Open House Aula Jing Si
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
|
| ||
Di bulan Mei, relawan Tzu Chi juga merayakan tiga hari besar: Waisak, Hari Ibu International, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Para relawan Tzu Chi juga mulai mempersiapkan berbagai cara untuk mensosialisasikan acara ini kepada masyarakat umum. Pada tahun sebelumnya, relawan Tzu Chi melakukan pembagian flyer tiga hari besar kepada masyarakat di sekitar wilayah Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara. Tetapi di tahun 2013 ini, relawan Tzu Chi melakukan kegiatan open house ”Aula Jing Si” untuk mensosialisasikan acara tiga hari besar ini sekaligus memperkenalkan sejarah Tzu Chi kepada masyarakat umum. Sabtu, tanggal 4 Mei 2013 pukul 15.30 WIB di Lantai 3 Aula Jing Si, Guo Yi Ting, sebanyak lebih kurang 100 orang datang untuk menyaksikan penayangan film “Kemilau Hati Bunda” yang menceritakan perjuangan seorang ibu yang mengidap penyakit kanker payudara. Dalam kondisi fisiknya yang lemah, ia tetap dengan penuh tanggung jawab dan sukacita mengasuh ketiga anaknya hingga wafat akibat penyakit yang dideritanya. Hebatnya, wanita ini dapat memotivasi dan memberikan nasihat kepada anak-anaknya sehingga saat ia tiada anak-anaknya dapat hidup mandiri (memasak, mencuci, dan membersihkan rumah). Bersyukur Atas Berkah yang Dimiliki Selain Samin, putra sulungnya juga merasa sangat tersentuh melihat tayangan film Kemilau Hati Bunda. “Ceritanya sangat bagus sekaligus mengharukan. Saya merasa bersyukur bisa memiliki tubuh yang sehat, memiliki waktu yang banyak untuk berkreasi dan mengejar mimpi,” terang Wilson yang duduk di kelas dua SMP ini. Kunjungan mereka ke Aula Jing Si semakin menambah keyakinan mereka (Samin dan keluarga) jika Tzu Chi merupakan sebuah yayasan yang baik dan tidak memandang suku maupun agama.
Keterangan :
Bertekad di Jalan Bodhisatwa Ketika saya menceritakan kejadian mengenai sejarah berdirinya Perumahan Cinta KAsih Tzu Chi, dan bagaimana Master Cheng Yen memberikan program 5P (Pembersihan sampah, penyedotan air, penyemprotan hama, pengobatan, dan pembangunan perumahan cintcheng ya kasih) kepada para insan Tzu Chi Indonesia, Satria pun merasa tersentuh dengan kasih sayang Master Cheng Yen kepada Indonesia. “Master Cheng Yen sungguh welas asih. Padahal Master berada jauh di Taiwan tetapi beliau masih sangat peduli terhadap Indonesia,” ucap Satria dengan haru. Satria pun semakin takjub ketika mengetahui jika Tzu Chi tidak hanya membangun perumahan untuk warga Kali Angke tetapi juga membimbing mereka untuk menjadi produktif dan mandiri. Mendengar perihal Tzu Chi yang terus produktif di bidang sosial, Satria pun mengajak ibunda Yuli untuk mencoba mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan Tzu Chi. “Sebenarnya ingin agar mama mertua tidak berdiam diri saja tetapi bisa turut berolah raga dan menggerakkan badan melalui kegiatan pemilahan barang daur ulang, supaya sehat selalu,” ujar Satria. Selain itu, Satria juga semakin bersemangat untuk membantu relawan Tzu Chi menyebarkan cinta kasih. Rencananya pada tanggal 18 Mei 2013 ini, sekolah Sinar dharma akan mengadakan kegiatan donor darah dengan dibantu oleh anggota PMI dan relawan Tzu Chi He Qi Pusat. “Kali ini saya akan mencoba menyebarkan info ini kepada masyarakat sekitar sekolah agar semakin banyak kantong darah yang didapat dan semakin banyak orang paham artinya berdana melalui darah mereka,” terang Satria dengan penuh semangat. Melihat semangat Satria yang sangat kuat untuk berjalan di jalan Bodhisatwa membuat saya sangat senang karena kini bertambah lagi satu tangan dan kaki Master Cheng Yen dalam menyebarkan cinta kasih di Indonesia. Semoga dengan adanya kegiatan ini akan semakin banyak warga yang terinspirasi dan bergabung dalam barisan Tzu Chi. | |||
Artikel Terkait
Cinta Kasih yang Tak Terputus Bagi Siswanto
12 Februari 2024Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pluit sejak 19 Desember 2021 rutin memberikan perhatian bagi penerima bantuan Tzu Chi Souw Siswanto (53).
Kabar Baik dari Bayi Fabian
20 Januari 2017Sebelas bulan yang lalu, Fabian lahir ke dunia. Keluarganya menyambut bayi laki-laki ini dengan sukacita. Namun kesedihan kemudian menggelayuti perasaan mereka. Kondisi Fabian cukup kritis. dr. Siska Mardani yang menanganinya berupaya maksimal untuk menstabilkan Fabian. Kini mereka bertemu lagi.