Paket Bantuan Musibah Kebakaran di TPA Rawa Kucing

Jurnalis : Camelia Febriani (He Qi Barat), Fotografer : James Yip (He Qi barat)

Sebanyak 68 paket bantuan berupa selimut, peralatan mandi, alat tulis, air minum, minyak goreng, dan mi instan dibagikan kepada para korban kebakaran TPA Rawa Kucing.

Jalinan jodoh Yayasan Buddha Tzu Chi dengan penduduk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Desa Kedaung Baru, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang berawal pada 20 September 2015. Para penduduk di TPA Rawa Kucing sebagian besar bermata-pencaharian sebagai pemulung sampah. Sebagai bentuk kepedulian, relawan Tzu Chi Komunitas (He Qi) Barat membagikan 150 paket yang masing-masing berisi 1 set alat tulis, buku, alat mandi (sabun cair, shampo, pasta gigi, sikat gigi), biskuit, dan roti kepada anak-anak di TPA Rawa Kucing. Namun pada Sabtu pagi tanggal 3 Oktober 2015 telah terjadi kebakaran di TPA Rawa Kucing.  Sebanyak 106 Kepala Keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal mereka. Karena musibah itu TPA Rawa Kucing ditutup untuk waktu yang belum dapat ditentukan. Dengan demikian mereka yang bermata-pencaharian sebagai pemulung kehilangan sumber penghasilannya.  Dari jumlah penduduk di atas, sebanyak 68 KK adalah penduduk asli, sedang sisanya adalah pendatang dari wilayah lain. Karena musibah itu para penduduk pendatang pulang kembali ke kampungnya.

Dahlia, Ibu dari satu anak ini merupakan penduduk asli. Ia mengaku telah tinggal di TPA Rawa Kucing selama sepuluh tahun. Suaminya dalam kesehariannya, bekerja sebagai pemulung yang mencari kaleng bekas, mainan bekas, plastik, paku dan barang-barang bekas lain-lain yang akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan terjadinya kebakaran, Dahlia dan keluarganya pun kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.


Sabtu tanggal 10 Oktober 2015, sebanyak sebelas relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi melaksanakan pembagian paket bantuan kebakaran di TPA Rawa Kucing. 


Untuk acara pembagian bantuan, para penerima bantuan diajak untuk mengantri agar alur pembagian dapat berjalan lancar.

Adapun Bapak Miang juga salah satu korban kebakaran TPA Rawa Kucing.  Ia mengaku sudah lima tahun tinggal di TPA Rawa Kucing dan berprofesi sebagai pemulung. Seusai pulang kerja melihat orang-orang sedang memadamkan api, ia kemudian turut membantu. Api yang awalnya kecil dan sewaktu disiram air, bukannya menjadi kecil tetapi malah menjadi besar. Berita kebakaran kemudian disiarkan melalui Masjid, mengimbau agar para warga segera meninggalkan lokasi dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.  Demikianlah ungkap bapak tiga anak ini.

Ketika mendengar terjadi kebakaran di sana, pada tanggal 9 Oktober 2015, Suparman dan beberapa relawan Tzu Chi langsung berkoordinasi dengan pengurus setempat untuk melakukan survei lokasi. Sehingga pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2015, sebanyak sebelas relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan pembagian paket bantuan kebakaran di TPA Rawa Kucing. Sebanyak 68 paket bantuan berupa selimut, peralatan mandi, alat tulis, air minum, minyak goreng, mi instan dibagikan kepada para korban kebakaran.

Bapak Miang, sangat senang dan berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena ia dan keluarganya mendapatkan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Jika tidak ada bantuan, tidak tahu bagaimana kehidupan mereka setelah kebakaran.

“Harapannya apa yang kita kerjakan hari ini semoga bermanfaat bagi mereka dan bagi kita juga dan ke depannya mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian seperti ini. Semoga para korban mendapatkan tempat tinggal lebih layak lagi dan segera mendapat  pekerjaan yang lebih baik lagi” ungkap Suparman selaku Koordinator kegiatan hari ini.

Semoga jalinan jodoh baik antara Yayasan Buddha Tzu Chi dengan warga TPA Rawa Kucing  tidak hanya berhenti sampai di sini, tetapi terus berlanjut dan berkesinambungan. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Jadikan kesulitan sebagai tambahan kekuatan, jangan dianggap sebagai hambatan dalam menghadapi masalah. “ Semoga rintangan yang ada nantinya akan memperkuat jalinan jodoh baik tersebut.


Artikel Terkait

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -