Gan En Zun Zhong Ai, yakni bersyukur, menghormati dan mengasihi dikemas dalam budaya toleransi yang tinggi. Begitulah para relawan menghargai para penerima paket lebaran ini.
Bulan Ramadan bulan yang identik dengan kebaikan. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun kembali menebar cinta kasih dengan menyalurkan 52 ton beras dan juga DAAI Mie bagi warga prasejahtera di Jakarta dan sekitarnya.
Salah satu wilayah Jakarta Barat yang mendapat berkah paket lebaran Tzu Chi ini adalah Kebon jeruk, Tomang, Taman Ratu, Kosambi, Semanan dan Bojong Indah. Di Bojong Indah, pembagian paket lebaran ini dikoordinir Elly Widjaja, didukung beberapa relawan senior di bidangnya untuk membagikan 2.000 paket. Masing-masing paket berisi 10 kg beras dan 10 bungkus DAAI Mie.
“Karena di sini banyak warga yang membutuhkan, dari rencana pembagian 1.000 paket bertambah menjadi 2.000 paket. Pemberian paket cinta kasih ini sungguh sangat tepat, di bulan Ramadan yang penuh berkah, di saat semua harga meningkat, sementara penghasilan masyarakat banyak yang terpuruk imbas pandemi Covid-19,” ungkap Elly Widjaja.
Elly Widjaja, koordinator pada pembagian paket lebaran kali ini.
Ketua RW 05, Aviolanda Lidya yang sangat mendukung kegiatan ini.
Sebelumnya pada Minggu 10 April 2022, relawan terlebih dulu melakukan survey dan pembagian kupon agar penerima paket tepat sasaran. Kemudian pada Sabtu 16 April 2022, tim relawan melakukan persiapan dan setting lokasi.
Sampailah di hari pembagian paket pada Minggu, 17 April 2022. Tugas kebajikan ini didukung bersama bahu-membahu oleh 79 relawan. Sebelum pukul 6.00 WIB pagi, relawan telah menyusun, mengangkat beras dan memasukkan Mie dalam kantong ramah lingkungan.
Pada pukul 8.00, jelang pembagian, antrean warga mulai mengular. Tim relawan memutuskan untuk segera memulai pembagian walaupun acara secara resmi belum dimulai karena menunggu datangnya Lurah Rawa Buaya beserta jajarannya. Namun kebijaksaan tetap dikedepankan.
Setelah para pamong wilayah hadir, penyerahan secara simbolis dilakukan, dilanjutkan sepatah kata dari Elly Widjaja yang menyampaikan pesan Master Cheng Yen. “Walapun kita berbeda suku dan lahir di tempat yang berbeda namun kita tetap keluarga besar. Kita harus menjunjung tinggi toleransi dan tetap bersatu.”
Seorang relawan Tzu Chi membawakan beras warga.
Tjhay Sun Khiun dan Ami bersama Mak Sarmanah.
Lurah Rawa Buaya, Sofwan Busti sangat mengapresiasi kegiatan ini.
“Kegiatan ini merupakan contoh untuk kita semua, bagaimana kelompok agama lain dalam hal ini agama Buddha dari Buddha Tzu Chi memberikan kepada kelompok agama lain,” ujar Lurah Rawa Buaya, Sofwan Busti.
Dukungan yang sangat berarti bagi kegiatan ini juga diberikan oleh Aviolanda Lidya yang akrab disapa Ibu Kiki. Ibu Kiki adalah Ketua RW 05 yang menyediakan tempat untuk penyimpanan sementara 2.000 paket yang tentu saja menyita ruang. Ia menyediakan semua fasilitas kantor RW, dan mengkoordinir bagaimana pembagian paket dapat berlangsung dengan baik.
“Kegiatan ini sungguh sangat bagus, di saat masyarakat mengalami pelemahan ekonomi, pembagian ini pasti sangat disyukuri,” tuturnya.
Tidak hanya para pamong wilayah yang mengapresiasi kegiatan mulia ini, namun tentunya juga semua penerima paket cinta kasih. Di antaranya Mak Sarmanah (87) yang ditemui relawan Tjhay Sun Khiun yang akrab disebut Cia Cia.
“Mak ini sangat inspiratif, saya melihat dia meyakini suatu ajaran yang pantas jadi teladan. Sebagai wanita sangat lanjut usia, keceriaan dan keterbukaan hatinya sangat menyentuh. Biasanya wanita lanjut usia sangat rewel, namun saya melihatnya sebagai sosok yang mudah dilayani dan penuh berkah. Dalam keterbatasannya beliau setiap hari selalu menyisihkan uang 10 ribu untuk berdonasi ke masjid,” papar Cia Cia yang nampak akrab dan penuh kasih terhadap Mak Sarmanah.
Celengan bambu adalah bentuk pembinaan bahwa berkah dan bahagia itu tidak hanya saat menerima pemberian, namun juga saat berbagi.
Rosy hadir bersama bayinya.
Mak Sarmanah yang diceritakan Cia Cia adalah sosok yang layak diteladani, walaupun berbeda caranya namun memiliki muara yang sama seperti yang diajarkan Master Cheng Yen. Ajaran untuk berbagi lewat celengan bambu yang juga diperkenalkan dalam kegiatan ini. Pengenalan celengan bambu bukan sekedar mengumpulkan sumbangsih, namun untuk membina dan mengajarkan budaya berbagi. Mengajarkan bahwa rasa bahagia tidak hanya saat menerima pemberian, namun juga saat mengulurkan bantuan, dalam bentuk apapun.
Semua penerima bantuan tentu sangat bersyukur karena bantuan datang saat diterpa pelemahan ekonomi, dan ada beberapa yang benar-benar di titik nadir kondisi ekonominya. Salah satunya Rosy yang hadir bersama bayinya.
“Suami saya seorang guru honorer yang penghasilannya semakin minus saat Sekolah Online. Hari ini di rumah tidak ada beras, padahal sebagai umat Muslim saya niat berzakat Fitrah. Tapi dari mana? Ternyata pertolongan ini datang tepat waktunya, saya bisa berzakat fitrah dan sisanya bisa untuk beberapa hari,” ungkapnya dengan wajah berseri.
Nunik Triyana sangat bahagia bisa turut bersumbangsih pada pembagian paket lebaran Tzu Chi.
Pada pembagian paket lebaran ini, ada banyak relawan baru yang bersungguh hati bersumbangsih. Di antaranya Nunik Triyana, Luisa, dan Indriyani. Bagi mereka kegiatan ini sangat membahagiakan.
“Semula tahu Tzu Chi dari Instagram, saya kira kegiatan khusus umat Buddha, tapi setelah saya melihat ada yang berhijab, berarti kegiatan ini sangat menjunjung tinggi toleransi. Dan di sinilah saya telah bebarapa kali mengikuti kegiatan yang membahagiakan,” ungkap Nunik Triyana, relawan baru dari komunitas Kebon Jeruk 1.
Berbagai kisah menyentuh hati tertuang dalam bingkai kesatuan yang menyejukkan. Menyentuh hati karena relawan Tzu Chi memberikannya dengan rasa syukur, hormat yang tinggi, santun dan toleransi. Cinta kasih dan toleransi bagi umat yang berbeda keyakinan tidak hanya di bulan suci Ramadan, namun kapan pun pada saat dibutuhkan dan memungkinkan.
Editor: Khusnul Khotimah