Nilai Sebuah Pemberian
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : YuliatiSatu per satu warga menerima paket bantuan kebakaran dengan menukar kupon yang dimiliki kepada relawan Tzu Chi pada tanggal 26 Februari 2015.
Kawasan padat penduduk dengan kondisi rumah yang berhimpitan dan jalan kecil (hanya bisa dilalui kendaraan roda dua) memang rawan terjadi kebakaran. Terlebih jika penataan aliran listrik yang tidak teratur dari satu rumah ke rumah yang lain dan penggunaan kabel yang tidak sesuai standar dapat memicu terjadinya arus pendek (korsleting) listrik. Seperti yang terjadi di Gang D, Kelurahan Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Senin, 23 Februari 2015, ‘jago merah’ mengamuk dengan hebatnya yang disebabkan hubungan arus pendek listrik di salah satu rumah warga di RT 01/RW 05.
Hermawan, salah satu tokoh masyarakat setempat menuturkan bahwa kebakaran terjadi pada sore hari dimana sebagian warga sedang tidak berada di tempat. Akibatnya api dengan cepat melalap rumah-rumah warga. Seratus lebih rumah ludes dilalap api. “Tidak terduga api bisa merambat ke sini (RT 05). Banyak warga yang belum pulang kerja,” tutur Hermawan. Belum lagi sore itu angin cukup kencang, sehingga api semakin hebat berkobar.
Bergerak Cepat
Mengetahui terjadi kebakaran di Kelurahan Karanganyar, relawan Tzu Chi langsung bergerak untuk melakukan survei ke lokasi. Yopie Budiyanto bersama relawan Tzu Chi lainnya mencoba masuk ke lokasi untuk melakukan peninjauan. “Kita tinjau tapi nggak bisa masuk karena api besar,” ujar Yopie. Hingga keesokan harinya, mereka kembali melakukan survei ke lokasi. Berdasarkan hasil survei, maka relawan memutuskan untuk memberikan bantuan kepada warga yang menjadi korban.
Amukan si jago merah telah menghabiskan lebih dari seratus rumah di Gang D, Kelurahan Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Sebelum pembagian paket bantuan, terlebih dahulu relawan membagikan kupon kepada warga. Suyatno (kiri) menerima kupon dengan penuh syukur.
Pada hari Kamis, 26 Februari 2015, relawan Tzu Chi memberikan bantuan paket kebakaran kepada warga. Sebanyak 36 relawan bekerja sama mulai dari pembagian kupon, pemasangan tenda, membungkus air mineral, hingga pembagian paket bantuan. Sebagian relawan yang turut bersumbangsih adalah mereka yang juga merupakan warga bedah rumah Tzu Chi di Lautze. “Total 425 paket,” ucap Yopie, koordinator pembagian bantuan. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan satu paket yang berisi sarung, handuk, perlengkapan mandi, sandal, sepatu, baju anak-anak maupun dewasa yang dikemas dalam satu kontainer (plastik). Selain itu juga dibagikan sebuah ember yang di dalamnya berisi 4 botol air mineral 600 ml dan 115 terpal untuk setiap pemilik rumah.
Mengetahui jika kebakaran disebabkan akibat korsleting listrik, Yopie pun berharap akan ada program penyuluhan tentang perhatian terhadap arus pendek listrik. “Berharap suatu saat kita bikin program perhatian (tentang) arus pendek. Seperti di Pademangan, kabel-kabel yang mereka pakai nggak standar. Satu stop kontak bisa dipakai 6 – 7 colokan, sehingga itu yang bisa menyebabkan korslet dan kebakaran,” ujar Yopie prihatin.
Relawan Tzu Chi dengan kesungguhan hati bersama-sama membagi tugas untuk menyiapkan segala keperluan untuk pembagian paket bantuan, mulai dari penyusunan paket, pemasangan tenda, maupun membungkus air mineral.
Melihat kesungguhan hati para relawan Tzu Chi dalam memberikan bantuan, Hermawan mengungkapkan rasa syukurnya, “Kita atas nama warga berterima kasih. Selanjutnya mudah-mudahan bisa berlanjut lagi, kita mengharapkan lagi bantuannya.” Ia pun berpesan kepada warga yang menjadi korban kebakaran agar senantiasa sabar menghadapi kejadian ini. “Mudah-mudahan semua menjadi lebih baik, kita ambil hikmahnya saja,” tukasnya.
“Kalau Bagi Saya mah Berharga”
Wati (30), salah satu warga RT 01 Kelurahan Karanganyar yang tengah dalam kondisi hamil 9 bulan ikut mengantri di barisan panjang untuk mengambil paket bantuan kebakaran. Hal ini terpaksa dilakukan karena suaminya sedang sakit. Wati tinggal di rumah bertingkat dengan ukuran cukup kecil bersama suami dan 2 anaknya. Selain itu, dalam satu rumah juga tinggal bersama keluarga kakaknya. Rumah yang dihuni selama puluhan tahun itu kini telah hangus, hanya tersisa puing tembok saja yang masih berdiri.
Sebanyak 425 warga mengantri untuk mengambil paket bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi.
Wati (kanan) mengaku bersyukur mendapat bantuan dari Tzu Chi. Ia bersama keluarga dan tetangganya tinggal sementara di pengungsian di teras rumah salah satu warga yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Ketika kebakaran terjadi, Wati yang saat itu berada di rumahnya tidak dapat menyelamatkan barang-barang miliknya. “Panik banget. Surat-surat yang saya selamatkan pertama kali,” ujar Wati. “Saya gemetaran, lemas nggak karuan. Sedih semua pada nangis,” lanjutnya. Perlengkapan kebutuhan calon bayinya yang telah ia persiapkan jauh-kauh hari pun ikut raib dilalap api. “Tadinya sudah siap-siapin, tapi yang bisa diselamatkan cuma kasur saja,” katanya. Sekarang, ia bersama keluarga dan tetangganya mengungsi di teras rumah salah satu warga.
Kehilangan tempat tinggal membuat Wati merasa terpukul, terlebih lagi dalam kurun waktu yang tidak lama ia juga harus melahirkan bayi. Pascakebakaran, melihat suaminya yang sedang sakit juga membuatnya tidak tenang. Beruntung kondisi suaminya sudah mulai membaik. “Suami alhamdulillah sudah bangun. (Sakitnya) sampai muntah-muntah,” ucap Wati. Wati merasa bersyukur mendapat bantuan. Mungkin sebagian orang mengatakan bahwa bantuan yang diberikan tergolong kecil, namun tidak untuk Wati dan keluarganya. “Terima kasih sudah dibantu. Kalau bagi saya (bantuan Tzu Chi) mah berharga,” ungkapnya.
Warga lainnya, Suyatno (55), saat terjadi kebakaran, ia dan istrinya justru masih dalam perjalanan dari kota kelahirannya, Solo, Jawa Tengah. Sesampainya di Jakarta, ia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa rumah satu-satunya telah habis diamuk si jago merah. “Sedih, mau tidur dimana lagi,” keluh bapak tiga anak ini. Beruntung anak-anaknya tidak ikut ke Solo, sehingga mereka menyelamatkan surat-surat penting keluarga.
Suyatno yang setiap harinya tinggal bersama 6 anggota keluarganya sekarang harus mengungsi. Namun, ia pun berencana akan memperbaiki kembali rumahnya. “Insyaallah akan dibangun lagi dan tinggal di sini lagi,” ujarnya. Menerima bantuan dari Tzu Chi, Suyatno merasa gembira. “Banyak terima kasih, mudah-mudahan dapat imbalan dari Yang Maha Kuasa,” ungkap penjual bakso gerobak ini.