Oleh-oleh Dari Taiwan (Bag.2)

Jurnalis : Mei Hui (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen, Erli Tan (He Qi Utara)


 

foto
Pada Bedah Buku tanggal 20 Juni 2012, sejumlah relawan yang kembali ke kampung halaman batin berbagi pengalaman yang mereka dapat selama mengikuti pelatihan pengurus 4 in 1.

Perjalanan pulang kampung halaman batin ini juga merupakan pengalaman pertama bagi Stephen Ang Shixiong, maka ia juga bersemangat untuk berbagi pengalaman dan perjalanannya melalui foto-foto. Ia banyak mengutip kata-kata perenungan yang berhasil dicatatnya meskipun disampaikan dalam bahasa Mandarin pada sesi sharing di Taiwan. Relawan di Taiwan selalu menggunakan kata perenungan dalam sharing-sharingmereka.

 

 

Kita tidak takut untuk kerja keras, karena kita mau belajar. Master tidak pernah berhenti melakukan. Selama 40 tahun lebih Master terus mengerjakan dan mengemban begitu banyak permasalahan yang ada di dunia ini. Jangan pernah menyerah sebelum mencoba melakukan. Jika apa yg kita lakukan itu adalah benar, lakukan saja. Lakukan yang kamu katakan, katakan yang kamu lakukan. Melakukan dengan sepenuh hati maka tidak ada yang sulit. Selama kita memilili keyakinan, percaya, mau belajar dan giat, maka kita akan melewati kesulitan itu.  Inilah yang mendorong para Shifu berhasil mengatasi kesulitan ketika menerima tanggung jawab membuat produk-produk pangan dan lainnya, meskipun tidak memiliki latar belakang keahlian di bidang tersebut.

Pertemuan penuh berkah 
Beberapa bulan lalu, seorang relawan senior dari Taiwan yaitu Xie Guo Xiang Shixiong (ketua konsumsi salah satu He Qi di Taiwan) datang ke Indonesia dan tinggal Indonesia selama tiga bulan untuk berbagi pengalaman kepada tim konsumsi di Indonesia.  Xie Shixiong juga pernah diundang sharing dalam bedah buku di Jing Si Pluit pada tanggal 3 Mei 2012. Melalui pertemuan pada bedah buku dan kegiatan lain, telah terjalin jodoh baik antara Xie Shixiong dengan banyak relawan di Indonesia. Sebelum keberangkatan ke Taiwan, Stephen Shixiong sempat mengirimkan e-mail kepada Xie Guo Xiang Shixiong menginformasikan mengenai kepulangan relawan ke Taiwan. Xie Shixiong menjawab e-mail mengabari bahwa beliau akan menjadi ketua konsumsi pada sesi pelatihan di Sanchong tanggal 17 Juni. Maka, pada tanggal tersebut Xie Guo Xiang Shixiong datang menemui relawan pada saat pelatihan. Kehangatan amat terasa pada momen bisa bertemu kembali saudara se-Dharma dan merasakan kekeluargaan di kampung halaman batin.

Ada satu pertemuan penuh berkah juga ketika Stephen Shixiong sekilas melihat seorang relawan senior Taiwan yang lincah menjinjing kamera video.  Relawan senior tersebut adalah Jiang Ke Duan Shixiong, seorang relawan 3 in 1 (dokumentasi) di Taiwan, akrab dipanggil Papa Jiang.  Papa Jiang telah berumur 77 tahun, kisah inspiratifnya ditayangkan di DaAi Taiwan dan videonya pernah ditampilkan pada saat training kedua relawan abu putih Indonesia pada tanggal 29 April 2012.  Papa Jiang telah belajar mengoperasikan kamera sejak umur 65 tahun dan tekun belajar komputer dari relawan lainnya, hingga kini telah menguasai dengan baik.  Maka ketika melihat Papa Jiang di lokasi pelatihan, Stephen Shixiong dan relawan lainnya sangat senang menyapa beliau dan sempat mengambil dokumentasi bersama.

Pulang Kampung Halaman Batin
Pelatihan 4 in 1 dan kesempatan berharga bertemu langsung Master Cheng Yen, para Shifudan relawan pembimbing di Taiwan telah menjadi pengalaman dan berkah luar biasa. Para peserta bedah buku bisa merasakan kebahagiaan tersebut melalui pemutaran klip video dan foto yang ditampilkan oleh Stephen Shixiong.  Ia pun menutup dokumentasi videonya dengan kalimat “Master, aku telah pulang”, mewakili ungkapan perasaan seluruh relawan yang pulang ke kampung halaman batin.

Lim Jishou Shixiong yang hadir di Kamis malam itu pun turut memberikan sharing, ia mengatakan “Mengapa relawan yang ke Taiwan, selalu memakai istilah “pulang”? Istilah “pulang” biasanya untuk pulang kampung atau rumah. Sebenarnya ada apa di kampung atau rumah?  Walaupun tidak ada bentuk fisik ataupun siapa, karena Ada sesuatu dalam batin hati kita, maka kita katakan pulang. Di Tzu Chi selalu dikatakan saudara se-dharma, ada perasaan kekeluargaan yang lebih akrab. Kita belajar dari seorang Guru, dan kita mendapatkan, merasakan sesuatu dalam batin kita. Kalau merasa tidak ada hubungan, tentu tidak ada rasa mendalami.”

foto   foto

Keterangan :

  • Pelatihan 4 in 1 sendiri diadakan setiap tahun dan diikuti oleh relawan dari berbagai Negara termasuk Indonesia (kiri).
  • Jishou Shixiong juga hadir memberikan sharing mengapa di sebut kampung halaman batin (kanan).

Jishou Shixiong melanjutkan “Mengapa setiap kali relawan mau pulang ke Taiwan? Ada satu perasaan, lingkungan dan orang yang kita temui benar-benar menguatkan batin kita, agar mau ada di jalan ini, di dunia ini. Dengan pulang, merasakan kehidupan Tzu Chi, Tzu Chi is a LifeStyle.  Mengapa mereka begitu bahagia mau melayani setiap orang yang datang?  Sesungguhnya, pulang itu bisa pulang ke Taiwan, dan pulang kemana-mana saja, Dunia Tzu Chi.” Rasa kekeluargaan tersebut juga dirasakan oleh Dyna Shijie, ia merasakan dalam kelompoknya didampingi Dui Fu yang benar-benar membimbing.

Selalu Ingat untuk Bersyukur
Dalam kesempatan sharingnya, Sjukur Zhuang Shixiong mengenang  masa awalnya di Tzu Chi, “Saat saya pertama kali hadir ke dunia Tzu Chi, saya adalah sama seperti bayi yang baru lahir di dunia (tanpa memiliki kemampuan apapun selain menangis). Saat itu saya tidak tahu Tzu Chi sesungguhnya (dunia Tzu Chi yang sebenarnya).” Semuanya dimulai dari pertolongan dan bimbingan oleh semua relawan Tzu Chi pendahulu saya. Di kegiatan Bedah Buku ada PosanShixiong yang terus membimbing, jadilah terinspirasi sehingga ada Tzu Chi Bedah Buku Komunitas (TCBBK). Dan mengapa TCBBK bisa berkembang? Karena banyak sekali orang-orang yang bersumbangsih dengan sepenuh hati di dalamnya, ada relawan dari HQi Barat, HeQi Selatan, HQi Timur dan HQi Utara.  “Karenanya Gan en atas bimbingan dan pendampingan dari Posan Shixiong kepada saya selama ini, dan Gan en kepada semua relawan di bedah buku dari semua He Qi,” ungkapan gan en (rasa bersyukur) dari Sjukur Shixiong.

Pada kesempatan terpisah, Sjukur Shixiong menambahkan hal yang dirasakannya pada saat pelatihan di Taiwan. “Umumnya sharing relawan dimulai dengan rasa bersyukur dari seorang murid kepada seorang guru (Master Cheng Yen). Dengan hati yang memiliki rasa syukur, ada rasa rendah hati sebagai seorang murid yang mau belajar, rasa hormat dan cinta kasih kepada Guru dan saudara se-Dharma dengan tanpa membeda-bedakan. “Dengan hati yang memiliki rasa syukur, kita baru sadar berkah, menghargai berkah  dan menciptakan berkah. Menjadi begitu menghargai sumbangsih dari “semua Relawan” dan menghormati kontribusi dari “Relawan Pendahulu atau sebelumnya” atas semua keberhasilan dan pencapaian saat kini, sehingga menjadi berkurangnya kemelekatan pada diri sendiri.

Kamis malam itu, Posan Shixiong merasa sangat terharu setelah mendengarkan sharing yang disampaikan oleh relawan-relawan yang dibimbingnya di bedah buku. Ia pun bertanya “Waktu bertemu Master Cheng Yen, apakah kita tahu; Apa yang diharapkan Master dari kita? Apa yang dikhawatirkan Master dari kita? Apakah pencapaian itu yang Master harapkan, apakah secara statistik atau angka-angka? Yang Master khawatirkan adalah bila kita tidak bertumbuh kebijaksanaan. Malah jika semakin terlena dengan statistik, Master khawatir bisa membuat lengah, tumbuh ego.

Pesannya secara bijak, “Tim bedah buku harus bisa merasakan manfaat, bisa menumbuhkan kebijaksanaan. Apa jadinya bila kita belum menyucikan batin sendiri, tapi sudah mencoba menyucikan orang lain. Kita tidak bisa memadamkan ego, tapi kita bisa mengecilkan meredupkan ego. Satu hati, tumbuh dalm kebijaksanaan, menyucikan hati manusia.” Dengan “oleh-oleh” sharing kampung halaman batin ini, semoga semakin banyak bodhisatwa tumbuh, menjadi murid berbakat idaman Master, karena menanam berkah di ladang Tzu Chi selamanya tidak akan menyesal.

 


Artikel Terkait

Suara Kasih: Mengurangi Nafsu Keinginan

Suara Kasih: Mengurangi Nafsu Keinginan

13 Juli 2010
Kemarin, saya menyaksikan siaran berita Da Ai TV dan melihat saat seekor burung elang meninggalkan sarang, panas matahari menyebabkan telur-telurnya pecah. Demi melindungi satu-satunya telur yang tersisa, di bawah teriknya matahari burung elang ini membentangkan sayapnya guna menghalangi panas matahari.
Bantuan Tahap Kedua untuk Pengungsi Gunung Kelud

Bantuan Tahap Kedua untuk Pengungsi Gunung Kelud

19 Februari 2014 Setelah memberikan bantuan darurat untuk para pengungsi letusan gunung Kelud yang dilakukan di hari Minggu, 16 Februari 2014 atau 2 hari pasca erupsi Gunung Kelud. Relawan tanggap darurat Tzu Chi Surabaya kembali mengadakan pembagian bahan bantuan darurat di beberapa posko pengungsian.
Belajar dan Bersyukur dalam Kebersamaan Kunjungan Kasih

Belajar dan Bersyukur dalam Kebersamaan Kunjungan Kasih

09 September 2015
Relawan Tzu Chi yang bergerak di misi amal tak kenal lelah mengemban misi untuk membantu sesama. Pada Sabtu, 29 Agustus 2015, pukul 7:00, sekitar 29 relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading berkumpul di Klub Kelapa Gading, Jakarta Utara untuk melakukan pengarahan sebelum bertolak melakukan kunjungan ke tiga lokasi berbeda yaitu, di Tanjung Priok, Pondok Bambu, dan Jatinegara. Ketiga kunjungan ini merupakan bentuk tindak lanjut atas kunjungan dan survei yang telah dilakukan oleh para relawan sebelumnya.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -