Paket Kecil Bernilai Besar
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
Satu persatu warga menerima paket bantuan kebakaran di
Kampung Muara Baru Sampahan, Penjaringan, Jakarta Utara pada tanggal 1 Juli
2014. Mereka tersenyum bahagia usai menerima paket tersebut.
Kawasan padat penduduk memang rawan dengan kebakaran, terlebih lagi bilamana instalasi listrik dari rumah ke rumah kurang teratur, sering memicu terjadinya hubungan arus pendek (korsleting listrik). Demikian yang terjadi di Kampung Muara Baru Sampahan, Penjaringan, Jakarta Utara, akibat hubungan arus pendek listrik menyebabkan 182 rumah habis dilalap si jago merah pada tanggal 28 Juni 2014. Rumah-rumah panggung yang terletak di pinggiran waduk Pluit yang sebagian besar terbuat dari kayu tersebut ludes terbakar, bahkan pada sebagian besar rumah tidak terlihat lagi batas antara rumah yang satu dengan rumah lainnya. Kondisi inilah yang mengharuskan ribuan jiwa warga Kampung Muara Baru Sampahan RT 16/RW 17 mengungsi di tenda-tenda pengungsian maupun fasilitas umum seperti sekolah dan masjid.
Meskipun tidak ada korban jiwa pada musibah kebakaran ini, namun sebagian besar warga tidak sempat menyelamatkan barang yang dimilikinya. Terlebih lagi kebakaran terjadi pada siang hari, dimana para warga sedang keluar mencari rezeki. Melihat kondisi demikian, Yayasan Buddha Tzu Chi membantu meringankan beban warga dengan memberikan bantuan paket kebakaran pada tanggal 1 Juli 2014.
Salah satu relawan Tzu Chi memberikan kupon paket bantuan sembari menjelaskan waktu pengambilan kepada warga yang mengalami kebakaran.
Tiga hari pasca kebakaran, sebagian warga mulai membangun kembali rumah panggung mereka dari bambu agar dapat segera pindah dari pengungsian sementara.
Sebanyak 275 paket bantuan kebakaran diberikan kepada masing-masing kepala keluarga yang menjadi korban, dan 167 terpal diperuntukkan bagi pemilik rumah yang hangus terbakar. Puluhan relawan Tzu Chi menyisihkan waktunya di sela-sela hari kerja untuk bersumbangsih menyalurkan bantuan. “Saya sangat bersyukur, tidak menyangka terkumpul 20 orang (relawan),” ungkap Supardi Oei, koordinator kegiatan. “Relawan sangat happy bekerja untuk membantu sesama. Kita berharap dunia bebas dari bencana,” tambahnya penuh harap.
“Biar Sedikit Kita Seneng…”
Di bawah terik matahari
yang menyengat kulit, Yaya (37 tahun) bersama warga lain masuk dalam barisan
antrian panjang untuk mengambil paket bantuan kebakaran. Dengan hati gembira,
ibu sembilan anak ini membawa paket bantuan dan terpal menuju pengungsian di
Sekolah Taman Kanak-kanak Muara Baru. Sesampainya di pengungsian, anak-anak
Yaya membuka satu per satu barang bantuan yang diterimanya. Ia mengaku senang
setelah melihat ada pakaian bayi, perlengkapan mandi, selimut, dan lain-lain. “Seneng, kalau kita lagi dalam keadaan nggak ada (dapat bantuan) biar sedikit
kita seneng,” ungkap Yaya bersyukur.
Yaya memandang bekas tempat tinggalnya yang telah habis dimakan si jago merah pada 28 Juni 2014 lalu. Di tempat itu kini sudah mulai dipasang kayu-kayu penyangga rumah panggungnya.
Supardi Oei (kanan) mendampingi Ketua RW 17, Gustara Mohammad (kiri) saat penandatanganan penyerahan bantuan paket kebakaran di kantor sekretariat kelurahan.
Sambil menggendong anaknya yang masih berusia 2 bulan, Yaya bercerita bahwa ia tidak menyangka akan mengalami musibah kebakaran kembali. Beruntung Yaya seorang ibu rumah tangga dan berada di rumah saat si jago merah mengamuk, sehingga ia masih bisa menyelamatkan surat berharga dan sedikit pakaian. “Pada saat kebakaran saya lagi nyuci. Saya langsung keluar lari bawa anak-anak dan beberapa pakaian,” tutur wanita asal Palembang ini. Kepanikan akibat kobaran api membuat Yaya lupa membawa pakaian bayinya. “Baju untuk bayi tidak bawa, akhirnya minta-minta sama tetangga, dikasih. Semua serba kekurangan,” kisahnya.
Selain kebakaran, Yaya dan warga lain yang sebagian besar keturunan dari Makassar ini juga sering dilanda banjir saat musim penghujan. Meskipun demikian, tiga hari pasca kebakaran, Yaya dan keluarganya sudah mulai akan mendirikan rumah panggungnya yang terbuat dari papan sembari mengumpulkan modal untuk mendirikan rumah. “Biar kebanjiran dan kebakaran tetap (tinggal) di sini. Tidak ada tempat lain selain di sini,” cerita istri buruh tukang kayu ini. Sudah 24 tahun Yaya berbagi cinta kasih bersama keluarganya dan warga lainnya di kampung pinggir waduk. “Di sini seru dan seneng, tetangganya baik-baik,” akunya.
Rasa syukur Yaya mewakili warga lainnya setelah menerima bantuan paket kebakaran dari Tzu Chi. Hal ini terlihat pada senyum bahagia dan ungkapan terima kasih yang terucap pada setiap warga usai menerima bantuan. Gustara Mohammad, Ketua RW 17 juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan kepada ratusan warganya yang terkena musibah. “(Yayasan) Buddha Tzu Chi sudah seringkali membantu kalau ada musibah di wilayah kami. Terima kasih banyak kepada (Yayasan) Buddha Tzu Chi dan dermawan-dermawan yang membantu,” ungkap Gustara. Ia juga berharap agar warganya tetap sabar dengan musibah yang terjadi.
Artikel Terkait
Bantuan untuk Korban Kebakaran
09 Februari 2016Relawan Tzu Chi membagikan bantuan paket kepada 46 KK yang rumahnya habis dilalap si jago merah. Pembagian bantuan dilakukan pada tanggal 3 Februari 2016, sehari setelah kebakaran terjadi.