Padang: “Saya Yakin Akan Selamatâ€
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika UshaUsai mendapatkan pertolongan pertama dari Tim Medis Tzu Chi, Ratna diistirahatkan di ruang rawat-inap. Saat itu kaki kanan Ratna sudah menghitam, karena tak mendapat aliran darah selama 43 jam di dalam reruntuhan. |
| |
Anak yang kuat Sejak tertimbun reruntuhan bangunan selama 43 jam, baru saat itu ia melihat langsung kondisi kakinya. Karena selama berada di reruntuhan Ratna hanya berbaring terhimpit mayat kedua temannya. “Saat gempa (saya) mencoba untuk menyelamatkan diri tapi tidak berhasil. Tiba-tiba saja atap dan dinding sudah menimpa kami,” ucap Ratna. Dengan lancar Ratna menjelaskan secara rinci kejadian yang dialami kepada seluruh tim medis yang tengah merawatnya. “Kondisi fisik anak itu (Ratna –red) benar-benar kuat. Walaupun bau tubuhnya sudah seperti mayat tapi ia masih sangat sadar,” tutur Wenny, salah satu tim medis Tzu Chi. Tidak hanya Wenny, Sofyan Virgo sang ayah juga mengakui kekuatan fisik putri tercintanya. “Sejak dulu ia memang sangat aktif. Dia itu penuh semangat dan pantang menyerah. Setelah (saya) tahu kalau Ratna tertimbun reruntuhan gedung STBA, (saya) tetap percaya kalau ia bisa bertahan dan selamat,” tegasnya.
Ket :-Suster Wenny, tim medis dari Tzu Chi sedang mempersiapkan perawatan luka-luka di kaki Ratna. Ratna tertimpa reruntuhan gedung kampusnya dan terkurung selama 43 jam. (kiri) Detik-Detik Menegangkan “Hari itu juga (saya) langsung mencari Ratna di lokasi,” ucapnya. Di tengah kegelapan malam, suami Eeng ini tidak pernah putus asa untuk mencari tahu keberadaan Ratna hingga pukul 01.00 malam. Namun saat itu pencarian belum menunjukkan hasil yang berarti. Hal ini dikarenakan hujan mengguyur Kota Padang, yang secara tidak langsung membahayakan proses evakuasi korban. Hari kedua, 01 Oktober 2009, sejak pukul 06.00 pagi, dengan bantuan keluarga besarnya Sofyan kembali melakukan evakuasi di reruntuhan gedung STBA. Kali ini tidak hanya bersama masyarakat setempat, para tentara TNI dan SAR pun turut serta melakukan pencarian. “Agar mempermudah proses pencarian, (saya) membawa beberapa peralatan penerangan dan evakuasi,” tutur Sofyan yang mengaku menyediakan gen set, lampu, dan sekop, untuk proses evakuasi. Evakuasi korban mengalami kesulitan karena kondisi gedung saat itu sudah hampir rata dengan tanah. “Sempat terbesit rasa putus asa ketika melihat gedung dalam kondisi hancur total. Apalagi menurut jadwal, saat gempa berlangsung Ratna tengah mengikuti kegiatan perkuliahan dii lantai 5. Dan sekarang lantai itu hampir rata dengan tanah,” kenang Sofyan.
Ket :- Walau kakinya telah menghitam, Ratna tetap penuh semangat dan selalu tersenyum. Ia tetap bersyukur dapat lolos dari maut karena gempa yang terjadi di Padang tanggal 30 September lalu. (kiri) Pertolongan Pertama Pertolongan pertama pun diberikan oleh tim medis. Lukanya dibersihkan dan berharap kakinya yang telah menghitam itu dapat diselamatkan. Karena jika tidak, maka tiada pilihan bagi Ratna, ia terpaksa menjalani operasi amputasi kaki kanannya. Usai ditangani, Ratna pun diistirahatkan di ruang rawat inap, namun keesokan harinya luka di kaki itu terlihat makin lama makin parah. Melihat hal itu, keluarga besar Ratna pun berencana membawanya berobat ke Malaysia untuk menyelamatkan kakinya. Keterbatasan alat dan prasarana kesehatan di Padang pasca gempa memang menjadi permasalahan yang masih terjadi hingga kini. Harapan terbesar kita adalah semoga di Malaysia nanti, Ratna dapat kembali berjalan seperti sedia kala.
| ||