Padang: "Anak Adalah Segala-galanya"
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoRelawan Tzu Chi Padang saat akan melakukan survei untuk memberi bantuan bagi warga Kota Padang. Meski menjadi korban, mereka tetap tergerak untuk membantu orang yang lebih membutuhkan bantuan. |
| |
Rabu, 30 September 2009, pukul 17.20 sore, Edi masih berada di kantor temannya. Edi adalah seorang pekerja di salah satu perusahaan konstruksi di Kota Padang. Tiba-tiba tanah bergetar dan berayun-ayun. Edi dan temannya segera menghambur ke tengah jalan menyelamatkan diri. “Keadaan gempa pada waktu itu sangat dahsyat, sehingga (saya) di lantai aja, jalan, rasanya diangkat-angkat,” kata Edi. Naluri segera membimbingnya untuk segera pulang ke rumah. Ia khawatir akan keselamatan istri dan ketiga anaknya. Kondisi macet yang terjadi pascagempa di Kota Padang cukup menyulitkannya untuk segera tiba ke rumah. Sepanjang perjalanan, Edi melihat bangunan gedung runtuh satu per satu. ”Ada satu bioskop dah hampir rubuh. Sebelah kiri, Hotel Ambacang dari sampingnya dah hampir rubuh,” jelas Edi. Edi pun sempat menyaksikan sebuah hotel lain (Hotel Mariani) ambruk. Di tengah kondisi macet dan panik, Edi menerima telepon dari seorang kawan yang mengabarkan jika rumahnya runtuh dan ketiga anaknya hilang. Dengan perasaan yang makin panik, Edi segera menuju rumah yang ditempatinya sejak tahun 2000 itu.
Ket: - Edi Karsadi, relawan Tzu Chi yang juga menjadi korban gempa, rumahnya ambruk dan ketiga anaknya sempat terkurung di reruntuhan. Beruntung, ketiga anaknya selamat, dan Edi pun dapat menjalankan tugasnya sebagai relawan Tzu Chi. (kiri). Sebuah Mukjizat Seolah kehilangan harapan, Edi pun terduduk lemas. Saat itulah para tetangganya berdatangan. Mereka berduyun-duyun datang membantu sambil membawa berbagai peralatan: linggis, godam, dan sekop. Selama 35 menit lebih Edi dan teman-temannya berjuang, akhirnya terdengarlah suara. Semangat Edi dan rekan-rekannya pun seperti terpacu. Mereka terus membongkar hingga akhirnya berhasil membuat satu lubang. Edi pun berteriak-teriak memanggil anak-anaknya. Yang pertama ia panggil adalah si bungsu. Setelah itu ia keluarkan, baru menyusul anak-anak lainnya. ”Bentuknya dah berdebu semua. Baru (saya) peluk ketiganya, (saya) nangis sejadi-jadinya. Hari itu barulah (saya) bisa menangis,” kata Edi mengenang. Jika melihat kondisi bangunan dan posisi ketiga anaknya saat itu, Edi merasa bahwa sebuah mukjizat terjadi hingga ketiga anaknya selamat.
Ket: - Edi saat menyurvei rumah warga korban gempa di Kelurahan Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat. Di sini Edi melihat banyak masyarakat yang mengalami musibah lebih besar dari dirinya. (kiri). Setelah sempat kembali ke rumah mengambil beberapa surat-surat penting dan barang berharga, tanpa menunggu waktu lama Edi segera membawa ketiga anaknya: Michael Ryan (15), Stevani Ingrid (14), dan Jose Vincent (10) ke mobil. Ia berniat membawa mereka ke Pekanbaru. Waktu itu sudah malam, listrik mati dan kondisi cuaca hujan. ”Dalam bayangan (saya), kalau berobat di Kota Padang, pasti nggak kepegang,” katanya beralasan. Wajar Edi panik, sebab kondisi Kota Padang saat itu sangat mencekam: listrik dan air mati. Karena dicegah sang istri, akhirnya Edi pun urung pergi. Ia akhirnya menuju bandara dan berangkat ke Jakarta, baru kemudian ke Pekanbaru, rumah orangtuanya. Setelah diperiksa di rumah sakit di Pekanbaru dan dinyatakan luka-luka yang diderita anaknya tidak ada yang membahayakan, Edi pun kembali ke Padang. ”Setelah diperiksa semua, tulang dirontgen, hasilnya alhamdulillah nggak ada darah beku di dalam, cuma retak, tapi nggak membahayakan. Saya puji syukur sekali. Anak perempuan saya itu shock sekali, sampe nggak mau bicara. Dia diam aja. Dokter dah obati dan dibujuk, setelah itu saya titipkan sama neneknya dan saya sama istri kembali ke Padang,” kata Edi. Saat mengungsi, Edi belum secuil pun mengungsikan barang-barang di rumahnya. ”Sudah selesai (urusan) baru bisa gabung relawan Tzu Chi,” ujarnya.
Ket: - Ketua Tzu Chi Padang, Ferryanto Ghani, juga turun langsung memberikan bantuan. Kerja sama membuat pekerjaan berat menjadi lebih ringan dan menyenangkan. (kiri). Bersumbangsih untuk Tzu Chi Menurut Ferryanto Ghani, Ketua Tzu Chi Padang, bantuan ini bertujuan untuk meringankan derita pada korban gempa di Padang. Meskipun banyak relawan Tzu Chi Padang yang juga turut menjadi korban, mereka (tetap) mau bersumbangsih untuk sesama. ”Setelah menangani urusan keluarga dan rumah mereka, relawan Tzu Chi (Padang) tetap bisa membantu. Hampir sebagian besar mereka bisa bantu, dan bakti sosial ini kita adakan di 4 tempat: Padang Barat, Selatan, Timur, dan Utara.” Pascagempa di Sumatera, tercatat Tzu Chi telah memberikan bantuan sembako kepada 10.200 KK di wilayah Padang dan Pariaman. Ini belum termasuk bantuan medis, seperti operasi dan baksos kesehatan lainnya. Bagi Edi, dengan turut menyurvei rumah warga korban gempa lainnya, ia jadi merasa bahwa masih banyak orang yang sangat membutuhkan bantuannya. ”(Saya) sangat bangga dan merasa bahagia, biar pun dalam keadaan susah, (saya) masih bisa membantu orang lain,” ungkapnya. Saat melakukan survei ke rumah-rumah warga, Edi banyak menemukan keluarga yang menerima musibah yang lebih besar dan bahkan menelan korban jiwa. ”Karena (saya) merasa anak-anak saya sudah ”aman”, dengan sepenuh hati (saya) harus bantu Tzu Chi. (Saya) nggak pikiran harta benda yang hilang, bagi (saya) anak-anak dan keluarga adalah segala-galanya. (Saya) bersyukur untuk itu,” ucapnya haru.
| ||
Artikel Terkait
Pekan Amal Nyonya Cang Vegetarian
14 Juni 2024Memeriahkan perayan Festival Duan Wu atau Bakcang, Tzu Chi Batam mengadakan Pekan Amal Nyonya Cang Vegetarian di Aula Jing Si Batam. Pekan amal tahun ini berhasil menerima pesanan 513 paket Nyonya Cang.