Relawan Tzu Chi Sinar Mas Adi Prasetya mendampingi Fahri Bahtiar dan Unarti, ibunya.
Pada Sabtu, 22 Mei 2021 tiga orang pasien bibir sumbing dan pendamping tiba di RS Siloam Silampari, Lubuk Linggau, Sumatra Selatan. Mereka adalah Sarah Anisatul Jannah (6), Fahri Bahtiar (7), dan Della Suryani (3). Semuanya berasal dari Desa Karya Sakti dan Beliti Jaya, Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan. Kedatangan mereka bertujuan menjalani operasi bibir sumbing yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Sinar Mas komunitas Xie Li Sumsel 1. Screening termasuk swab rapid antigen langsung dilakukan di IGD RS Siloam Silampari begitu mereka tiba. Setelah semuanya selesai, ketiga pasien segera dipindahkan ke ruang rawat inap 6022.
Obat “Ganteng” Bagi Fahri
Masker hitam tidak mampu menyembunyikan senyum Fahri Baktiar yang merekah begitu kakinya menginjak lobi RS Siloam Silampari, Lubuk Linggau. Anak laki-laki berusia 8 tahun itu setengah meloncat turun begitu pintu Colt L300 warna putih itu dibuka. Dengan cepat ia menghambur ke relawan Tzu Chi Sinar Mas Adi Prasetya, Dumek, Sulikowati, Rika Sumak yang sudah menantinya. Ia tak tampak lelah meski baru menempuh perjalanan selama 2,5 jam dari Desa Karya Sakti, Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan. Ditemani sang ibu, Unarti (39), Fahri akan menjalani operasi bibir sumbing. Ini adalah operasi bibir sumbing yang kedua kalinya bagi Fahri.
Fahri terlahir dengan kondisi adanya celah dari bibir atas hingga langit-langit mulut. Operasi pertama dijalaninya ketika berumur 3 bulan. Kala itu, berkat informasi seorang teman, orang tuanya membawa Fahri mengikuti operasi bibir sumbing gratis di RSU dr. Sobirin, Musi Rawas, Lubuk Linggau. Meski biaya operasinya gratis, namun karena harus menanggung sendiri biaya transportasi dan keperluan lain selama operasi, maka sepeda motor Honda Fit keluarga ini harus dijual. “Ya mau bagaimana lagi pak, terpaksa dijual untuk biaya kesana-kemari waktu urus operasi Fahri,” ujar Unarti menahan pilu. Jenis bibir sumbing yang dialami Fahri sebetulnya masih membutuhkan operasi lanjutan. Namun karena ketiadaan biaya, Unarti dan sang suami, Yulis Irawan, terpaksa memendam hasrat untuk menyembuhkan sang buah hati.
Fahri Bahtiar, Della Suryani, dan Sarah Anisatul Jannah berfoto bersama sebelum menjalani operasi bibir sumbing.
Unarti sehari-hari bekerja sebagai pekerja panggilan buruh di kebun sawit. Salah satu tugasnya melakukan pemupukan. Sementara sang suami bekerja sebagai tukang kebun sekolah di SMPN Karya Sakti, tempat relawan Tzu Chi Sinar Mas Sulikowati mengajar sebagai guru bantu. Mengetahui kalau Sulikowati juga aktif di Dharma Wanita Tzu Chi Sinar Mas komunitas Xie Li Sumsel 1, ayah Fahri memberanikan hati menyampaikan permohonan bantuan operasi. Setelah menjalani survei dan pendataan, Fahri dinyatakan lolos untuk menjalani operasi bibir sumbing. “Saya tidak sabar segera operasi lagi, supaya cepat terlihat ganteng, Om,” ujar Fahri polos penuh semangat, meski bicaranya tidak terlalu jelas akibat labioplatoschizis (bibir sumbing di langit-langit mulut -red) yang dialaminya.
Hari yang Dinantikan
Setelah melalui proses screening di ruang IGD RS Siloam Silampari, Lubuk Linggau, Fahri dipindahkan ke ruang rawat inap untuk menunggu proses operasi keesokan harinya. Di masa menunggu ini, Fahri diharuskan berpuasa. Meski hanya menemani, Unarti memutuskan ikut berpuasa. “Habis gimana ya pak, saya kasihan kalau saya makan sementara Fahri puasa sendiri, saya tidak tega. Semoga lancar semua operasinya,” ujar Unarti dengan mata yang dibayangi kekhawatiran akan pengobatan anaknya.
Kemudian pada Minggu, 23 Mei 2021, sekitar pukul 10.00 Wib, Fahri masuk ke ruang operasi di lantai 2 rumah sakit. Unarti terus mendampingi sambil sesekali menenangkan Fahri yang menangis saat disuntik bius oleh dokter. Di waktu yang sama, Unarti tak bisa membendung air matanya. Meski sedih dan tidak tega, demi kesembuhan sang buah hati, rasa sedih itu harus disembunyikan.
Kondisi Fahri Bahtiar setelah selesai operasi.
Begitu Fahri tertidur tenang dan menjalani operasi, Unarti beringsut ke ruang tunggu. Tak banyak yang ia lakukan. Hanya termenung dan sesekali berdoa. Sesekali berbincang dengan keluarga pasien lainnya untuk membunuh waktu. Operasi Fahri termasuk yang paling lama karena selain membetulkan bagian celah langit mulut, juga dilakukan tindakan lanjutan untuk bekas operasi pertamanya.
Setelah dua jam lebih, Fahri akhirnya keluar dari ruang operasi. Unarti segera menghambur ke ranjang anaknya. Sekali lagi air matanya mengalir. Kali ini bukan air mata kesedihan, tetapi air mata kebahagiaan. “Saya banyak mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi Sinar Mas yang sudah memberi pertolongan operasi anak saya ini,” ujarnya berkaca-kaca. “Kalau tidak ada bantuan ini, entah kemana lagi saya harus mencari bantuan.”
Jodoh Kedua dengan Tzu Chi Sinar Mas
Bersama dengan Fahri, 2 orang anak perempuan juga menjalani operasi bibir sumbing. Della Suryani menjadi peserta yang paling muda, yakni 3 tahun. Tak heran ia ingin terus dekat sang bunda, Anita (26). Mereka berasal dari Desa Beliti Jaya, Muara Kelingi, Musi Rawas, Sumatra Selatan. Ayah Della, Depri Sadiyanto, bekerja sebagai pemotong pohon dengan penghasilan yang tidak menentu.
Sama dengan Fahri, ini adalah operasi kedua bagi Della. Bedanya, operasi pertama Della dilakukan belum terlalu lama yaitu tanggal 5 Desember 2020. Operasi pertama itu dilakukan di RS Caritas Palembang, juga dalam baksos yang diadakan Tzu Chi Sinar Mas. Kondisi ekonomi yang terbatas, memaksa ayah dan ibu Della harus rajin mencari informasi operasi bibir sumbing gratis dari bidan desa setempat. Gayung bersambut ketika Tzu Chi Sinar Mas komunitas Xie Li Sumsel 1 mencari anak-anak yang memiliki bibir sumbing. “Saya yakin pasti suatu hari anak saya sembuh, entah bagaimana jalannya,” ujar Anita penuh harap. Dan keyakinan itu tak lama akan terwujud.
Jenis bibir sumbing yang dialami Della berbeda dengan Fahri Bahtiar. Selain ada celah di langit mulutnya, gusi belakangnya juga ada celah. Dengan kondisi ini, menurut dokter diperlukan tindakan beberapa kali lagi seiring usianya, karena kalau dilakukan sekaligus justru akan menghambat pertumbuhan gusinya. “Khusus untuk Della memang diperlukan tindakan operasi lanjutan seiring usianya, karena kalau dilakukan sekarang justru akan mengganggu tumbuh kembangnya,” ujar drg. Anton Sp. BMM, ketua tim dokter yang melakukan operasi.
Supaya Tidak Diolok-olok Lagi
Relawan Tzu Chi Sinar Mas berfoto bersama Sarah Anisatul Jannah, Nurma, Unarti, Fahri Bahtiar, Della Suryani, Anita, menjelang kepulangan pascaoperasi bibir sumbing.
Pasien bibir sumbing berikutnya adalah Sarah Anisatul Jannah (7), ia biasa dipanggil Sarah. Meski ini operasi pertamanya, tak ada rasa takut di wajah Sarah. Pun jika kedua temannya didampingi ibu mereka masing-masing, Sarah ditemani sang bibi, Nurma Fitriana (24). “Keponakan saya ini, saya juga sudah anggap sebagai anak sendiri. Apalagi Muhammad Akrom Alkafi, adiknya baru 3 bulan. Jadi ibunya tidak bisa menemani dia,” ujar Nurma. Ternyata ibu Sarah harus mengurus adik laki-lakinya yang masih bayi. Beruntung bibinya Nurma yang sebagai ibu rumah tangga dan belum dikaruniai anak, bisa leluasa mengatur waktu untuk menemaninya.
Sarah mengalami bibir sumbing sejak lahir. “Saya deg-degan, khawatir juga, apalagi ini jauh tak bisa menemani pula,” ujar Sukidah, ibu Sarah diujung telepon sambil menahan tangis. “Saya hanya bisa mendoakan dari jauh semoga anak saya bisa segera dikasih kesembuhan, biar lancar, sehat, cantik, tak diolok-olok lagi sama kawannya di sekolah,” sambungnya.
Editor: Arimami Suryo A.