Padang: “Saya Yakin Akan Selamat”

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 

fotoUsai mendapatkan pertolongan pertama dari Tim Medis Tzu Chi, Ratna diistirahatkan di ruang rawat-inap. Saat itu kaki kanan Ratna sudah menghitam, karena tak mendapat aliran darah selama 43 jam di dalam reruntuhan.

 

 

Setidaknya ada lebih kurang lima belas orang yang berada dalam kelas perkuliahan yang diikuti oleh Ratna sore itu. Namun dari kelima belas orang tersebut, hanya ia dan Suci Replika Sari, sang dosen yang selamat dari reruntuhan gedung Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Padang akibat guncangan gempa.

 

 

 

 

Anak yang kuat
“Tahan ya, kami suntik dulu supaya kamu tidak sakit waktu lukanya dibersihkan,” ucap salah satu perawat Tzu Chi, sambil menyuntikkan sejumlah cairan ke dalam kaki yang mulai menghitam tersebut. Yang ditanya pun hanya mengangguk dan tersenyum. Tidak ada rintihan yang keluar dari bibir Ratna, dia tetap tenang sampai akhirnya ia melihat kakinya saat didudukkan. “Ya Tuhan, ada apa dengan kaki ku?” tanyanya lirih.

Sejak tertimbun reruntuhan bangunan selama 43 jam, baru saat itu ia melihat langsung kondisi kakinya. Karena selama berada di reruntuhan Ratna hanya berbaring terhimpit mayat kedua temannya. “Saat gempa (saya) mencoba untuk menyelamatkan diri tapi tidak berhasil. Tiba-tiba saja atap dan dinding sudah menimpa kami,” ucap Ratna.

Dengan lancar Ratna menjelaskan secara rinci kejadian yang dialami kepada seluruh tim medis yang tengah merawatnya. “Kondisi fisik anak itu (Ratna –red) benar-benar kuat. Walaupun bau tubuhnya sudah seperti mayat tapi ia masih sangat sadar,” tutur Wenny, salah satu tim medis Tzu Chi.

Tidak hanya Wenny, Sofyan Virgo sang ayah juga mengakui kekuatan fisik putri tercintanya. “Sejak dulu ia memang sangat aktif. Dia itu penuh semangat dan pantang menyerah. Setelah (saya) tahu kalau Ratna tertimbun reruntuhan gedung STBA, (saya) tetap percaya kalau ia bisa bertahan dan selamat,” tegasnya.

 

foto  foto

Ket :-Suster Wenny, tim medis dari Tzu Chi sedang mempersiapkan perawatan luka-luka di kaki Ratna. Ratna           tertimpa reruntuhan gedung kampusnya dan terkurung selama 43 jam. (kiri)
       - Penuh dedikasi, di tengah masa tanggap darurat ini, tim medis Tzu Chi dan lainnya yang ada di Rumah Sakit           Tentara Ganting memberikan bantuan pengobatan kepada para korban gempa. (kanan)

Detik-Detik Menegangkan
Tidak lama setelah gempa berkekuatan 7.6 itu terjadi, Sofyan langsung mencari tahu kondisi seluruh keluarganya. Dan pada saat yang bersamaan ia pun mengetahui kemungkinan besar Ratna, putrinya masih berada di bawah reruntuhan gedung STBA yang tidak kuat menahan guncangan gempa yang berlangsung lebih kurang lima menit tersebut.

“Hari itu juga (saya) langsung mencari Ratna di lokasi,” ucapnya. Di tengah kegelapan malam, suami Eeng ini tidak pernah putus asa untuk mencari tahu keberadaan Ratna hingga pukul 01.00 malam. Namun saat itu pencarian belum menunjukkan hasil yang berarti. Hal ini dikarenakan hujan mengguyur Kota Padang, yang secara tidak langsung membahayakan proses evakuasi korban.

Hari kedua, 01 Oktober 2009, sejak pukul 06.00 pagi, dengan bantuan keluarga besarnya Sofyan kembali melakukan evakuasi di reruntuhan gedung STBA. Kali ini tidak hanya bersama masyarakat setempat, para tentara TNI dan SAR pun turut serta melakukan pencarian. “Agar mempermudah proses pencarian, (saya) membawa beberapa peralatan penerangan dan evakuasi,” tutur Sofyan yang mengaku menyediakan gen set, lampu, dan sekop, untuk proses evakuasi.

Evakuasi korban mengalami kesulitan karena kondisi gedung saat itu sudah hampir rata dengan tanah. “Sempat terbesit rasa putus asa ketika melihat gedung dalam kondisi hancur total. Apalagi menurut jadwal, saat gempa berlangsung Ratna tengah mengikuti kegiatan perkuliahan dii lantai 5. Dan sekarang lantai itu hampir rata dengan tanah,” kenang Sofyan.

 

foto  foto

Ket :- Walau kakinya telah menghitam, Ratna tetap penuh semangat dan selalu tersenyum. Ia tetap bersyukur            dapat lolos dari maut karena gempa yang terjadi di Padang tanggal 30 September lalu. (kiri)
        - Kisah Ratna yang dapat bertahan selama 43 jam di dalam reruntuhan gedung kampusnya menarik perhatian            media massa yang mendengarnya. Tekad dan perjuangan Ratna untuk bertahan hidup menjadi kisah            inspiratif bagi kita untuk terus berjuang. (kanan)

Pertolongan Pertama
Setelah berhasil ditemukan,  Ratna langsung dirujuk ke Rumah Sakit Tentara Ganting. Di sana ia ditangani oleh suster Wenny, salah satu dari tim medis tim tanggap darurat Tzu Chi yang telah tiba sejak hari Kamis, 1 Oktober 2009. Karena Ratna tertimbun 43 jam dan terhimpit bersama dengan mayat kedua temannya, kakinya pun telah menghitam.

Pertolongan pertama pun diberikan oleh tim medis. Lukanya dibersihkan dan berharap kakinya yang telah menghitam itu dapat diselamatkan. Karena jika tidak, maka tiada pilihan bagi Ratna, ia terpaksa menjalani operasi amputasi kaki kanannya.

Usai ditangani, Ratna pun diistirahatkan di ruang rawat inap, namun keesokan harinya luka di kaki itu terlihat makin lama makin parah. Melihat hal itu, keluarga besar Ratna pun berencana membawanya berobat ke Malaysia untuk menyelamatkan kakinya.  Keterbatasan alat dan prasarana kesehatan di Padang pasca gempa memang menjadi permasalahan yang masih terjadi hingga kini. Harapan terbesar kita adalah semoga di Malaysia nanti, Ratna dapat kembali berjalan seperti sedia kala.

 

 

 

  

  

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Mengejar Cita-Cita

Mengejar Cita-Cita

20 Februari 2019

Gathering kali ini bertema “Mengejar Cita-Cita”. Kepada anak-anak, Willy mengatakan, ada tiga hal terpenting dalam mengejar cita-cita. Yang pertama adalah menentukan cita-cita apa yang ingin dicapai, kedua adalah memiliki pengetahuan yang dipelajari, ibarat sebuah kendaraan dalam menuju cita-cita.

Sukacita di Depo Daur Ulang

Sukacita di Depo Daur Ulang

15 Juli 2010
Ada yang harus dicatat dari para relawan ini adalah dari raut wajah mereka, baik relawan yang berusia lanjut maupun muda, tidak ada satu pun yang terlihat capai atau lelah. Yang terlihat malah senyuman ceria dan kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah dan sinar mata mereka.
Tzu Chi Medan dan Palang Merah Indonesia Teken MoU Soal Donor Darah

Tzu Chi Medan dan Palang Merah Indonesia Teken MoU Soal Donor Darah

25 Oktober 2018

Palang Merah Indonesia Provinsi Sumatera Utara dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Medan menandatangani MoU dalam hal donor darah. Penandatanganan MoU diadakan pada 18 Oktober 2018, di mana Palang Merah Indonesia akan mendukung Yayasan Buddha Tzu Chi dengan menyediakan tim medis dan juga bersedia memberikan sosialisasi atau edukasi tentang donor darah ke masyarakat.

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -