Oleh-oleh Dari Taiwan (Bag.1)
Jurnalis : Mei Hui (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen, Erli Tan (He Qi Utara)
|
| ||
Tujuh orang relawan dari Tim Tzu Chi Bedah Buku Komunitas He Qi utara berjodoh untuk turut serta dalam pelatihan 4 in 1 tahun ini. Antusiasme dan kebahagiaan tampak semakin jelas menjelang hari keberangkatan para relawan ke Taiwan. Rekan-rekan relawan yang belum berkesempatan ke Taiwan menitipkan salam kepada Master Cheng Yen dan oleh-oleh wajib untuk dibawa pulang, yaitu sharing pulang kampung halaman batin. Maka setelah kembali dari Taiwan tanggal 20 Juni 2012, relawan mulai mempersiapkan “oleh-oleh” sharing mereka untuk dibagikan kepada relawan lain, yaitu pada kesempatan bedah buku tanggal 28 Juni 2012 di Jing Si Books & Café Pluit. Acara bedah buku Kamis malam itu dipandu oleh Bambang shixiong, dan diikuti oleh 28 orang peserta. Tema pelatihan 4 in 1 adalah “Kebijaksanaan Boshisatwa Tak Terbatas Bagaikan Bola Lazuri”, demikian Wahyuni Lo shijie memulai sharingnya. Bola lazuri adalah bola bening bagai kristal bersih tanpa noda, yang mencerminkan hati yang tulus, penuh tekad dan tanpa pamrih. Wahyuni Shijie juga menceritakan kunjungan yang sangat berkesan ke Aula Jing Si di Hualien, karena bangunan aula ini merupakan sebuah proyek inspiratif wujud nyata dari semangat bersatu hati (He Xin), ramah tamah (He Qi), saling mengasihi (Hu Ai), gotong royong (Xie Li), dengan kemandirian. Selama pelatihan di Taiwan, relawan juga mendengarkan sharing dari peserta pelatihan dari negara lain. Dari Indonesia juga ada sharing mengenai bedah buku di Indonesia yang dibawakan oleh Merry Shijie pada tanggal 17 Juni 2012 di Aula Jing Si Banqiao dan tanggal 18 Juni 2012 di Aula Jing Si Sanchong. Tim Tzu Chi Bedah Buku Komunitas berkesempatan bertemu dengan Master Cheng Yen di Sanchong pada tanggal 18 Juni 2012. Kepada seluruh peserta pelatihan, Master Cheng Yen berpesan agar relawan Tzu Chi menjadi teladan praktik cinta kasih universal kepada semua orang dan mengajak lebih banyak orang berjalan di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi, menciptakan ladang berkah, menanam dan menghargai berkah setiap saat, memanfaatkan kesempatan selalu berbuat kebajikan dan melakukan dengan sepenuh hati. Murid yang bersungguh hati dan berbakat Nasi instan (Xiang Ji Fan) dibuat dari beras yang ditanam sendiri oleh Shifu. Cara penyajian nasi ini hemat air, hemat listrik, dan hemat waktu, sehingga pada saat bencana bisa dimanfaatkan dengan cepat. Pada saat Master mengutarakan niat ingin membuat nasi instan, para Shifu merasa kesulitan. Kemudian Shifu teringat kata perenungan “Kalau kita bisa mengatasi kesulitan sama saja dengan bisa mengatasi diri sendiri.” Shifu pun pergi ke penjual mesin, dan di awal percobaan hasilnya gagal, nasinya kering, tidak bisa menyerap air. Shifu kembali lagi ke penjual mesin, mengatakan bahwa hasil nasinya kering. Penjual mesin mengatakan tidak ada yang salah dengan mesinnya, melainkan dari berasnya. Shifu kembali ke Griya, melakukan percobaan lagi terus-menerus sampai berhasil.
Keterangan :
Sabun Jing Si (Jing Si Jing Zao) dibuat dari tanaman yang ditanam oleh para Shifu di Griya Perenungan, setelah berbunga lalu dipetik, kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari, bukan dengan mesin, dan diproses menjadi sabun. Setelah jadi, sabun dipotong-potong, baru di-packing dan diberi label dengan mengunakan sisa dari pembuatan nasi instan (Xiang Ji Fan). Terlihat peserta bedah buku melihat-lihat produk nasi instan yang diceritakan oleh Lina Shijie. Dari keuletan para Shifu dalam pembuatan produk-produk ini, maka sesuai kata Master bahwa ‘’Di pabrik pun merupakan ladang pelatihan diri bagi murid-muridnya’’. Tzu Chi adalah tempat belajar, dirasakan oleh Erli Chen Shijie selama pelatihan dimana ia berada dalam kelompok yang semua relawannya berasal dari negara lain. Komunikasi harus menggunakan bahasa Mandarin dan ia sangat bersyukur karena ada kesempatan belajar mempraktikkan bahasa Mandarin. Ia juga merasakan bahwa relawan di Taiwan sangat bersungguh hati dalam mempersiapkan segala sesuatunya dan menyambut peserta pelatihan. “Mereka benar-benar menerapkan HeXin, HeQi, HuAi, XieLi, semua setara, tidak ada yang di atas atau di bawah. Kita harus banyak belajar dari relawan Taiwan,” kata Erli Shijie. Pada pelatihan kali ini, relawan benar-benar didorong untuk menggalang lebih banyak bodhisatwa baru. Cara menggalang bodhisatwa yaitu dengan menjadikan diri sendiri sebagai teladan, dengan melakukan terlebih dahulu, barulah orang lain mau mengikuti, yaitu “harus bisa menyalakan pelita di hati sendiri dulu, baru bisa menyalakan pelita di hati orang lain”. Ada satu catatan penting yang juga dibawa dari Taiwan tentang delapan hal untuk menjadi Orang Berbakat Idaman Master Cheng Yen yaitu: Rendah hati dan dapat mengekang diri, tidak menganggap diri sendiri paling hebat; Menjaga diri agar tetap bebas dari pengaruh tidak baik demi melestarikan semerbak moralitas diri; Tanpa kemelekatan pada cinta kasih individu dan mampu memperlakukan setiap orang dengan pandangan setara; Hati lapang dan mampu mengendalikan emosi diri; Bekerja dengan bersungguh hati, namun tanpa perseteruan dengan orang; Dalam tutur kata dan perilaku terkandung sikap yang bermartabat dan mengesankan; Memiliki ilmu dan moralitas, serta batin yang jernih; Berpegang pada prinsip pokok, namun tidak memperhitungkan urusan sepele. Jika ada orang berbakat seperti ini, barulah mazhab Tzu Chi bisa dikatakan memiliki penerus dan Master baru dapat benar-benar bertenang hati. Erli shijie juga sangat tersentuh setiap kali mendengarkan lagu “Li Yuan Wen“. Lagu ini dilantunkan pada sesi sharing di tempat pelatihan berlangsung, sehingga ia terinspirasi untuk berbagi lagu ini sepulangnya dari Taiwan. Pada sharing-nya malam itu, lagu “Li Yuan Wen” juga diperdengarkan kepada peserta bedah buku dan ketika irama lagu mengalun bersama dengan syair lagu yang bisa dinyanyikan bersama, suasana di Jing Si Books & Café Pluit pun turut terbawa haru. |
| ||
Artikel Terkait
Paket Beras Untuk Warga Desa Rahayu
07 Desember 2021Tzu Chi Bandung bekerja sama dengan Pondok Pesantren Darul Ma’arif membagikan 620 paket beras dan 6.200 pcs masker medis untuk warga di Desa Rahayu, Kec. Margaasih, Kab. Bandung.