Dalam rangka memperingati Ultah Tzu Chi ke-58, Ritual Namaskara dilaksanakan di halaman Aula Jing Si Batam pada tanggal 28 April 2024.
Asal ada niat, pasti bisa meluangkan waktu; asal ada tekad, jangan khawatir tidak ada kekuatan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
Tepat pada tanggal 14 Mei 1966, 58 tahun lalu, Yayasan Buddha Tzu Chi resmi didirikan di kota, di pantai timur Hualien, Taiwan. Dengan keyakinan bahwa Dharma dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Master Cheng Yen berharap untuk memelihara semangat ketulusan, integritas, keyakinan, dan ketabahan, serta nilai-nilai Buddhis, seperti cinta kasih, kasih sayang, kegembiraan, dan memberi pada orang-orang yang kurang mampu. Di bawah bimbingannya yang penuh welas asih, Tzu Chi sekarang memiliki banyak relawan di seluruh dunia yang secara aktif bersumbangsih untuk melayani mereka yang membutuhkan bantuan, mengubah kekuatan welas asih menjadi tindakan nyata.
Di hari bersejarah ini, insan Tzu Chi dari berbagai belahan dunia pun dengan serentak memperingatinya dengan melakukan ritual Namaskara. Relawan Tzu Chi Batam tentu saja tidak ketinggalan untuk ikut serta dalam memperingati Hari Ulang Tahun Tzu Chi ke-58 ini.
Peserta menenangkan hati mendengarkan ceramah Master Cheng Yen setelah melakukan ritual Namaskara.
Ritual Namaskara yang dilaksanakan pada Minggu, 28 April 2024 diikuti oleh sebanyak 139 relawan dan 79 orang masyarakat umum. Sejak pukul 05.00 WIB para peserta telah ramai berdatangan dan berkumpul di tangga Aula Jing Si Batam untuk mendengarkan arahan serta menyaksikan peragaan ritual Namaskara oleh panitia.
Dengan kesadaran dan ketulusan penuh dari hati para peserta, Namaskara dimulai pada pukul 06.00 WIB dengan lantunan Gatha Pendupaan (Lu Xiang Zan) dan Gatha Pemujaan Buddha (Zan Fo Ji). Cuaca pagi yang cerah pun membangkitkan semangat dan antusias para peserta untuk menjalankan Ritual Namaskara.
Para peserta melangkah sebanyak tiga kali, kemudian bersujud satu kali atau yang biasa dikenal dengan San Bu Yi Bai (3 langkah 1 kali bersujud). Aksi ini untuk meneguhkan keyakinan di jalan Bodhisatwa serta mematahkan kesombongan. Peserta ritual Namaskara melangkahkan kakinya langkah demi langkah dengan diiringi bunyi lonceng dan pelafalan Na Mo Ben Shi Shi Jia Mo Ni Fo (hormat kepada Buddha Sakyamuni).
Hanna (baju pink) dan Sunarsih (baju putih) pada sesi doa.
Meskipun lelah dan bercucuran keringat karena cuaca yang panas, setiap peserta tetap bersemangat dan fokus dalam mengikuti Namaskara. Barisan Namaskara juga terlihat rapi menunjukkan ketenangan dan keharmonisan. Tidak hanya itu, Namaskara ini juga memberikan kenyamanan kepada kita, seperti ungkap salah satu peserta cilik Ritual Namaskara yang bernama Hanna yang baru berumur 9 tahun, saat ditanya "Tadi capek kenapa tidak ada perasaan untuk berhenti?", Hanna pun dengan spontan menjawab, "Tidak sih, karena sudah nyaman di sini (barisan)".
Ibu dari Hanna, Sunarsih mengungkapkan bahwa ia merasa lelah dan pusing sebab tidak sempat sarapan sebelum mengikuti kegiatan, akan tetapi ia merasa senang bisa mengajak anak ikut serta Namaskara yang hanya dilaksanakan setahun sekali.
Mei Ling dan anak (baju hitam) melaksanakan San Bu Yi Bai.
Ritual Namaskara ini juga memberikan kebahagian tersendiri bagi pasutri relawan, Ferry Fernalim dan Suryati atau yang kerap dipanggil Mei Ling. Ferry merupakan pengurus He Qi Batam bagian soundsystem sehingga selalu bertugas saat ritual Namaskara. Sang istrinya sudah 10 tahun tidak mengikuti kegiatan Tzu Chi karena anak masih kecil. Meskipun sudah lama ingin mengikuti ritual Namaskara, seringkali terkendala sehingga tidak dapat ikut serta. Akhirnya kali ini, Mei Ling berjodoh untuk kembali mengikuti kegiatan Tzu Chi.
"Sebenarnya dari kemarin-kemarin pengen ikut cuman gak tahu kenapa belum action gitu loh. Jadi saya kan ada lihat postingan untuk Namaskara ini ya, jadi saya tanya anak saya ‘Mau ikut apa enggak?’ Dia bilang kalau saya ikut, dia ikut. Jadi kita sambilan lihat, semalam dia tidurnya gimana, hari ini bisa bangun apa enggak. Tadi pagi dia bisa bangun jadi kita ikut," ungkap Mei Ling.
Di kesempatan ini, relawan mengimpun doa dari masyarakat Batam bagi para korban gempa Taiwan.
Kegiatan berjalan dengan lancar tentunya tidak lepas Ani selaku Koordinator kebaktian yang mengungkapkan bahwa ritual Namaskara ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Ia berharap kedepannya dapat belajar dari kesalahan dan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada.
“Sebenarnya beban pasti ada ya, tapi begitu diberi kesempatan ya saya terima. Terus sambil jalan, sambil belajar, dan apa yang perlu dilengkapi, kita lengkapi, dan saling komunikasi antara semua fungsionaris yang terkait,” ucap Ani.
Setelah melakukan San Bu Yi Bai mengelilingi Aula Jing Si Batam, para peserta pun diarahkan untuk berkumpul di Lantai Dua Aula Jing Si untuk melakukan meditasi dan bersama-sama menyaksikan video ceramah Master Cheng Yen. Kegiatan kemudian ditutup pada pukul 08.05 WIB dengan para peserta dipersilahkan untuk istirahat serta sarapan bersama di Kantin Aula Jing Si Batam.
Editor: Metta Wulandari