150 cc. “Mudah-mudahan bayi ini bisa segera pulih dan sehat,” kata Dwi berharap.
Selain Dwi ada juga donor lainnya, yakni Yiyiz yang tak lain adalah adik ipar dr. Siska. Kebetulan juga Yiyiz tengah dalam kondisi menyusui anak keduanya. “Saya ceritakan kondisi bayi ini dan dia kemudian setuju untuk membantu,” kata dr. Siska,” sekarang kebutuhan ASI bayi Ibu Aniek ini tercukupi. Kita juga simpan di freezer untuk persediaan.”
Yiyiz bersama putra pertamanya. Setelah mendapatkan info mengenai kebutuhan ASI dari dr. Siska, Yiyiz pun tergerak untuk membantu Bayi Ibu Aniek ini.
Jika disimpan di dalam freezer yang baik maka ASI bisa bertahan hingga 3 bulan lamanya. Dokter Siska sengaja mencari donor ASI dari kalangan yang dikenalnya agar bisa menjaga “kualitas, mutu, dan kebersihan” ASI untuk bayi Ibu Aniek ini. “Kita sudah mengenal donornya sehingga tahu kebersihan dan terpenuhi syarat-syarat lainnya,” tegas dr. Siska.
Melihat perkembangan kesehatan bayi ini yang membaik membuat Dwi dan dr. Siska pun merasa bahagia. “Kalau kebetulan pas antar anak di Sekolah Cinta Kasih, saya kadang melihat bayi ini dan sangat senang kalau lihat kondisinya semakin baik dan sehat,” kata Dwi. Sementara bagi dr. Siska, apa yang telah dilakukan demi kesehatan bayi ini merupakan suatu hal yang luar biasa.
“Kebahagiaan yang nggak bisa diukur dengan materi. Inilah yang buat saya senang dan nyaman bekerja di Tzu Chi (RSKB Cinta Kasih). Dalam memberikan pengobatan yang terbaik semua didukung oleh pihak yayasan (Tzu Chi),” tegas dr. Siska, “apalagi orang tua bayi ini dari kalangan keluarga yang kurang mampu.” Ia merasa hal itu akan sulit dilakukannya jika ia bekerja di rumah sakit lain. “Dana dan biaya menjadi kendala utama untuk memberikan perawatan bayi yang optimal dari keluarga yang kurang mampu,” ungkap dr. Siska yang juga pernah berpraktik di beberapa rumah sakit di Jakarta itu.
Bersyukur
Merawat bayi seorang diri, tentu sangatlah sulit bagi seorang ibu muda. Karena itulah jika bayinya benar-benar dinyatakan sehat dan stabil, Aniek baru akan membawanya pulang. Pihak rumah sakit juga berpendapat sama. Terlebih Aniek masih tinggal bersama dengan kedua orang tuanya sementara suaminya juga sedang dalam kondisi tidak bekerja.
Dokter dan perawat yang rutin memantau kondisi kesehatan bayi di ruang khusus perawatan bayi.
“Dulu saya sama suami sama-sama kerja di pabrik plastik, tetapi kemudian saya dan suami kontrak kerjanya tidak diperpanjang,” terang Aniek. Kini suaminya seorang diri mencoba mencari peruntungan di tanah kelahirannya, Lampung. “Ya kerja apa saja, yang penting usaha. Apalagi suami saya pendidikannya hanya SMP,” terang Aniek.
Sebagai seorang ibu, Aniek pun berkeinginan merawat dan menyusui bayinya sendiri. Namun, kondisi bayi yang lemah membuatnya belum bisa merawat sang buah hati. Terlebih sejak melahirkan ASI-nya kurang untuk kebutuhan bayinya. Kini fokus utama Aniek adalah kesembuhan putranya yang rencananya akan diberi nama Fabian Putra. Setelah itu, ia akan mencoba mencari pekerjaan lain untuk membiayai kebutuhan anaknya. Karena itu Aniek sangat bersyukur ada yang memberikan ASI untuk bayinya. “Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih ke Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah membantu biaya perawatan bayi saya. Dan tidak lupa juga pada donor ASI yang sampai saat ini saya juga belum sempat bertemu dengan beliau. Ingin banyak berterima kasih,” ucap Aniek.