Open House Kelas Budaya Humanis Tzu Chi
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Feranika husada dan Stephen Ang (He Qi Utara), Teddy Lianto
|
| ||
Melihat minimnya pendidikan moral dan budi pekerti, Master Cheng Yen memulai sebuah program harapan untuk memurnikan kembali hati dan pikiran anak-anak dengan menerapkan sebuah sistem pendidikan yang berbudaya humanis. Pendidikan yang diberikan Tzu Chi adalah pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, namun juga mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu, dalam setiap institusi pendidikan Tzu Chi, tidak hanya murid yang belajar, guru pun juga belajar. Para siswa belajar ilmu pengetahuan dan kehidupan di dalam lingkungan yang penuh dengan cinta kasih, sedangkan para guru belajar untuk menumbuhkan cinta kasih dan kebajikan di dalam hati para siswa. Guru sebagai pembimbing, tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, namun juga mengajarkan tentang cinta kasih dan kebajikan. Pusat Pendidikan Masyarakat “Tzu Chi University Continuing Education Center (TCUCEC) adalah sebuah lembaga atau sarana yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang bekerjasama dengan Universitas Tzu Chi Taiwan untuk memberikan kesempatan pembelajaran keterampilan bagi masyarakat umum dengan berbasis buday humanis Tzu Chi,” terang Rosvita Widjaja selaku koordinator kegiatan.
Keterangan :
Rosvita juga menerangkan jika tujuan diadakannya TCUCEC adalah untuk memberikan kesempatan dan pelatihan lanjutan bagi masyarakat umum, memperkenalkan pendidikan budaya humanis Tzu Chi untuk meningkatkan budaya kehidupan masyarakat, menciptakan dunia yang mengandung kebenaran, kebajikan, dan keindahan yang penuh tata krama dan penuh kasih dalam mewujudkan cita-cita luhur Master Cheng Yen: Menyucikan hati manusia, masyarakat damai sejahtera, dan dunia terhindar dari bencana. Inovasi Baru untuk Menggalang Bodhisatwa Semua peserta terlihat sangat antusias. Ketika waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, para relawan Tzu Chi meminta para tamu undangan yang mendaftar untuk kelas trial, berbaris rapi dan berjalan secara teratur menuju kelas yang dipilih. Ini merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi yang ingin relawan tularkan kepada tamu undangan yang datang. Setelah memasuki kelas, para relawan juga meminta para tamu undangan untuk tenang dan tidak bersuara selama kelas berlangsung lalu memberikan perkenalan singkat mengenai sejarah Tzu Chi dan apa itu TCUCEC. Ini juga dapat dikatakan merupakan sebuah inovasi baru Yayasan Buddha Tzu Chi untuk menggalang Bodhisatwa. “Untuk saat ini, guru-guru yang mengajar adalah berasal dari luar. Tetapi tidak menutup kemugkinan kita secara perlahan akan mengenalkan misi dan visi Tzu Chi kepada para guru dan pesertanya juga,” jelas Rosvita.
Keterangan :
Memanfaatkan Pelajaran dan Kesempatan dengan Baik Begitu juga yang dirasakan oleh Tomy Lee, murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Tomy yang mengikuti kelas trial untuk kelas kaligrafi dan kelas percakapan bahasa Mandarin merasa sangat senang bisa datang ke TCUCEC walaupun harus mengorbankan tayangan kartun kesukaannya di akhir minggu. “Di sini saya merasa senang karena bisa mendapat tambahan ilmu pengetahuan dan keahlian, seperti misalnya kelas percakapan bahasa Mandarin. Karena dengan bisa bahasa Mandarin maka jika nanti saya besar bisa digunakan pada saat bekerja nanti,” terang Tomy dengan bangga. Selain rasa gembira atas dibukanya TCUCEC, ada juga yang merasa kecewa. Seperti yang dirasakan oleh Sri Tjendrawaty Gohan. “Saya sangat senang dengan dibukanya TUCEC, terutama Kelas Kerajinan Kain Perca, tetapi sepertinya waktu belajar yang ada hanya untuk siang hari di hari kerja. Sedangkan saya sendiri bekerja, jadi otomatis saya tidak dapat mengikuti kelas ini. Yah, berharap sih ada kelas seperti ini di hari Sabtu atau Minggu, jadi kita yang sibuk kerja bisa mengikuti kegiatan ini,” harap Sri yang bekerja di daerah Thamrin ini. Melihat suksesnya acara Open House Kelas Budaya Humanis Tzu Chi ini, berarti bertambah lagi sebuah pintu untuk masyarakat untuk masuk dan mengenal Tzu Chi. Semoga dengan adanya pintu ini semakin banyak masyarakat umum yang dapat bergabung di dalam barisan relawan Tzu Chi. Sebanyak 224 orang yang mengikuti kelas budaya humanis ini dan lebih kurang 126 orang diantaranya langsung mendaftarkan diri mereka di beberapa kelas keterampilan dan bahasa. Rosvita juga menambahkan jika TCUCEC adalah seperti sebuah sekolah dimana jika para siswanya rajin, mereka akan mendapatkan sebuah ijazah yang langsung dibuatkan oleh Universitas Tzu Chi Taiwan. “Dengan adanya TCUCEC ini kita welcome semua lapisan masyarakat untuk datang dan belajar. Dalam pembelajaran sendiri kita juga mempunyai peraturan seperti di sekolah. Bagi para murid yang tidak mengikuti pelajaran secara teratur, mereka tidak akan mendapat sebuah ijazah resmi dari universitas Tzu Chi, Taiwan. Oleh karena itu marilah kita belajar dengan benar dan baik. Karena seperti kata pepatah dalam hidup ini kita terus belajar hingga kita menutup mata nanti. Jadi ketika ada pelajaran yang baik ini, janganlah disia-siakan,” jelas Rosvita. | |||
Artikel Terkait
Mempraktikkan Jalan Kebajikan dengan Tulus
24 Februari 2015 Dalam ceramahnya setiap hari, Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi selalu mengimbau relawan untuk selalu mendengarkan dharma dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.Home of Arzu: Secercah Harapan Bagi Pencari Suaka di Jakarta
29 Mei 2017“Saya terpisah dari orangtua dan saudara saya. Betapa saya merindukan ibu saya saat ini,” ungkap Bismillah Joia (14) yang kini tercatat sebagai pengungsi di Indonesia. Joia tidak sendiri. Ia bersama delapan temannya terpaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka di Afganistan.